Calon Suami Akhir Zaman
17. Nomer ponsel Nirmala

FADE IN

SCENE 27 INT, KANTOR SANJAYA COPERATION, PAGI

Aska sedikit datang terlambat pagi ini, ia belum terbiasa bangun pagi.

Aska membuka pintu pentri, dan disana sudah banyak karyawan yang terlihat sedang menyedu kopi sendiri.

Agni yang menyadari kehadiran Aska, sontak langusung menyapa dengan girang.

Agni : "Aska...!" Serunya pada Aska yang masih berdiri di ambang pintu.

Karyawan yang ada di situ juga tampak menoleh semua pada Aska.

Dua karyawan pria di sudut lain langsung berbisik-bisik.

Teman Bakri (1) : "Wah... Parah, baru masuk aja, tuh OB udah bisa bikin Agni yang dingin sama kamu, jadi kelepek-kelepek. Payah kamu Bakri, masa' kalah sama anak baru." Nada memanas-manasi.

Bakri sontak menatap tajam ke arah Aska yang kini sedang tampak berbincang dengan Agni.

Bakri : "Kamu lihat aja, tuh bocah pasti abis sama aku. OB doang aja belagu." Dengusnya kesal.

Teman Bakri (2) : "Walaupun cuma OB, jujur, dia ganteng, kamu kalah jauh sama dia." Celetuknya seolah tanpa dosa.

Bakri langsung menoleh geram pada temannya itu.

Teman Bakri (1) langsung menjitak kepala teman Bakri (2).

Teman Bakri (1) : "Teman kamu siapa semprul, OB itu apa bos Bakri?" Ucapnya gemas.

Teman Bakri (2) mengusap-ngusap kepalanya yang bekas di jitak.

Teman Bakri (2) : "Eh...sakit tau, ini kepala udah di pitrahin sama mbokku, main jitak aja."

Teman Bakri (1) : "Lagian kamu ada-ada aja, udah tau ada bos Bakri malah ngomongnya sembarangan." Protes.

Bakri : "Udah... Udah, kenapa kalian malah ribut sendiri?!" Kesalnya.

INTER CUT

Percakapan antara Aska dan Agni.

Agni : "Nanti pulang kerja makan malam di luar yuk?" Ucapnya antusias.

Aska langsung mengangkat kedua alisnya heran.

Aska : "Maaf ya, kayaknya enggak bisa." Jawabnya datar.

Agni : "Aku yang traktir." Masih belum ingin menyerah.

Aska : "Maaf, tapi aku beneran enggak bisa."

Bakri menyahut dari tempatnya.

Bakri : "Alah ... Pakek sok jual maha segala, padahal cuma cowok kere." Sindirnya tajam.

Aska menarik nafas dalam sebelum menoleh pada Bakri.

Aska : "Biasanya orang yang suka kalah dari segi segalanya emang suka iri." Ucapnya dengan tampang konyol.

Bakri menggeram.

Bakri : "Ngomong apa kamu barusan?!"

Aska menggeleng dan seolah ingin berlalu dan tak ingin mempedulikan Bakri.

Bakripun segera beranjak dari duduknya dan berdiri tepat menghadang Aska.

Teman Bakri (2) : "Udahlah bos Bakri, dia cuma anak baru, enggak perlu di kerasin."

Bakri : "Justru dia anak baru, dia harus di kasih pelajaran biar enggak kurang ajar." Matanya memicing tajam ke arah Aska.

Aska : "Aduh enggak kebalik tuh bos, kayaknya Abang deh yang perlu belajar lagi, biar bisa ya... Agak tinggi gitu lah." Aska tertawa tertahan memandang tubuh mungil Bakri.

Bakri lagi-lagi menggeram.

Bakri : "Tuh kan, kalian pada liat, dia enggak ada sopan-sopannya sama senior." Teriak Bakri memprovokasi.

Aska : "Aduh Bos... Bagian mana sih gue yang enggak ada sopan santunnya? Jangan cari-cari alasan buat nindas gue, kalo iri bilang aja bos,gue enggak dendaman kok." Aska tersenyum tulus dan sangat siap jika Bakri memang membencinya.

Bakri sontak terdiam. Merasa kesal ia pun beranjak berlalu dari sana. Di ikuti oleh kedua temannya.

Agni : "Aska, kamu enggak apa-apa kan? Bakri emang suka gitu orangnya. Suka reseh."

Aska : "Tenang aja, gue enggak apa-apa kok. Maaf ya, kayaknya gue harus kerja."

Aska berlalu dari hadapan Agni. Agni tak bisa menahan dan hanya bisa menatapi punggung Aska dengan tatapan kecewa.

Tak lama ruang pentri kembali sepi, semua karyawan sudah mulai kembali ke meja kerjanya masing-masing.

Aska terlihat sibuk mencuci gelas di wastafel di bantu oleh Prasetio.

Aska : "Pak, Bapak lihat kan tadi si Bakri? Dia itu kenapa sih kayaknya enggak suka banget sama aku?"

Prasetio tersenyum simpul.

Prasetio : "Itu mungkin karena dia cemburu Mbak Agni deketin kamu, dia kan sudah lama naksir mbak Agni tapi di tolak mulu."

Aska manggut-manggut.

Aska : "Hem... Kasihan juga ya, dia."

Prasetio : "Bapak itu sebenernya penasaran loh sama kamu, kamu tampangnya kayak bukan orang sembarangan gitu."

Aska : "Ah... bapak bisa aja, jangan penasaran pak." Selorohnya.

Prasetio : "Beneran, kamu tuh enggak tampang orang biasa, kamu tuh punya karisma gitu."

Aska terkekeh.

Aska : "Udah ah, pak. Orang Aska biasa-biasa aja kok. O... Iya, biar Aska aja yang rapihin gelasnya. Bapak istirahat aja."

Prasetio tersenyum melihat Aska yang bersikap baik.

CUT TO

SCENE 28 EXT, JALANAN, SIANG

CU : "Terlihat jam dinding menunjukkan pukul 12.

Sudah saat nya jam makan siang.

Aska sengaja pergi keluar, untuk menemui Nirmala di tempat tukang es krim pinggir jalan tempat mereka bertemu kemarin.

Ternyata benar, Nirmala sedang ada disana.

Aska : "Mala!" Teriaknya dari kejauhan.

Sontak Nirmala menoleh ke arah Aska.

Nirmala : "Hai..." Melambai ke arah Aska untuk memberi isyarat dia melihat kehadiran Aska.

Aska tersenyum seperti anak kecil. Tujuannya hanya Nirmala, hingga ia seperti biasa ceroboh dan tak memperhatikan langkahnya. Tiba-tiba

SO : bruk!

Aska terjatuh, karena tak memperhatikan ada lubang di trotoar yang di laluinya. Tangannya yang di gunakan bertumpu untuk menahan badannya pun terluka.

Nirmala segera berlari mendekat untuk melihat keadaan Aska.

Nirmala : "Kamu enggak apa-apa?" Tanyanya khawatir.

Aska menggeleng dan mencoba untuk berdiri kembali.

Nirmala : "Kenapa enggak hati-hati sih kalo jalan?"

Aska : "Gara-gara kamu nih, aku jadi kayak gini."

Aska memperlihatkan telapak tangannya yang terlihat lecet-lecet.

Nirmala : "Lah kok jadi aku?" Kebingungan.

Aska : "Bodo, aku enggak mau tau, pokoknya kamu harus tanggung jawab."

Nirmala : "Hah... Maksudnya tanggung jawab apa?"

Aska : "Kamu udah bikin tangan aku luka, kamu harus ganti biaya berobatnya. Sakit tau!"

Nirmala : "Hah?" Tercengang.

Aska : "Jangan hah... hah aja, ganti rugi!"

Nirmala tertawa geli.

Nirmala : "Kamu itu apa-apaan sih Aska, bilang aja kalo minta di obatin."

Aska : "Hehe... Ternyata kamu peka juga ya?" Aska cengengesan.

Nirmala tersenyum sembari menggelengkan kepalanya.

Nirmala : "Yaudah... Kamu tunggu disini, aku mau ambil kotak P3K di mobil fun aku. Tunggu ya?"

Nirmala pun bergegas berlalu dari hadapan Aska. (Beat)

Tak lama Nirmala sudah kembali dengan kotak P3k di tangannya.

Nirmala : "Sini... Coba lihat tangan kamu yang luka?" Ucapnya pada Aska.

Sekarang mereka berdua sudah duduk di sebuah bangku di bawah pohon rindang.

Aska menjulurkan kedua tangannya yang tampak lecet.

Nirmala mengambil kapas dan membubuhkannya dengan cairan anti septik.

Aska : "Aughh...!" Mengaduh kesakitan ketika Nirmala mencoba membersihkan lukanya dengan kapas.

Nirmala : "Maaf... Maaf, enggak sengaja, sakit ya." Terlihat khawatir.

Nirmala : "Oke... Aku akan coba pelan-pelan ya?"

Nirmala terlihat fokus mengobati tangan Aska, sedangkan Aska memperhatikan wajah Nirmala sambil senyum-senyum sendiri.

Tak lama tangan Aska sudah terlihat di perban.

Nirmala : "Selesai, udah enggak sakit kan?" Ucapnya pada Aska riang.

Aska : menggeleng, "Makasih ya?" Tersenyum.

Nirmala : "Sama-sama."

Aska : "Tapi kalo aku mau kontrol luka Aku gimana? Aku kan harus hubungin kamu?"

Nirmala kembali tercengang.

Aska : "Siniin nomer HP kamu, kamu kan harus cek luka aku."

Nirmala terkekeh.

Nirmala : "Bisa aja ya kamu modusnya?"

Aska : "Jangan ketawa, aku enggak lagi modus, aku cuma enggak pingin kamu lari dari tanggung jawab."

Nirmala : "Iya deh iya... Siap bos."

Aska : "Cepetan mana nomer HP kamu?" Menjulurkan Hp nya sendiri pada Nirmala.

Nirmala tersenyum tertahan dan meraih HP Aska, kemudian mengetikkan nomer HP nya sendiri di sana.

Nirmala : "Nih..."

Aska : "Nah... Kalo gini kan aku bisa telepon kamu kalo lagi kangen." Terkekeh.

Nirmala : "Huh... Dasar."

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar