andai
15. halaman 15

LANJUTAN:

CUT TO:

INT. RUMAH SAKIT - PAGI HARI

Tibalah Jara dirumah sakit dengan panik.

Jara langsung menuju bagian front office dan bertanya tentang ibunya.

JARA

Suster, dimana ibu saya?[datang tergesa-gesa dan panik].

SUSTER BAGIAN FRONT OFFICE

Siapa nama ibu kamu?[mencoba bertanya dan menenangkan Jara].

JARA

Melianda Permatasari.

SUSTER BAGIAN FRONT OFFICE 

Oke sebentar, saya cari dulu. Adek tenang.

JARA

Cepat dok.

Suster itu melihat papan dengan secarik kertas diatasnya dan,

SUSTER BAGIAN FRONT OFFICE

Baru saja masuk ke ruangan dua ratus sembilan.

Mendengar jawaban itu, Jara langsung berlari kesana.

Jara mulai panik dan menangis mendengar kabar barusan.

CUT TO:

INT. RUMAH SAKIT LANTAI DUA - PAGI HARI

Sampailah ia di lantai dua berlari melewati anak tangga.

Dengan nafas tersedak-sedak ia mencari ruangan dua ratus sembilan.

Melihat berbagai petunjuk di tembok-tembok dan,

Jara menemukan ayahnya yang sedang menunggu diruang tunggu. Dengan kedua tangan dilipat diletakkan dibelakang kepala sambil menunduk.

Jara menghampiri.

JARA

Dimana mama?

AYAH JARA

Mama didalam.

Jara melihat ruangan dua ratus sembilan dan terdapat dokter dan suster-suster disana.

Jara mencoba masuk tetapi pintu terkunci dari dalam.

Karena tidak bisa berbuat apa-apa, Jara menunggu disana sambil menangis.

CUT TO:

INT. LORONG RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT - SIANG HARI

Lalu seorang dokter keluar dari sana.

JARA

Dok, gimana dok mama saya.

Jara terbangun dengan ayahnya dari duduk sekian lama menunggu.

DOKTER

Ibu mu baru saja sadar. Ia baik-baik saja tetapi pembuluh darah di kakinya pecah sehingga ibu mu tidak dapat berjalan lagi.

Jara dan ayahnya menangis mendapat berita seperti dari dokter.

JARA

Saya mau masuk dok.

Ia mencoba masuk.

DOKTER

Silahkan, tetapi saya minta satu per satu untuk masuk. Karena kondisi ibu mu masih lemah.

Tanpa menghiraukan ayahnya, Jara masuk terlebih dahulu.

CUT TO:

INT. RUANG DUA RATUS SEMBILAN - SORE HARI

Jara masuk perlahan melihat kondisi ibunya yang terbaring di atas kasur dengan selimut yang menutupi badan ibunya.

Jara berjalan perlahan dengan menangis kecil mencoba berdiri membelakangi jendela disamping ibunya.

JARA

Mah.[menangis melihat ibunya yang sedang tertidur lemas].

Jara memanggil ibunya yang sedang tertidur lemas dan ibu Jara membuka mata perlahan karena mendengar panggilan dari anaknya.

IBU JARA

Nak.

JARA

Mah. Mama gapapa kan?[mulai menangis dan memegang tangan ibunya].

IBU JARA

Mama gapapa nak tapi mama gak bisa jalan lagi nak.[ia mulai menangis memegang tangan Jara].

JARA

[menangis], gapapa mah. Yang penting mama masih ada disini.

IBU JARA

Percuma nak, mama sekarang cacat.[menangis kencang tersedu-sedu].

JARA

[menangis kencang tersedu-sedu].

IBU JARA

Sini nak.[mencoba memeluk Jara].

JARA

[memeluk ibunya dan menangis].

IBU JARA

[melepas perlahan pelukan diantara mereka], dengar mama ya nak. Tolong kamu lanjutin usaha mama selama ini.

JARA

[menangis didepan ibunya], enggak bisa mah. Jara gak mau.

IBU JARA

Tolonglah nak, cuman ini yang mama mau dari kamu. Buat ibumu bangga nak.

JARA

[menangis kencang sambil membungkuk membelakangi jendela berhordeng biru menatap ibunya]. Enggak bisa mah, cuman mama yang bisa.

IBU JARA

Kamu pasti bisa nak,[senyum dan memegang muka Jara dengan kedua tangan sambil menangis].

JARA

Enggak mah.

IBU JARA

Kamu pasti bisa nak. Cuman ini yang mama mau dari kamu. Ini untuk kamu dan orang rumah nak.

JARA

[hanya bisa pasrah sambil menangis], ia mah. Jara lakuin ini hanya untuk mama.

IBU JARA

Makasih nak.[memeluk Jara].

JARA

Iya mah,[menangis kencang di dalam pelukan ibunya].

Mereka berdua berpelukan sambil menangis dengan posisi Jara membelakangi hordeng biru yang memasukkan cahaya.

Terbentuklah silhouette disaat mereka berpelukan dengan latar hordeng biru disana.

Kamera perlahan menjauhi mereka.

CUT TO:

SUPER : 4 TAHUN BERLALU

Empat tahun berlalu, Jara terbangun dirumah barunya.

Terlihat hasil kamera polaroid selama ini yang ia dapatkan semasa hidupnya dan ditempelkannya ditembok depan meja kerja didalam kamar.

Kamera memperlihatkan seisi kamar Jara yang baru.

CUT TO:

INT. RESTORAN LOCALE - PAGI HARI

Jara datang ke restoran miliknya ber-temakan Indonesia bentuk fine-dining dengan jas yang rapih bak bos besar nan sukses serta kumis yang tumbuh.

Ia masuk ke ruangannya lewat pintu belakang restoran.

Ia bertemu dengan para chef yang menyapa Jara.

BEBERAPA CHEF

Good morning, chef.

JARA

Morning.

Ada dua chef yang sedang menggerutu tidak mengetahui kedatangan bos nya yaitu Jara.

CHEF 1

Oh god, I need vacation so bad. This place is drivin’ me crazy. And our boss is a cold-blooded human.

CHEF 2

I know right.

Jara melewati mereka dan mendengar perbicangan mereka.

JARA

I heard you guys.[berjalan lurus sambil ngomong].

Kedua chef itu mengedengar kedatangan Jara dan,

CHEF 1

Oh..., morning chef. I’m so sorry from what...

JARA

No, it’s alright. You guys are human being.

Jara langsung memotong.

CHEF 2

I’m so sorry chef.

Jara lanjut berjalan menuju ruangannya.

CHEF 2

Fuck you.[menepuk dada chef 1 dengan belakang tangan].

Jara masuk ke ruangannya.

CUT TO:

INT. RUANGAN JARA - PAGI HARI

Jara masuk dan menghampiri kursinya.

Terlihat tumpukkan buku-buku dan majalah diatas meja yang sudah di taruh oleh assistant-nya.

Jara mengambil tumpukkan itu dan,

ASSISTANT JARA

[mengetuk pintu].

JARA

Come in.

Jara mendengar suara ketukkan pintu dan menyuruh masuk.

ASSISTANT JARA

Morning sir, every documents that you...

JARA

I’ve just seen it. Thank you. Now you can leave.

ASSISTANT JARA

Okay chef.

Jara sudah mengetahui dokumennya dan memotong pemberitahuan info dari assistant-nya dan menyuruh ia keluar.

Jara melihat satu per satu tumpukkan tersebut dan terlihat majalah FIZZ tentang restoran terbaik dengan foto Jara di cover majalah tersebut dan terdapat surah undangan pernikahan beratas namakan Ivana dan Fio.

Jara membuang yang lain dan fokus melihat undangan tersebut.

Ivana mengundang Jara ke pernikahannya tepat pagi hari di hari itu.

Jara hanya bisa terdiam melihat isi dari undangan tersebut dan,

JARA

[keluar dari ruangan], okay guys. Today we close. I need to go now. It’s urgent. Thank you.

SEISI RESTORAN

Yes, chef.

Jara memberitahukan secara mendadak dengan surat yang ia pegang dan langsung pergi.

CHEF 1

You’re welcome,[menepuk dada chef 2 ]. Asshole.

CUT TO:

INT. GEDUNG PERNIKAHAN IVANA - PAGI HARI

Jara sampai dengan pakaian yang ia kenakan sebelumnya dari restoran.

Sebelum masuk, ia membakar satu batang rokok sebagai persiapan dan mondar-mandir diluar gedung yang berpilar tempat area merokok.

Jara begitu resah sambil mondar-mandir, tidak percaya apa yang baru saja ia lihat dari undangan.

Sesekali ia melihat undangan yang ia dapatkan dari ruangannya.

Selesai ia merokok, ia mematikan puntungnya dengan menggesekan di jaring-jaring tempat sampah untuk rokok.

Datanglah ia ke keramaian yang sedang berbaris menunggu calon pengantin baru.

Jara berjalan perlahan dengan view sinar matahari yang lembut menabrakkan sinarnya ke muka Jara layaknya embun pagi dan menunggu di paling bawah barisan keramaian untuk ikut menunggu kedatangan mempelai baru.

Turunlah perlahan Ivana dan Fio dengan pakaian seorang pengantin menyusuri anak tangga menuju limosin yang sudah menunggu mereka.

Cahaya matahari begitu terik sehingga Ivana dan Fio menghadang cahaya yang mencoba masuk dengan tangannya. Mereka tampak bahagia saling berpegangan dan berjalan perlahan.

Semua orang ikut senang dan bahagia, bunga-bunga berterbangan sejalan mereka keluar dari gedung yang dilempar oleh peri-peri kecil dengan gaun putih.

Jara tersenyum melihat mereka keluar. Sesekali tatapan ia tertutup oleh bunga-bunga yang berterbangan mendarat di muka Jara.

Ivana dan Fio memeluk keluarga dan kerabat mereka dengan senyum yang sangat lebar.

Sampailah Ivana dan Fio di bawah tangga dan Jara menatap Ivana dengan senyum bahagia.

Ivana melihat Jara dan, 

IVANA

Halo Jara.

JARA

Halo Ivana.

Mereka berdua saling bertatapan.

Ivana menunjukkan tangannya yang sudah dibaluti sarungan tangan putih halus dan juga cincin di jari manis dengan senyum.

Jara yang melihat hanya tertawa kecil dan tersenyum.

Ivana pun memeluk Jara dengan lembut.

Jara berbisik,

JARA

Selamat dan terima kasih. Ivana.

IVANA

Sama-sama Jara.

Ivana melepaskan pelukannya dan melambaikan tangan ke Jara.

Jara hanya berdiri tegak dan tersenyum.

Ivana pergi menuju limosin yang pintunya sudah terbuka dan ditahan oleh suami barunya, Fio.

Sebelum masuk, Ivana melambaikan tangan ke semua orang yang sudah hadir dan masuk perlahan karena gaunnya yang besar.

Ivana sudah masuk, giliran Fio melambaikan tangan ke semua orang dan masuk perlahan dan menutup pintu.

Pergilah mobil limosin itu.

Sejalan mobil itu pergi, Jara terus melihat kepergian mobil itu.

Dan satu per satu kerumunan pergi. Tersisa Jara disana melihat arah kepergian mobil. Ia mulai menitihkan air mata disana.

Tiba-tiba hujan turun dan,

JARA

Cliché.

Jara yang sedang berdiri diguyur oleh hujan yang sudah mulai besar.

PETUGAS DISANA

Sir.

Ia memberikan payung merah untuk Jara.

JARA

Thank you.

Jara menerimanya.

Jara berjalan kaki menuju rumah.

CUT TO:

INT. JALAN MENUJU RUMAH BARU JARA - PAGI HARI YANG MENDUNG

Pagi itu dihiasi dengan langit gelap mendung serta lampu jalan yang menyala karena gelap.

Berjalanlah ia menyusuri rumah dibawah lampu-lampu jalan, ditemani oleh payung merah yang dipinjamkan dan sebatang rokok yang sudah dinyalakan.

Sambil menangis memikirkan hal-hal yang sudah ia lakukan selama ini. Sesekali dia mengusap air matanya dengan lengan jas yang dikenanakannya.

Sampailah Jara didepan rumah sederhana, membuka pintu dan masuk. Ia langsung disambut oleh seekor kucing dan juga seorang pembantu disana.

JARA

Hello, Mio.

PEMBANTU JARA

Selamat pagi pak, sini saya ambilkan.

Sejalannya pintu menutup rumah Jara, seorang pembantu terdengar dari dalam rumah dan Jara menyapa kucingnya dan tertutuplah pintu rumah.

CUT TO:

INT. KAMAR JARA DI RUMAH BARU - PAGI HARI YANG MENDUNG

Jara masuk kekamarnya sengaja tidak menyalakan lampu karena cahaya masih bisa masuk ke kamarnya.

Terlihat berbagai hasil foto polaroid di dinding dan laptop dimeja kerja Jara.

Jara duduk sejenak dan menunduk merenung disana.

Lalu,

CUT TO:

INT.KAMAR JARA DI RUMAH BARUNYA - BERLANJUT

Bermainlah lagu Chrisye berjudulkan “Andai Aku Bisa”.

Jara sedang menulis di atas kertas berjudulkan “andai”.

Disebelahnya terdapat laptop yang menyala hanya menampilkan cahaya karena blur.

Jara menangis, meneteskan air mata di atas kertas sembari ia menulis.

Ia menangis begitu kencang sambil menulis.

Setelah ia selesai menulis,

Jara menatap kamera dengan muka sedihnya dan pipi yang basah karena air mata.

Ia beranjak dari kursinya, dan mengarah ke kamera polaroid dengan stand yang sudah ia siapkan untuk menjepret Jara dan kursi dibawah tali yang sudah ia ukir di langit-langit kamarnya untuk menyelesaikan hidup Jara.

Jara memasang timer untuk menjepret Jara berkali-kali dari kamera yang sudah disiapkan dan perlahan berdiri di atas kursi membelakangi meja kerja dan foto-foto polaroid yang tertempel didinding. Ia mengalungkan tali itu ke leher. Tali sudah mengalungkan leher Jara dan Jara menendang kursi itu.

Jara meronta-ronta dan kamera menjepret Jara dengan flashlight-nya sehingga menciptakan bayangan ia sedang melawan rasa sakit digantung di atas tali.

Kita diperlihatkan pergerakan halus bayangan Jara yang mendarat di dinding foto polaroid. Memperlihatkan foto-foto Jara semasa hidupnya menuju hasil akhir dari kamera foto polaroid.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar