Anak Ibu
2. Episode 2 (Scene 11- 21)

11 INT. RUANG TAMU - MENJELANG SIANG

Cast: Bulek, Subekti, Raras, Sasmaya, Arjani, Yama

Tampak ruang tamu dengan beberapa ornamen kayu, perabotan kayu, dan berbagai macam ornamen antik seperti lampu gantung, jam dinding, dan tombak di dekat lemari besar.

Keluarga besar Arjani (Subekti, Raras, Sasmaya, Bulek) berkumpul. Suasana ruang tengah hening. Hampir semua orang berekspresi serius. Yama semakin tegang. Arjani sibuk memperhatikan Raras yang gelisah. Hanya Subekti yang tampak bahagia.

LONCENG JAM BERDENTANG. Yama yang tegang berjingkat. Sasmaya dan BULEK Arjani (46) tersenyum simpul.

BULEK

Nak Yama ndak usah tegang. Santai

saja bicaranya. Keluarga Arjani

ndak ada yang suka gigit, jadi ndak

perlu takut.

Yama tersenyum sipu. Tatapannya beralih pada Raras yang tampak kaku dan gelisah.

YAMA

Jadi, begini Bapak dan Ibu. Saya

Yama, laki-laki yang tiga tahun ini

menjalin hubungan dengan Arjani.

Keluarga Arjani menyimak.

YAMA (CONT’D)

(sedikit gugup)

Kedatangan saya kemari, sebenarnya

ingin meminta restu Bapak dan Ibu.

Kalau diperkenankan dan semoga

diperkenankan, saya ingin segera

membawa keluarga saya untuk melamar

Arjani.

Subekti menatap Arjani yang tampak gelisah.

SUBEKTI

Benar yang dikatakan Nak Yama,

Nduk?

Arjani melihat Raras, lalu beralih pada Subekti.

ARJANI

Nggeh, Pak.

SUBEKTI

Bapak ndak bisa ngomong apa-apa.

Kalau kalian memang saling suka dan

sekiranya bisa bahagia bersama,

Bapak setuju saja. Iya, kan, Bu?

Raras mengangguk dengan senyum terpaksa. Arjani memperhatikan Raras dan semakin gelisah.

YAMA

Jadi, Bapak dan Ibu merestui kami?

SUBEKTI

Asal kamu berjanji akan

membahagiakan Arjani apa pun yang

terjadi.

YAMA

Pasti, Pak. Kebahagian Arjani

adalah salah satu mimpi saya. Jadi,

saya akan berusaha semampu saya

untuk membahagiakan putri Bapak.

SUBEKTI

Baguslah kalau kamu berpikiran

seperti itu.

(jeda)

Arjani ini satu-satunya putri kami.

Dia yang akan menjadi penerus

satu-satunya di keluarga Bapak.

Kamu harus menjaganya dengan baik.

Dia istimewa bagi kami.

Raras semakin gelisah karena rahasia besar yang disembunyikannya harus segera diungkap.

YAMA

Arjani juga istimewa bagi saya,

Pak.

Arjani tersipu, tetapi berganti sedih melihat Raras murung.

SUBEKTI

Syukurlah! Sepertinya Bapak bisa

mempercayakan Arjani pada kamu.

Yama tersenyum lega.

CUT TO

12 EXT. HALAMAN RUMAH ARJANI - PAGI

Cast: Arjani, Yama

Tampak pemandangan aktivitas pagi pedesaan. Arjani berdiri berhadapan dengan Yama.

YAMA

Kamu puasin dulu kangen-kangenan

sama Ibuk dan Bapak.

ARJANI

(mengangguk)

Maaf, ya, kamu jadi ke Jakarta sendiri!

YAMA

Enggak apa-apa. Nanti kamu juga

balik.

(tersenyum)

Aku pergi.

ARJANI

Udah pamit sama semuanya?

YAMA

(mengangguk)

Udah.

Yama mengusap lembut kepala Arjani.

YAMA (CONT'D)

Baik-baik di sini. see you!

ARJANI

See you! 

Yama masuk mobil. Mengenakan kacamata, menyalakan mesin mobil, melambaikan tangan pada Arjani, lalu melajukan mobil. Arjani memperhatikan mobil Yama meninggalkan jalan depan rumahnya, kemudian masuk rumah

DISSOLVE TO

13 INT. KAMAR RARAS - PAGI

Cast: Arjani, Raras 

Raras duduk di kasur sembari berpikir keras. Arjani melongok di pintu. Raras menoleh dan memaksa tersenyum. Arjani masuk kamar dan duduk di tepi ranjang.

ARJANI

Ibuk baik-baik aja?

RARAS

(mengangguk dan tersenyum)

Ibuk baik-baik aja, Nduk.

ARJANI

Tapi, Ibuk keliatan mikirin sesuatu.

Ada masalah yang Arjani enggak

tahu, Buk?

RARAS

(menggeleng)

Bukan apa-apa. Ibu cuma sedikit

capek.

ARJANI

Ibu sakit?

RARAS

Ibu baik-baik saja. Cuma butuh

istirahat sebentar.

ARJANI

Jani bikinin teh ya, Buk?

RARAS

Boleh.

ARJANI

(tersenyum lega)

Jani tinggal sebentar!

Arjani menuju dapur. Saat melintasi ruang tengah melihat bayangan buleknya sekelebat menuju kamar Raras

DISSOLVE TO

14 INT. DAPUR - PAGI

Cast: Arjani

Arjani merebus air. Menyiapkan gelas dan menyeduh teh setelah airnya mendidih. Menambahkan sedikit gula dan meletakkan cangkir teh di nampan.

 

DISSOLVE TO

 

 

15 INT. KAMAR RARAS - PAGI

Cast: Arjani, Bulek, Raras

Tampak pintu kamar Raras tertutup. Arjani langsung membuka. Raras dan bulek Arjani tampak tegang melihat Arjani.

ARJANI

Maaf, Jani lupa ketuk pintu!

Arjani mendekat dan meletakkan teh di meja.

ARJANI (CONT'D)

Jani ngagetin Bulek sama Ibu, ya?

BULEK

Ndak apa-apa, Jani.

Bulek melihat Raras sambil memberikan isyarat.

ARJANI

Bulek mau Jani bikinin teh juga?

 BULEK

Ndak usah, Nduk. Bulek ndak lama,

kok. Ini sudah ditungguin pak lekmu

mau nemenin ke pengajian.

 ARJANI

Kayaknya makin banyak yang

mengundang Pak Lek buat ngisi

pengajian ya, Bu Lek.

BULEK

Ya, alhamdulillah, Nduk. Semoga Pak

Lek bermanfaat buat orang banyak.

  ARJANI  

Amiin.

Bulek berdiri sambil melihat Raras dengan melempar isyarat

BULEK

Saya pamit dulu, Mbak Yu. Nanti kita bicara lagi.

 Raras mengangguk.

 BULEK (CONT’D)

Nduk, Bulek pamit, ya!

 ARJANI

Nggeh, Bulek. Hati-hati!

Bulek Arjani mengangguk. Kemudian meninggalkan kamar Raras. Raras meraih teh dan meneguknya. Arjani memperhatikan Raras dengan penasaran. Merasa Raras menyembunyikan sebuah rahasia darinya.

CUT TO

16 INT. RUMAH SUBEKTI – SORE

Cast: Raras, Sasmaya, Arjani

Rumah pendopo tampak sepi. Arjani baru datang dari pasar sore dan berjalan memasuki rumah. Semakin dekat ruang utama rumah, TERDENGAR SUARA RIBUT KECIL YANG SEMAKIN LAMA SEMAKIN JELAS. Pusat keributan di kamar Raras.

RARAS

Kita ndak bisa seperti ini, Bu.

Arjani sudah besar. Dia mau menikah

dan berhak tahu apa yang terjadi

pada dirinya. 

SASMAYA

Lantas apa, Raras? Kamu ingin

membuka aib itu setelah kita

berhasil meredamnya hampir tiga

puluh tahun. Tidak Raras, Ibu tidak

ingin kehidupan kita kembali

terpuruk.

RARAS

Tapi bagaimana dengan Arjani, Bu?

Arjani berdiri di depan pintu kamar Raras dengan penasaran karena namanya disebut-sebut.

SASMAYA

Biarkan saja dia menikah tanpa

perlu tahu rahasia itu.

RARAS

Ndak bisa begitu, Ibu. Bagaimana

pun dia harus tahu kebenarannya.

 SASMAYA

Kebenaran apa Raras? Kebenaran

kalau ternyata dia ....

Arjani menutup mulutnya dengan mata membeliak. Air matanya menetes.

CUT TO

17 INT. TAKSI - PAGI

Cast: Arjani, Sopir Taksi

Taksi berjalan melewati jalanan kampus. Arjani menatap kosong ke luar jendela.

SASMAYA (O.S)

Lantas apa, Raras? Kamu ingin

membuka aib itu setelah kita

berhasil meredamnya hampir tiga

puluh tahun. Tidak Raras, Ibu tidak

ingin kehidupan kita kembali

terpuruk.

Arjani mengusap setetes air mata yang jatuh di pipi

SOPIR

Bu, sudah sampai!

Arjani tergagap. Mengalihkan tatapannya ke sekeliling yang memperlihatkan halaman jurusan. Wajahnya linglung. Tangannya mengambil tas dan map yang tergeletak di jok, lalu membuka pintu taksi.

ARJANI

Terima kasih, Pak!

DISSOLVE TO

18 INT. RUANG DOSEN - PAGI

Cast: Haris, Mahasiswa, Arjani

Haris sedang bimbingan skripsi dengan mahasiswanya. Arjani masuk ruangan tanpa salam. Haris merasa heran.

HARIS

Kamu pertegas bagian rumusan

masalah dan tujuannya. Dua bagian

ini harus sinkron.

MAHASISWA

Baik, Pak! Terima kasih bimbingannya.

(mengemas proposal)

Permisi!

HARIS

Silakan!

Mahasiswa meninggalkan ruangan setelah mengangguk sekali pada Haris. Arjani duduk dengan wajah murung dan melamun. Haris melihat jam tangan dan mempersiapkan laptopnya untuk mengajar. Haris berdiri dan menghampiri meja Arjani.

HARIS

Ar, kamu enggak ngajar?

Arjani tidak merespons. Haris lebih mendekat.

HARIS (CONT’D)

Ar, kamu enggak ada kelas?

ARJANI

(tergagap)

Eh, Ris. Kenapa?

HARIS

Kamu enggak ngajar?

Arjani menoleh ke kanan dan kiri. Mencari-cari sesuatu dengan wajah linglung. Haris melihat dua buku yang tertata di meja. Tangannya meraih buku itu dan meletakkannya di hadapan Arjani.

HARIS

Ini yang kamu butuhin.

(melihat Arjani)

Arjani menghela napas berat sambil menatap gelisah pada buku di hadapannya.

HARIS (CONT’D)

Ayo, ke kelas!

Haris mendahului berjalan dan Arjani mengikuti dengan langkah berat.

CUT TO

19 INT. KANTOR YAMA - SIANG

Cast: Yama

Yama gelisah berusaha menelepon Arjani.

YAMA

Kamu ke mana, sih, Ar? Kenapa dari

kemarin teleponku enggak diangkat.

(gelisah)

Yama mengirim pesan

INSERT: Ar, kalau baca pesanku tolong telepon balik!

Jemari Yama memencet tombol kirim.

CUT TO

20 INT. RUANG DOSEN - SIANG

Cast: Haris, Arjani

Haris masuk Ruang Dosen. Arjani melamun di mejanya. Haris meletakkan laptop di meja sambil memperhatikan Arjani sampai ia duduk.

HARIS

Ar!

ARJANI

(menoleh)

Hmmm ...

HARIS

Enggak makan siang.

ARJANI

Enggak laper.

Haris berdiri, lalu pergi dari ruangan.

PONSEL ARJANI BERDERING. Arjani memeriksa pesan dari Yama. tanpa membalas, ia meletakkan kembali ponselnya.

CUT TO

21 EXT. HALAMAN JURUSAN - SORE

Cast: Haris, Arjani, Sopir Taksi

Haris keluar dari pintu gedung jurusan. Melihat Arjani berdiri di tepi jalan dengan tatapan melamun. Haris mendekatinya.

HARIS

Naik taksi online?

ARJANI

(menoleh)

Iya.

Haris melihat Arjani yang kembali menatap kosong. Kevakuman membuat Arjani kembali menoleh. Haris tersenyum simpul. Arjani membalas dengan senyum paksa. TERDENGAR SUARA MESIN TAKSI MENDEKAT DAN BERHENTI.

ARJANI

Aku duluan!

Haris membuka pintu taksi untuk Arjani

HARIS

Hati-hati!

Arjani mengangguk, lalu masuk taksi. Haris menutup pintu taksi. Sopir melajukan taksi. Haris berjalan menuju tempat parkir. Tiba-tiba ada yang memanggil.

ARJANI

Haris!

Haris berhenti berjalan dan menoleh. Terpegun melihat Arjani berdiri dengan napas agak terengah.

Haris berjalan mendekat

HARIS

Arjani?

 ARJANI

(air mata menetes)

Aku butuh kamu sekarang.

Wajah Haris mengeras.

CUT TO



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar