Anak Ibu
5. Episode 5 (Scene 44-52)

44 INT. TAMAN - SORE

Cast: Trisa, Subekti

ESTABLISH: Rumah sahabat perempuan Subekti.

Subekti bertamu ke rumah sahabat perempuannya, TRISA (51), seorang DOKTOR. Ia duduk di kursi teras. Temannya muncul dari pintu rumah membawa nampan berisi minuman dan kue. Ia meletakkannya di meja.

TRISA

Bukan sikap pria sejati,

meninggalkan rumah saat sedang ada

masalah.

SUBEKTI

Aku ndak meninggalkan rumah, Tri.

Aku butuh waktu menenangkan diri

dahulu.

TRISA

Apa yang perlu ditenangkan?

Bukannya dari dulu kamu sudah tahu

masalah itu.

SUBEKTI

Dulu aku hanya menduga. Ternyata

mendengar kenyataannya secara

langsung dari Raras membuat hatiku

seperti teriris. Perih.

TRISA

(tersenyum)

Terus kamu maunya bagaimana? Kamu

dan keluargamu juga menyimpan

rahasia besar dari keluarga Raras.

SUBEKTI

Itulah masalahnya, Tri. Kalau

rahasia Raras terungkap, aku juga

harus mengungkap rahasiaku. Ndak

adil buat Raras kalau aku

merahasiakannya. Masalahnya,

keluargaku ndak mau aku melakukan

itu.

TRISA

Jadi ... kamu datang ke Jakarta

sebelum berbicara apa pun dengan

Raras?

SUBEKTI

Iya.

TRISA

Kalian perlu bicara. Pulanglah!

Biar putraku yang mengantarmu ke

Bandara.

CUT TO

45 INT. MOBIL HARIS - MALAM

Cast: Haris

Haris mendapat pesan dari Arjani saat sedang berkendara.

INSERT

Ris, kata Eyang Bapak tahu statusku. Bapak enggak bicara

apa-apa dan langsung ninggalin rumah. Gimana kalau Bapak dan

Ibu ribut gara-gara aku? Gimana kalau mereka bercerai

gara-gara aku?

CUT TO

Haris memutar kemudi berbalik arah, menuju kontrakan Arjani.

CUT TO

46 INT. KONTRAKAN ARJANI - MALAM

Cast: Haris, Arjani, Yama

Haris mengetuk pintu. Pintu terbuka, tampak Arjani dengan derai air mata. Tangisnya langsung pecah di depan Haris.

ARJANI

Eyang nelepon dan marah-marah, Ris.

Bapak juga enggak mau ngangkat

teleponku. Eyang bilang Bapak

ninggalin rumah. Aku harus gimana?

Haris berdiri dengan menatap iba.

HARIS

Ar ...

Tangan Haris terangkat untuk meraih lengan Arjani, tetapi diurungkan.

HARIS (CONT'D)

Kamu tenang dulu, ya! Kita duduk

dulu.

Arjani terpaku di tempatnya berdiri. Tubuhnya berguncang karena menangis. Dari arah belakang, Yama datang. Menarik pundak Haris lalu memukulnya hingga tersungkur. Arjani terkejut melihat kejadian mendadak itu.

ARJANI

Yama! Kamu apa-apaan, sih?

Arjani mendorong Yama menjauh

YAMA

Kenapa? Aku enggak boleh mukul dia?

ARJANI

Yama, please!

Haris berusaha berdiri.

YAMA

(melihat Haris)

Apa ucapanku kemarin belum jelas.

Aku udah minta secara baik-baik

supaya kamu ngejauhin Arjani.

(nada meninggi)

ARJANI

Yama! Kamu apa-apaan, sih? Sudah

berapa kali aku bilang, aku cuma

temenan sama Haris. Mana mungkin

kami saling ngejauh. Kami udah

temenan belasan tahun. Kamu masih

ngeraguin aku?

YAMA

Gimana aku enggak ragu, Ar? Masalah

sebesar kemarin aja kamu enggak mau

cerita sama aku dan lebih milih

cerita sama Haris.

(menunjuk Haris)

ARJANI

Aku bukannya enggak mau cerita sama

kamu, Yam. Aku cuma nyari waktu

yang tepat.

YAMA

Oh ... waktu yang tepat? Kalau sama

Haris waktunya selalu tepat, ya.

Makanya kamu bisa cerita ke dia,

kapan pun.

ARJANI

YAMA!

YAMA

(tersenyum sarkasme)

Kamu ngebentak aku karena dia. Oke,

silakan lanjutkan sama Haris! Aku

pergi!

Yama bergegas ke mobilnya dan Arjani mengejar. Namun, Yama keburu masuk mobil dan mengunci pintu.

ARJANI

Yam, kamu enggak bisa pergi kayak

gini! Kita bicara dulu, Yam!

Mobil melaju dan Arjani mematung di halaman sambil mengacak rambutnya. Wajahnya tampak frustrasi. Haris yang semula mematung di teras memutuskan mendekat.

HARIS

Ar...

Arjani berbalik hingga berdiri berhadapan dengan Haris.

ARJANI

Ris, maaf ya, kamu jadi harus

terlibat ...

HARIS

Enggak apa-apa. Bukan salah kamu.

Salahku juga, sih. Ngeganggu

hubungan kalian. Maaf.

ARJANI

Kamu ngomong apa sih, Ris? Bukan

salah kamu. Hubungan kami emang

lagi bermasalah.

Sesaat suasana hening.

HARIS

Apa kita harus jaga jarak dulu?

ARJANI

(tersenyum sarkasme)

Setelah Bapak, Yama, sekarang

kamu mau ninggalin aku juga?

HARIS

Bukan gitu, Ar ...

ARJANI

Kita udah lama temenan. Ak pikir

kamu bakal jadi orang yang paling

ngertiin aku. Ternyata sama aja.

HARIS

Ar ...

ARJANI

Terserah kamu, Ris!

Arjani meninggalkan Haris menuju kontrakan. Haris hanya mematung di halaman melihat Arjani masuk kontrakan dan menutup pintu.

HARIS (V.O)

Aku cuma ingin kamu bahagia, Ar.

Aku tahu kamu sangat ingin menikah

dengan Yama.

CUT TO

47 INT. KAMAR YAMA - SIANG

Cast: Yama,Mama Yama,

Yama tertunduk di depan mamanya. Wajah keduanya tampak serius. Mama Yama meraih pundak putranya.

MAMA YAMA

Mama enggak masalah selama hal itu

bikin kamu bahagia. Tapi, keluarga

Papa enggak akan setuju, Yam. Kamu

juga sedang jadi calon kandidat

kuat di Partai. Kalau masalah ini

sampai keluar, apa baik-baik saja

untuk menjaga reputasi kamu di

forum?

 YAMA

Itu juga yang sedang Yama

pertimbangkan, Ma. Kakek akan marah

besar kalau tahu tentang hal ini.

 MAMA YAMA

Kamu pikirkan dulu baik-baik. Apa

pun keputusan kamu, Mama akan

mendukung.

Arjani menatap mamanya haru. 

YAMA

Makasih ya, Ma! Meskipun Yama bukan

anak kandungg Mama, tapi Mama

selalu baik sama Yama.

 MAMA YAMA

Kamu ngomong apa, sih? Kamu anaknya

Papa ... anak Mama juga. Mama

enggak pernah nganggep kamu sebagai

anak orang lain.

YAMA (V.O)

(menghela napas berat)

Kalau Kakek tahu Yama akan menikah

dengan perempuan yang tidak jelas

bapaknya, Kakek akan menyalahkan

Mama lagi. Yama enggak bisa

ngebiarin itu.

 

CUT TO

48    INT. KAMAR RARAS - MALAM

Cast: Raras, Subekti

Subekti baru datang sejak pergi kemarin. Raras melihat suaminya. Subekti melepas jam tangan dan mengambil sebuah buku. Raras turun dari tempat tidur dan mendekat.

RARAS

Pak, ada yang harus kita bicarakan.

SUBEKTI

Jangan sekarang! Bapak capek.

Subekti berjalan keluar kamar sambil menutup pintu.

SUBEKTI (COUNT’D)

Maaf, Bu. Bapak belum siap

bercerita.

(berdiri di depan pintu)

Subekti meninggalkan kamar, Sasmaya berdiri dari kejauhan mengawasi menantunya.

 CUT TO

  

49 INT. RUANG MAKAN KONTRAKAN ARJANI - PAGI

Cast: Arjani

Arjani yang baru saja melahap suapan terakhir nasi gorengnya, melirik ponselnya yangg menyala. Ia mendapat pesan dari Yama

INSERT:

Aku jemput kamu. Aku antar ke kampus.

CUT TO

TERDENGAR SUARA KLAKSON MOBIL YAMA. Arjani meneguk air putihnya lalu bangkit, meletakkan piring di bak cuci dapur, mencuci tangan, dan meraih tasnya.

DISSOLVE TO

  

50 EXT. HALAMAN KONTRAKAN ARJANI - PAGI

Cast: Arjani, Yama

Yama berdiri bersandar di pintu mobilnya yang tertutup. Tangannya sibuk memainkan ponsel. Arjani berjalan mendekat. Yama segera memasukkan ponselnya ke saku. Ia berjalan ke pintu lain dan membukakannya untuk Arjani. Arjani pun segera naik mobil. Yama masuk mobil dan mengendarainya.

Mobil meninggalkan halaman kontrakan.

DISSOLVE TO

51 INT. MOBIL YAMA - PAGI

Cast: Yama, Arjani

TERDENGAR LAGU "Untuk Perempuan yang Sedang di Pelukan" MILIK "Payung Teduh" Arjani dan Yama sama-sama diam. Yama fokus kemudi sambil mencari kata untuk mengawali pembicaraan. Sementara Arjani sibuk melihat jalanan.

Tangan Yama mengecilkan volume tape.

YAMA

Ar?

ARJANI

Hmmm ...

 YAMA

Ada yang ingin aku omongin.

ARJANI

Aku dengerin.

YAMA

Kita akan tetap menikah, tapi ...

kamu tetap diwalikan Bapak.

ARJANI

(kecewa)

Kamu malu nikah sama perempuan

yang enggak jelas bapaknya?

YAMA

Bukan gitu, Ar.

ARJANI

Terus? Kamu pengen kita dosa seumur

hidup karena melangsungkan

pernikahan yang tidak sesuai

syariat agama kita.

 YAMA

Please, kamu dengerin dulu! Kita

akan menikah secara syariat agama,

tapi ...

(lirih)

kita akan melangsungkan akad nikah

diam-diam tanpa sepengetahuan

keluargaku. Setelah itu, kita akan

melaksanakan akad nikah normal

dengan wali Bapak

Seketika Arjani meradang. Merasa Yama tidak bisa menerima dirinya dengan utuh.

ARJANI 

Berhenti!

YAMA

(terkejut)

Kampus masih jauh, Ar.

ARJANI

(marah)

Aku bilang berhenti, Yama! 

Yama menepikan mobilnya di tepi jalan. Keduanya diam sesaat.

ARJANI (CONT’D)

Aku enggak masalah kamu

ngerahasiain statusku dari orang

lain, tapi dari keluarga kamu ...

itu keterlaluan Yama.

YAMA

Siapa yang lebih keterlaluan, Ar?

Kamu juga baru memberi tahuku, kan?

Karena kamu enggak percaya sama

aku.

 ARJANI

(diam dan kecewa)

Kalau sejak awal aku bilang, apa

kamu yakin enggak akan ninggalin

aku. Bahkan sekarang, kamu takut

ngasih tahu keluarga kamu tentang

statusku, kan.

(berpaling)

Asal kamu tahu, aku juga baru tahu

tetang hal ini.

Yama tidak menjawab. Keduanya sama-sama menahan marah dan sesak di dada.

YAMA

Kayaknya kita emang butuh waktu

masing-masing untuk mikirin hal

ini.

ARJANI

Apa maksud kamu? Kamu ingin putus?

YAMA

(berpaling)

Iya.

ARJANI

Segampang itu kamu ngambil

keputusan setelah apa yang kita

lalui?

 YAMA

Ini juga enggak mudah buat aku, Ar.

Tapi kamu membuat aku merasa

semakin sulit bertahan sama kamu.

ARJANI

Ini bukan hanya alasan kamu, kan?

Yama hanya diam sambil mengarahkan tatapannya jauh dari Arjani. Dengan kecewa, Arjani turun dari mobil dan menghentikan angkot yang kebetulan lewat.

Seperginya Arjani, Yama berteriak sendiri di mobilnya lalu menangis.

CUT TO FLASH BACK

52 INT. RUMAH TENGAH KELUARGA YAMA - PAGI

Cast: Yama, Papa Yama, Mama Yama

Yama baru saja turun dari tangga. Berjalan melewati ruang tengah. Ada papanya sedang membaca koran dan mamanya sedang memasukkan serumpun bunga dalam vas.

Yama berjalan sambil mengancingkan lengan.

YAMA

Pagi!

Papa Yama meletakkan koran di meja

PAPA YAMA

Yama-Yama!

Yama berhenti melangkah.

YAMA

Ya, Pa!

PAPA YAMA

Kemari sebentar!

Yama mendekat dan duduk di dekat papanya. Wajah papanya tampak serius.

PAPA YAMA (CONT’D)

Bagaimana persiapan pernikahan

kamu dengan Arjani?

Wajah Yama mendadak tegang. Ia sempat melihat sekilas ke arah mamanya yang memberikan anggukan kecil.

YAMA

Aku masih banyak kerjaan, Pa. Belum

sempat ngobrolin itu sama Arjani.

PAPA YAMA

Disempatin dong, Yam! Kasihan

Arjani nungguin.

YAMA

Iya, Pa.

PAPA YAMA

Ya, sudah. Kamu mau berangkat

kerja?

YAMA

Iya.

PAPA YAMA

Papa dengar forum semakin kuat

menjatuhkan pilihannya pada kamu.

Hati-hati bertindak. Jaga citra

baik keluarga kita di Senayan!

YAMA

(ragu)

Baik, Pa.

PAPA YAMA

Sana berangkat!

Yama meninggalkan ruang tengah setelah melihat mamanya sekilas.

END FLASHBACK

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar