Anak Ibu
8. Episode 8 (Scene 80-82)

80 INT. KAMAR HARIS - MALAM

Cast: Haris

Cincin di dalam kotak cincin yang terbuka.

Haris diam memandangi cincin tunangan yang diberikan bundanya. Jemarinya perlahan mengambil cincin itu, lalu mengenakannya.

Ponsel di meja menyala layarnya. Haris mengambilnya segera. Sebuah pesan datang dari Arjani.

INSERT:

Pesan: Ris, aku mau bicara.

CUT TO

Haris segera menelepon nomor kontak Arjani. Tidak berapa lama, Arjani menjawab panggilannya.

ARJANI (O.S)

Ris, aku mau nikah.

Haris terpegun sesaat. Ia merasa aneh di hatinya.

HARIS

Selamat! Semoga bahagia.

ARJANI (O.S)

Serius kamu bilang begitu?

HARIS

Eemmm ...

ARJANI (O.S)

Enggak mau perjuangin aku?

HARIS

Kamu enggak mau diperjuangin, Ar.

ARJANI (O.S)

Aku butuh diyakinin.

HARIS

Masalahnya kamu enggak yakin sama

aku. Aku ... juga udah punya

tunangan.

Arjani diam.

HARIS

Ar? 

ARJANI (O.S)

Oke. Assalamualaikum.

HARIS

Waalaikumsalam.

Haris menurunkan ponselnya dari telinga.

HARIS (V.O)

Seperti inilah akhirnya jawaban

doa-doa yang selama ini

kupanjatkan. Kamu akan menjalani

kehidupan kamu sendiri, begitupun

denganku. Kita akan menikah dengan

orang lain. Ikhlas, Ris ... ikhlas.

CUT TO BLACK

81 INT. MASJID - PAGI

Cast: Arjani, Sasmaya, Raras, Seubekti, Trisa, Penghulu, Hakim, Pegawai Rumah Sakit

Arjani menunduk di depan penghulu, hakim, dan keluarganya. Hari ini akan diadakan akad nikah sederhana dan tertutup. Keluarganya tampak cemas karena keluarga mempelai pria belum juga datang.

SASMAYA

Kamu yakin, mereka ndak membatalkan

pernikahan ini?

RARAS

Ndak, Bu. Mereka keluarga

baik-baik.

SASMAYA

Kenapa belum datang?

Dari pintu masjid, rombongan kecil mempelai pria (3 orang laki-laki)datang. Arjani mendonggak dan terkejut saat melihat calon suaminya seorang pria kisaran usia 40-50 tahun.

CUT TO

 

82 INT. MASJID - PAGI

Cast: Arjani, Sasmaya, Raras, Seubekti, Trisa, Penghulu, Hakim, Pegawai Rumah Sakit

Haris tergesa memasuki masjid. Hari ini dia ada janji di kampus yang tidak bisa ditinggalkan. Sementara hari ini pula dia harus melangsungkan akad nikah. Sambil memasang dasi, Haris tergesa memasuki masjid dan dikejutkan dengan akad

yang lain. Ia melihat Subekti sedang berbincang dengan pria berjas rapidan berpeci. Sementara di depan meja, Arjani duduk dengan wajah sedih menatap ke arah dirinya.

Trisa muncul di belakang Haris dan memegang lengan putranya.

TRISA

Ris

HARIS (menoleh)

Bun?

Trisa tersenyum lebar.

TRISA

Ayo! Mempelaimu sudah menunggu.

Haris tampak linglung. Trisa membawanya mendekati meja akad. Raras berdiri dan menghampiri Trisa.

RARAS

Tri.

 

TRISA

Ini anakku. Maaf baru bisa

memperkenalkannya sekarang. 

RARAS

(tersenyum)

Ndak apa-apa. Ganteng.

 

Arjani yang kebingungan segera berdiri.

ARJANI

Ini sebenernya Arjani mau nikah

sama siapa?

 

SUBEKTI

(merangkul putrinya)

Sama itu, Den bagus Haris.

 

HARIS

Bun, Haris dijodohin sama Arjani?

 

Trisa tersenyum dan mengangguk.

 

ARJANI

Buk, kata Ibuk aku enggak boleh

deket-deket sama keluarganya Haris?

 

RARAS (tersenyum sipu)

Itu dul, sebelum Ibu tahu rencana bapak kamu sama bundanya Haris buat menjodohkan kalian.

 

SUBEKTI

Sebenenrnya dari dulu Bapak mau

jodohin kamu sama Nak Haris, tapi

kamu bawa calon duluan. Ya, sudah.

Bapak mengalah.

 

ARJANI

(menunjuk pria yang dikira

mempelai prianya)

Terus Bapak ini siapa?

 

TRISA (tersenyum)

Itu sopir rumah sakit yang saya mintai tolong bilang ke kalian kalau mempelai prianya masih dalam perjalanan.

 

SUBEKTI

Atau kamu mau menikah dengan Bapak

ini?

(menunjuk orang rumah sakit)

 

Arjani menggeleng segera, membuat orang-orang tertawa. Begitu pun dengan Arjani dan Haris.

 

Prosesi akad pun dimulai dengan penyerahan hak wali kepada

Hakim.

ARJANI (O.S) Ada aku enggak?

 

HARIS (O.S)

Hmmm ...

 

ARJANI (O.S)

Ada aku enggak di doa kamu?

 

Akad dimulai, Haris berjabat tangan dengan penghulu yang sedang mengikrarkan akad.

 

HARIS (V.O)

Ingat saat kamu menanyakan itu,

Arjani? Dalam hatiku menjawab,

’Ada, selalu ada kamu dalam

doa-doaku.’

 

Haris melafalkad kalimat akad dengan yakin dan sungguh.

 

HARIS (V.O)

Belasan tahun setiap malam, aku

merayu Tuhan agar menjodohkanku

dengan kamu. Bahkan ketika kita

terpisah, doaku enggak pernah

berhenti untuk kamu.

 

Penghulu membacakan doa dan diamini dua keluarga kecil mempelai.

 

ARJANI (O.S) Boleh request doa, enggak?

(jeda)

Doain biar ... hubunganku langgeng

sama Yama sampai kami nikah.

 

Arjani salim dan mencium punggungtangan Haris.

 

HARIS (V.O)

Tetapi kamu malah meminta doa yang

lain.

(jeda)

Kamu tahu, setiap sepertiga malam

terakhir, aku melafalkan dua doa

untukmu yang bersilang selimpat.

Apa boleh buat? Aku harus berdoa

untuk diriku sendiri, juga menepati

janjiku kamu, Arjani.

 

Haris dan Arjani sungkem, memohon restu pada orang tua keduanya.

HARIS (V.O)

Aku percaya, keputusan Tuhan yang

terbaik dan ... sebagai hamba-Nya

yang kecil, aku cukup tahu diri.

Sejauh apa diriku berhak meminta

pada Tuhan. Benar, meminta dalam

doa, bukan mendikte ataupun

mengintimidasi Tuhan.

 

Haris dan Arjani berhadapan. Keduanya tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

 

HARIS (V.O)

Dan di sinilah kita pada akhirnya, Arjani, istriku. Tuhan tetap mengabulkan doaku.

 

Establish: Beranda masjid, halaman masjid, bangunan masjid, dan menuju langit.

 

TEXT: ANAK IBU

"SELESAI"

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar