Duda-Duda Durjana
2. #2 Duda Durjana (Scene 11-20)

11. Int. Kantor – Studio – Siang (FLASHBACK)


Usy dan Rezy berbincang secara diam-diam, background mereka menunjukkan para staf tengah membereskan studio bekas dipakai pemotretan.

 

REZY
Kamu nggak mau denger penjelasan aku?

 

USY
(malas) Penjelasan apalagi? Jelas-jelas status lo masih suami orang. Gue nggak mau kata ‘pelakor’ jadi cap yang nempel di diri gue. Selamat! Lo udah berhasil bohongin gue.

 

Cut back to

 

12.  Kantor – Ruang Meeting – Pagi


Usy bergidik mengingat pengalamannya dengan Rezy Hamzah.

 

USY
Gue jadi kepikiran nulis tentang Rezy Hamzah, deh.

 

RIONA
Kok Rezy Hamzah sih. Lo mau bikin rubrik Duda-Duda Durjana jadi rubrik profil calon duda? Cari mati itu, sih. Bukan Cuma dihujat sama fansnya, bisa-bisa kita kena somasi dari Rezy Hamzah.

 

USY
Bukan, Ri. Maksud gue, artikel pertamanya gue mau bahas soal duda yang nggak jadi-jadi karena nyangkut di perceraian yang rumit.

 

Riona menyandarkan punggungnya ke kursi sambil menatap Usy serius.

 

RIONA
Itu sebenernya menarik. Tapi bukannya masih belum berstatus duda kalau memang belum ketok palu? Iya, nggak, sih?

 

USY
Nah, iya. Justru itu.

 

RIONA
Oh, gue paham. Lo mau ngebahas soal orang yang ngaku duda tapi sebenernya belum bener-bener berstatus duda, ya? Bagus, sih, itu buat artikel pembuka. Biar kita langsung bikin garis yang jelas soal status duda yang kita maksud. Kalau belum ketok palu, ya berarti belum cerai, belum bisa nyebut diri sebagai seorang duda. Gitu, kan?

 

USY
Exactly

 

Cut to

 

13.  Int. Kantor – Luar Ruang Meeting – Pagi


Tessa dan ANGKASA (30), front-end developer di HerDaily, berjalan di antara koridor meja karyawan menuju ruangan Tessa.

 

ANGKASA
Ya, Riona udah bilang ke gue kalo bulan depan kita akan launching rubrik baru. Detail temanya sih dia udah sounding ke gue.

 

TESSA
Emang nggak salah gue nyerahin ke Riona. Gercep.

 

Tessa dan Angkasa memandang Riona dan Usy yang masih berdiskusi melalui dinding kaca yang menembus ke ruang meeting.

 

ANGKASA
Gue nggak nyangka dia bersedia megang rubrik baru. Apa dia emang seambis itu?

 

TESSA
Bukan karena ambis. Tapi emang sehebat itulah Riona. Kalo gitu gue serahin ke lo ya.

 

Angkasa mengangguk sambil terus memandangi Riona dan Usy.

 

Cut to

 

14.  Int. Kantor – Studio Foto – Pagi


Semua orang sibuk melakukan pemotretan pada seorang artis bernama Prita Launsaputty (27) yang berpose dengan begitu mudahnya di depan kamera dan sorotan lampu studio. Semua property keluar masuk set. Tim Wardrobe dan make up pun dengan teliti merapikan tampilan sang artis.

Tessa memasuki studio, ia membalas lambaian tangan Pritta yang langsung kembali fokus pada pemotretan dan arahan fotografer. Tessa terus memperhatikan Pritta yang begitu luwes di depan kamera. Tessa berjalan lebih jauh ke dalam studio untuk menghampiri meja fotografer dan melihat hasil foto yang ditransfer langsung ke laptop dari kamera fotografer.


STAFF
Ok kita Break 15 menit!

 

Sebelum meninggalkan set, Pritta tersenyum ramah pada semua staf dan langsung berjalan menghampiri Tessa yang menjauh dari keramaian. seorang asistennya juga nggak ketinggalan buru-buru memberi Pritta sebotol infused water miliknya.

 

PRITTA
Gimana Kak? Ada yang bagus?

 

TESSA
Bagus-bagus, seperti biasa. Denger-denger, lagi persiapan syuting untuk film baru?

 

PRITTA
Sumpah deh, kayaknya semua informasi yang ada di dunia ini tuh selalu nyampe ke telinga Kak Tessa.

 

Tessa terkekeh.

 

PRITTA (CONT’D)
Aku sih sebenernya lagi pertimbangin Kak.

 

TESSA
Kenapa emang? Ceritanya jelek? Atau PH yang megangnya punya track record yang kacau?

 

PRITTA
Bukan, tapi ini karena sutradaranya yang menghubungi aku langsung.

 

TESSA
Loh, bagus dong. Itu tandanya sutradaranya punya selera yang bagus karena udah pilih kamu.

 

PRITTA
Selera soal acting atau cewek?

 

TESSA
Maksudnya?

 

PRITTA
Kakak tahu Alvano Praja kan? Sutradara yang lagi naik daun. Soalnya tiga film sebelumnya berhasil masuk box office Indonesia.

 

TESSA
Tahu dong, Film pertamanya juga berhasil masuk nominasi untuk dua kategori di Cannes Film Festival kan?

 

PRITTA
Dia terkenal suka mainin perasaan artis pemeran utamanya. Malah yang aku denger nggak Cuma yang single doang, tapi yang udah bersuami juga.

 

TESSA
Serius?

 

PRITTA
Kakak tahu Ratika Intan kan? yang kasus perceraiannya sama Rezy Hamzah ampe sekarang masih digantung. Katanya sih kepergok sering jalan sama sutradara itu. Bilangnya sih urusan kerjaan, karena emang si Ratika ini juga jadi pemeran utama di film horror dia yang baru mau launching. But who knows?

 

TESSA
Dari tadi kok yang kamu denger, katanya. Valid nggak nih beritanya. Kamu nggak mungkin nolak job besar Cuma berdasarkan asumsi kan?

 

PRITTA
No! Of course not. Aku punya sumber terpercaya.

 

Seluruh staff kembali bersiap.

 

PRITTA (CONT’D)
Nanti deh aku cerita-cerita abis ini. sekalian makan siang. Kamu sibuk nggak?

 

TESSA
Boleh, boleh. Aku selesaiin kerjaanku dulu, ya. Nanti kamu ke ruanganku aja kalau udah selesai.

 

PRITTA
Siap.

 

FOTOGRAFER
Prita, yuk, lanjut.

 

Pritta langsung kembali ke set. Dia segera mengikuti arahan fotografer.

Tesa memperhatikan Pritta beberapa saat, lalu berjalan meninggalkan studio dan melihat Usy yang berjalan melewati studio dengan membawa tas andalannya saat bekerja.

 

TESSA
(Memanggil) Usy!

 

USY
Kenapa Kak?

 

TESSA
Gimana DDD?

 

USY
Masih proses Kak! Sekarang aku mau liputan dulu. Premier film horror pertamanya Alvano Praja.

 

TESSA
(bergumam) Alvano Praja, kenapa gue jadi sering denger nama dia.
(ke usy) Ok, lo hati-hati.

 

USY
(heran) Buat?

 

TESSA
Oiya, dia kan bukan duda. Berarti lo aman.

 

USY
Lo kenapa sih kak? Kok jadi horror gitu?

 

TESSA
Bukan apa-apa. Udah berangkat sana.

 

USY
Ok!

 

Usy bergerak cepat menghampiri FAJAR (30), fotografer yang juga akan ikut bersamanya untuk liputan. Sedangkan Tessa berjalan menuju ruangannya.

 

Cut to

 

15.  Int. Kantor – Kafetaria – Siang


Riona menaruh tablet di meja, duduk di kursi dekat jendela sambil menyandarkan kepalanya di atas meja dengan tatapan yang menunjukkan otaknya masih terus bekerja. Tak lama Angkasa tiba dengan senampan makanan dan minuman, lalu duduk di hadapannya.

 

ANGKASA
Hai, Ri.

 

RIONA
(Bingung) Eh, elo di sini juga, Sa.

 

Tatapan Riona beralih pada tas Angkasa yang sudah bertengger lebih dulu di kursi itu. Riona menyadari bahwa itu memang meja Angkasa.

 

RIONA
Ahh. Duh, liat makanan lo gue jadi tambah laper. Gue pesen dulu, ya.

 

Riona meninggalkan Angkasa dan langsung menuju meja pemesanan. Angkasa sesekali memperhatikan Riona sambil tersenyum manis. Setelah melihat Riona menyelesaikan pembayaran dan dapat nomor pesanan, Angkasa langsung menyibukkan diri dengan makanannya.

 

RIONA
Gue numpang nunggu di sini nggak apa-apa, kan?

 

ANGKASA
No problem at all. Eh, gue mau ngasih liat lo nih beberapa gambaran untuk tampilan rubrik baru lo.

 

RIONA
Udah jadi? Perasaan baru kemarin kita ngobrolnya. Mana… mana?

 

Riona berjalan dan duduk di sebelah Angkasa. Keduanya sedikit merasa canggung karena duduk berdekatan.

 

ANGKASA
Nih, coba lo liat.

 

Angkasa menyalakan tabletnya dan menyodorkan pada Riona. Angkasa mulai mengunyah saat Riona meneliti desain tampilan Web HerDaily yang sudah Angkasa buat untuk rubrik DDD.

 

RIONA
Terlalu maskulin nggak, sih, Sa? Kok gue ngerasanya kayak lagi baca laman politik. Kurang playful gitu, loh, Sa. Pembaca kita kan perempuan.

 

ANGKASA
Hmm… coba yang ini.

 

Angkasa me-swipe layar tabletnya hingga memunculkan desain lain di layar.

 

RIONA
Ini sample atau emang dari anak desain gambarnya?

 

ANGKASA
Dari anak desain. Tapi kalau mau diubah masih bisa, kok. Tenang aja, semua orang bakal ikutin mau lo. You are the boss.

 

RIONA
Kak Tessa bosnya.

 

ANGKASA
Kak Tessa juga kayaknya nggak akan gimana-gimana kalau lo udah milih mana desain yang lo mau buat tampilan rubrik baru ini. Karena lo emang bener sekompeten itu.

 

Hati Riona berdesir mendengar pujian tulus Angkasa. Riona tersenyum canggung.

 

RIONA
Gue editor tapi berasa yang punya HerDaily, ya. Sampai Kak Tessa pun bisa nurut sama gue.

 

ANGKASA
lo nggak sadar kalau lo emang lumayan dominan di HerDaily?

 

Lagi-lagi Riona mengulum senyum.

 

ANGKASA (CONT'D)
Tapi, walaupun lo galak dan banyak ditakutin anak-anak kantor, menurut gue ide lo soal rubrik baru ini unik dan out of the box, Ri. Rispek!

 

Mendengar kata ‘galak’ membuat jiwa Riona yang tadi terbang mendadak kembali dengan sangat cepat. Riona berusaha mengontrol ekspresi dan suaranya.

 

RIONA
Menurut lo gitu? Nggak malah menyinggung para laki, ya?

 

ANGKASA
Yang tersinggung pasti ada, umumnya dari dua kategori.

 

RIONA
Kategorinya apaan?

 

ANGKASA
Antara orang itu insecure, atau malah dia juga duda durjana.

 

Riona dan Angkasa tertawa akrab.

 

PRAMUSAJI
Permisi. Ini pesanannya, ya, mbak. Nomornya saya ambil kembali.

 

RIONA
Makasih.


Riona beranjak dari duduknya.


ANGKASA
Loh, mau ke mana? Makan di sini aja, kali.

 

RIONA
Gue tadi pesen buat take away karena emang mau makan di kantor sambil kerja.

 

ANGKASA
Ya, kerja di sini aja. kan lo juga udah bawa tab. Ini meja untuk berempat loh. Masih cukup luas buat kita berdua.

 

RIONA
Pengen banget gue temenin brunch? Nggak takut pacar-pacar lo di kantor cemburu?

 

ANGKASA
(tertawa) Mana ada pacar gue di kantor.

 

RIONA
Berarti adanya di luar kantor?

 

ANGKASA
Enggak, lah.

 

RIONA
Gue nggak enak nih kalau ada yang cemburu gue makan bareng elo. Jangan sampai kejadian kayak Sheryl terjadi lagi di kantor ini.

 

ANGKASA
Pacarnya Sheryl mah udah fix psikopat. Gue sih nggak mau sama cewek psikopat.

 

RIONA
Senyata-nyatanya duda durjana tuh mantannya Sheryl.

 

ANGKASA
Setuju! … jangan-jangan lo nggak mau makan bareng gue karena takut ada yang cemburu lo makan sama gue? Pacar?

 

RIONA
Nope.

 

ANGKASA
Syukur, deh, kalau nggak ada yang cemburu. Berarti gue bisa sering-sering ngajak lo makan bareng.

 

Angkasa dan Riona saling melempar senyum. 

 

Cut to

 

16.  Int. Bioskop – Teater – Siang


Usy tiba di tempat premier film, yang diadakan langsung di dalam teaternya. Dia membawa paper bag berlogo PH pembuat film tersebut.

 

FAJAR
Gue setting kamera dulu, Sy.

 

USY
Ok. Gue cari duduk.

 

JAMIE
(Memanggil) Usy!

  

Usy menoleh ke asal suara dan langsung melambaikan tangan sambil berjalan menuju Jamie (37 tahun) yang menunjukkan bangku kosong di sampingnya.

 

JAMIE
(gemulai) apa kabar lo?

 

USY
Baik. Lo apa kabar? Kok udah lama kita nggak ketemu?

 

JAMIE
Bulan lalu gue dapet tugas liputan khusus buat series barunya Rezy Hamzah, jadi gue standby sama tim produksi di Bromo selama sebulan. Sekalian ngambil jatah block leave, biar nggak barengan minta jatah cuti di akhir tahun semua.

 

USY
Wah, libur dua minggu, dong? Ke mana aja?

 

JAMIE
Tadinya mau ke mana-mana, tapi si Ayang akhirnya ngajak nyantai-nyantai di pinggir pantai Pattaya seminggu.

 

USY
Mewwwaaahh, yaaaa…

 

Cowok Gemulai itu terkekeh mendengar Usy menggodanya.

Usy mengeluarkan kertas dari dalam paper bag dan membaca sekilas press release tersebut.


USY
Dunia hiburan kita kayak cuma ada Rezy Hamzah sama Ratika Intan, ya. Film sama Series isinya mereka mulu. Belum lagi sutradaranya juga kontroversial muncul di lambe lumrah mulu.

 

JAMIE
Ember, mana si Rezy Hamzah lagi kena skandal sama Selebgram lagi. Dan calon mantan istrinya, yang main di film ini, katanya juga lagi deket sama Vano, sutradara filmnya.

 

USY
Masa?

 

Pembicaraan mereka terhenti saat lampu mulai redup tanda bahwa film akan segera dimulai. Usy bisa melihat VANO (30), sang sutradara, baru datang bersama RATIKA INTAN (25), aktris pemeran utama yang dirangkul di pinggangnya. Mereka duduk di baris depan.

Cut to

 

17.  Int. Bioskop – Siang


Usy keluar dari dalam Teater dan sudah melihat puluhan wartawan beserta fotografer mereka berpencar mewawancarai crew dan pemeran film di setiap sudut bioskop. Usy bersama Fajar turut berdesakkan untuk mewawancarai Ratika Intan, si pemeran utama.

 

RATIKA
Ini film horror pertama aku, jadi aku excited banget selama reading dan shooting. Apalagi Vano juga bener-bener ngebantu aku banget sepanjang proses ini.

 

USY
Kalau boleh tahu, kenapa akhirnya Ratika memutuskan untuk ambil peran ini? karena film dan karakternya jauh banget dari yang biasa Ratika ambil.

 

RATIKA
Betul. Memang beda banget sama karakter-karakter yang biasa aku ambil. (terkekeh) Tapi aku liat beberapa tahun belakangan ini film horror kita mengalami peningkatan kualitas yang sangat signifikan. Sutradara-sutradara hebat seperti Vano pun mulai membuat film horror, jadi kupikir kenapa nggak? Dan ini pengalaman pertama sekaligus perubahan yang menyenangkan setelah puluhan film romance dan drama yang kumainkan.

 

WARTAWAN 1
Setelah ini kira-kira ada keinginan main film horror lagi nggak, Ratika?

 

RATIKA
Kalau skenarionya menarik, lawan main dan sutradaranya seru, tentu aja aku mau main film horror lagi.

 

Usy keluar dari kerumunan pewawancara Ratika dan menghampiri Fajar.

 

USY
Gimana? Gambar lo udah cukup kan?

 

FAJAR
Udah.

 

Raut wajah Usy terlihat berpikir keras.

 

FAJAR
Lo kenapa?

 

USY
Ahh, gara-gara gue liat interaksi mereka di dalem. Gua jadi berasa Ratika muji-muji Sutradaranya terus.

 

FAJAR
Ya wajar dong pemain sama crew saling muji di situasi kayak gini. Apalagi ke sutradaranya. Sekarang gimana, masih ada yang mau lo wawancarai lagi?

 

USY
Sutradaranya. Gue belum wawancara sutradaranya langsung. Giliran ditungguin, dia nggak nongol. Giliran gue udah pindah buat wawancara yang lain, dia malah baru nongol. Udah macem artis aja susah banget dicarinya.

 

Usy mengedarkan pandangan. Beberapa wartawan mulai meninggalkan tempat itu. Jamie berjalan menghampiri Usy.

 

JAMIE
Gue langsung cabut, ya, Sy. Sampai ketemu lagi di acara lain.

 

USY
Ok. See you around.

 

Usy cipika-cipiki sama Jamie sebelum akhirnya Jamie melenggang pergi meninggalkan bioskop.

 

FAJAR
Tuh, Alvano Praja, Sy.

 

Fajar menyolek Pundak Usy dan menunjuk ke area di dekat kamar mandi.

 

USY
Oh, iya. Yuk, samperin.

 

Usy dan Fajar melangkah cepat menghampiri sang sutradara.

 

USY
Mas Vano, boleh wawancara?

 

VANO
Boleh.

 

Vano terus menatap Usy. Bahkan saat Usy bersiap dengan mengeluarkan ponsel dan menyalakan voice recorder.

 

VANO
Kamu dari media mana?

 

USY
Oh, maaf. Saya lupa memperkenalkan diri. Saya Usy, dan ini Fajar, dari HerDaily.

 

VANO
Salam kenal, ya, Usy.

 

Vano mengulurkan tangan, dan Usy pun menyambutnya.

Di kejauhan terlihat Ratika yang sesekali memperhatikan interaksi Vano dan Usy sambil mencoba meladeni wartawan.

 

USY
Setelah ini apa Mas Vano akan buat film horror lagi?

 

VANO
Sementara ini belum ada rencana untuk bikin film horror lagi. Project selanjutnya drama keluarga.

 

USY
Kenapa, tuh, Mas? Apa ada masalah di produksi kemarin yang membuat Mas Vano belum mau bikin film horror lagi?

 

VANO
(tersenyum) Bisa aja, kamu. Produksi kemarin lancar-lancar aja, kok. Kebetulan aja memang project selanjutnya yang di acc producer drama keluarga.

 

USY
Ok. Terima kasih, mas Vano, atas wawancaranya.

 

VANO
Sama-sama, ya, Usy.

 

Vano menyentuh Pundak Usy dan tersenyum.

 

VANO
Boleh tukeran nomor telepon, siapa tahu nanti aku media visit ke IMG Tower dan kita bisa ketemu lagi.

 

USY
Oh, boleh, Mas.

 

Vano mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menyodorkannya pada Usy. Usy mengetikkan nomor dan kembali mengembalikannya pada Vano. Tak lama HP Usy bergetar, Usy melihat HPnya.

 

VANO
Itu nomor HPku. Save, ya.

 

USY
Siap. Terima kasih, Mas. Kami pamit dulu.

 

VANO
Oke. Thank’s ya udah ikut nonton dan wawancara. Sampai ketemu lagi.

 

Usy mengangguk dan berjalan pergi bersama Fajar.

 

FAJAR
Udah semua, kan?

 

USY
Udah, Yuk balik!

 

Vano masih memperhatikan langkah Usy. Fajar sempat melirik pada Vano yang kemudian dengan santai melenggang pergi. Fajar menyenggol bahu Usy sambil senyum-senyum.

 

USY
Kenapa, sih, lo?

 

FAJAR
Enggak.

 

USY
Apa, sih?

 

FAJAR
Itu si Vano kayaknya tebar pesona banget sama elo. Dia naksir kali, Sy.

 

USY
Dih. Mana mungkin. Dia kan sutradara muda playboy yang setiap ada acara selalu bawa gandengan artis cewek cantik.

 

FAJAR
Ya, kan kita nggak tahu seleranya. Siapa tahu dia doyan yang kecil-kecil montok kayak elo.

 

USY
Resek!

 

FAJAR
Ya, kan siapa tahu aja. dia lumayan ganteng, kan?

 

USY
Ganteng, sih. Tapi bukan duda. Gue nggak tertarik.

 

FAJAR
(tertawa) Dasar duda lover.


Usy dan Fajar terus berjalan pergi meninggalkan bioskop.

 

Cut to

 

18. Ext. Landmark Jakarta – Malam


Established kota Jakarta malam hari. Menunjukkan lampu-lampu jalan dan gedung-gedung yang megah.

 

Cut to

 

19. Ext. Kantor – Lobby – Malam


Riona berjalan menuju Lobby sambil mencari kunci mobilnya di dalam tas.

 

ANGKASA
Nyari apaan, sih?

 

RIONA
Kunci mobil.

 

ANGKASA
Ketinggalan di meja kerja lo nggak?

 

RIONA
Dari tadi kayaknya nggak gue keluarin deh. Di mana ya?

 

ANGKASA
(terkekeh)
ternyata Mighty Riona juga bisa kehilangan kunci.

 

RIONA
Ini nunjukin kalo gue juga manusia biasa.

 

ANGKASA
Tapi nggak di mata gue.

 

Riona tertegun mendengar ucapan Angkasa. Tiba-tiba terdengar suara perut Riona yang lapar, membuatnya sedikit salah tingkah.

 

RIONA
Ini juga salah satunya ciri manusia karena butuh makan.

 

Riona memalingkan wajah dan menggigit bibir bawahnya merasa malu. Lagi-lagi Angkasa tersenyum dan menatap Riona dengan hangat.

 

ANGKASA
Gue rasa kita harus… (terpotong)

 

Suara telepon masuk. Angkasa mengeluarkan ponsel dari saku, menatap layar HP, lalu mengambil jarak dari Riona untuk menerima telepon tersebut.

 

RIONA
(bergumam) Gue langsung pergi aja, atau tunggu? Tapi kayaknya tadi dia mau ngajakin makan malam.

 

Riona sesekali menatap Angkasa yang tengah menelepon. Angkasa segera menyudahi teleponnya dan berjalan ke arah Riona.

 

ANGKASA
(canggung)
Kayaknya gue harus cabut sekarang.


Riona merasa canggung dan kecewa.

 

RIONA
Oh, ok. Silakan. Gue juga mau balik.

 

ANGKASA
Sampai ketemu besok.

 

RIONA
Ya, kita pasti ketemu. Kita kan satu kantor.

 

Angkasa mengangguk, tersenyum, lalu pergi meninggalkan Riona.

 

Cut to

 

20. Ext/Int. Jalan Raya – Mobil Riona – Malam



Riona menyetir dengan wajah cemberut.

 

RIONA
(merengek) Ah perut sialan. Manner lo mana? Di saat kayak gini pula. Gimana gue ketemu Angkasa besok?


Riona memukul setir dengan kesal.


RIONA
Kapan lagi coba Angkasa bakal ngajak makan malam? Ah, gue harus tenang. Rasional! Kalau dia emang berniat ngajak gue makan malam, masih ada kesempatan malam-malam lainnya. Relax Riona. Relax.

 

Riona menancap gas dan melajukan mobilnya di tengah padatnya jalanan ibu kota.

Cut to

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar