Aesthetic
10. PENGKHIANATAN

52. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, NEXT DAY — DAY

Cast: PAK NUG, BU SESIL, GINA, ALIFAH, SELURUH KARYAWAN AESTHETIC

 

Semua karyawan berdiri di tempatnya masing-masing dengan wajah kebingungan. Pak Nug berdiri di sebelah Bu Sesil. Alifah berada di sebelah Gina dengan tatapan khawatir. Sementara Gina menebak-nebak untuk keperluan apa mereka dikumpulkan.

 

PAK NUG
Kalian semua pasti bertanya-tanya untuk apa saya mengumpulkan kalian di sini.
(beat)
Belum lama kantor kita menerima surat. Sayangnya bukan surat cinta, melainkan surat yang menuduh kantor ini telah melakukan pelanggaran (sambil menatap karyawannya).

 

Karyawan Aesthetic mulai berkasak-kusuk. Gina mulai merasakan tidak nyaman. Alifah melirik ke arah Gina dengan tatapan bersalah. Dia menggigit bibir.

 

PAK NUG (CONT’D)
Surat yang saya terima adalah surat yang dikirimkan dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kantor ini dituduh memotong gaji para karyawan melalui tabungan koperasi. Bisa-bisanya pelapor yang namanya dirahasiakan itu memberikan laporan demikian. Seharusnya dia bersyukur bisa bekerja di sini. Masih banyak pengangguran di luar sana. Ini kayak tidak punya kerjaan, cari gara-gara.

 

GINA (V.O.)
Nah lo, malah membeberkan jenis pelanggarannya. Karyawan baru jadi tahu deh sekarang.

 

Ruang kerja tersebut semakin bising dengan kasak-kusuk para karyawan. Pak Nug mengangkat kedua tangannya untuk menyuruh semuanya diam.

 

PAK NUG
Disnaker pikir saya tidak bisa cari pelapornya (tertawa jahat). Saya itu sudah sering difitnah seperti ini. Dulu uang sponsor majalah dipakai sama salah satu mantan karyawan lama kita, saya juga diamkan. Dituduh suka mecat orang padahal mereka sendiri yang melanggar komitmen. Apalagi? Saya dituduh ingkar janji, akhirnya orang itu tidak bisa berkutik karena ternyata saya memenuhi janji (tertawa puas).

 

Bu Sesil menyilangkan kedua tangannya sambil senyam-senyum.

 

PAK NUG (CONT’D)
Oke tanpa berlama-lama lagi. Alifah (melihat ke arah Alifah).

 

Alifah berjalan menuju ke tempat Pak Nug dan Bu Sesil berada. Gina menatapnya dengan heran. Kemudian Alifah memegang sebuah Al-Qur’an.

 

BU SESIL
Ijin meneruskan, Pak Nug (sambil membungkukkan badan sedikit). Setiap karyawan akan bersumpah di bawah Al-Qur’an. Bersumpah bahwa bukan yang melaporkan ke disnaker. Cukup itu saja.
(beat)
Oke, Alifah. Silakan mulai, kamu panggil namanya untuk maju.

 

Keringat dingin mengalir dari kening Gina.

 

GINA (V.O.)
Apa-apaan ini? Mencari pelapornya dengan menggunakan Al-Qur’an. Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini.

 

Satu per satu karyawan Aesthetic melakukan sumpah di bawah Al-Quran yang dipegang oleh Alifah. Gina sibuk mengirim pesan kepada petugas disnaker tentang kejadian tersebut. Belum ada respon. Dia mulai panik hingga namanya disebut untuk maju.

 

ALIFAH
Gina.

 

Alifah memandang Gina dengan perasaan tidak tega.

 

BU SESIL
Gina. Kamu dengar namamu sudah dipanggil?

 

Bu Sesil memperhatikan Gina yang hanya berdiri di tempatnya seperti patung.

 

BU SESIL (CONT’D)
Kamu bersedia bersaksi atau kamulah pelakunya? (tersenyum sinis).

 

Kedua tangan Gina mengepal. Notifikasi hpnya berbunyi. Gina melirik dan membaca pengirim pesan itu dari petugas disnaker. Terbaca balasan yang tertulis ‘maaf mbak, itu sudah di luar kuasa disnaker’. Tubuh Gina semakin lemas.

 

PAK NUG
(marah)
Jadi ternyata benar dugaan kami selama ini bahwa kamu yang melaporkan Aesthetic ke disnaker. Iya? Semua ini kamu lakukan karena gajimu hanya sebatas UMK Sleman? Seharusnya kamu bersyukur Gina bisa saya terima di sini.

 

Gina menatap kedua mata Pak Nug tanpa berkedip. Dia dalam posisi yang benar sehingga tidak seharusnya tertunduk. Karyawan lain mulai menatap Gina yang belum mengeluarkan sepatah katapun.

 

BU SESIL
Sepertinya memang Gina pelakunya, Pak. Nyatanya dia tidak memberikan pembelaan. Kok tega ya? Saya sampai tidak bisa membayangkan.

  

GINA
Saya menolak untuk bersumpah di bawah Al-Qur’an. Bermain-main dengan nama Allah itu tidak dibenarkan.

 

Pak Nug tertawa mengejek.

 

PAK NUG
Kamu tahu apa tentang agama. Pakai jilbab saja tidak. Kamu mending ngaji lagilah. Perbanyak ikut kajian-kajian di masjid. Biar paham.

 

Gina berusaha untuk tidak menangis. Mulutnya bergetar hebat. Alifah mencoba mengalihkan perhatian ke yang lain.


BU SESIL
Sudah, Pak. Sudah jelas kalau Gina yang melapor. Kok tega ya. Saya saja tidak menyangka kalau kamu yang melapor, Na. Memanfaatkan Hamdan, menjadikannya pacar, lalu mengorek informasi untuk semua ini.
(beat)
Copot saja jabatannya. Biar tahu rasa, Pak.
 

 

PAK NUG
Memang itu yang mau saya lakukan, Bu.

 

CUT TO


53. EXT. SEBUAH RESTO BERGAYA JEPANG, DEPAN RESTO — NIGHT 

Cast: GINA

 

Gina keluar dari resto sendirian. Langkahnya lunglai. Dia mengayunkan totebagnya. Dari kejauhan Gina dikejutkan dengan Alifah dan Hamdan sedang berada di pinggir jalan, menikmati nasi goreng dari penjual kaki lima. Tatapannya nanar melihat pemandangan tersebut.


CUT TO


54. EXT. NASI GORENG PENJUAL KAKI LIMA, TROTOAR — NIGHT

Cast: ALIFAH, HAMDAN

  

HAMDAN
Ayolah Fah, turunkan egomu untuk membantu sahabatmu itu. Semua ini demi kebaikan bersama. Gina udah mengorbankan banyak hal. Semua itu demi perbaikan Aesthetic. Toh, kalau laporan ini berhasil, keuntungannya juga di kamu dan lainnya. Janganlah main aman terus.

 

ALIFAH
Jadi, dia tahu kalau aku mengetahui rahasia Aesthetic dari kamu.

 

HAMDAN
Semua akan terungkap di waktu yang tepat. Jangan menyalahkan Gina. Dia marah sama kamu karena terbawa perasaan kecewa. Wajar, karena sahabatnya menyembunyikan rahasia penting.

 

ALIFAH
Aku nggak mau ikut-ikutan masuk perangkap. Dia udah aku peringatkan agar nggak masuk ke mulut singa. Tetap aja dilakuin.

 

Hamdan memegang kepalanya karena tidak tahu lagi dengan cara apa agar Alifah mau membantu Gina.


CUT TO


55. INT. KAMAR KOST GINA — NIGHT

Cast: GINA, ZEN


Gina baru saja selesai berdoa setelah sholat Isya’. Dia masih memakai mukena. Pikirannya campur aduk. Kemudian dering telepon dari hpnya berbunyi. Terlihat muncul nama Zen di layar hp.

 

GINA
Assalamu’alaikum.

 

ZEN (O.S.)
(mengomel)
Wa’alaikumsalam. Hei, anak satu ini jadi lupa kalau punya rumah semenjak kost ya. Lupa kalau punya papa mama juga. Nggak pernah nengok.

 

Gina terhenyak. Dia membenarkan perkataan Zen. Semenjak bekerja di Aesthetic memang belum pernah pulang ke rumah sekadar untuk menengok papa dan mamanya.

 

GINA
Sori, sibuk banget. Besok deh aku pulang. Besok aku masuk setengah hari, terus pulang. Janji.

 

ZEN (O.S.)
Nggak guna juga. Aku udah di rumah.
(beat)
Cuma sampai Senin sih (terkekeh).

 

GINA
Heh, Mas Zen udah di Jogja?

 

ZEN
Punya grup WA itu buat dibaca adikku yang cantik jelita. Kamu udah nggak read sejak satu tahun silam. Kemana aja?

 

GINA
Astaghfirullahaladzim. Iya, iya. Aku baca sekarang.

 

ZEN
Udah, besok kamu ke sini. Aku tunggu ya. Jangan lupa makan. Assalamu’alaikum.

  

GINA
Wa’alaikumsalam.

 

Zen mematikan teleponnya lebih dulu. Gina segera membaca chat di WA grup ‘Keluarga Ramli’. Ternyata Zen memang berencana pulang ke Jogja untuk mengurus passport karena dia akan ditugaskan oleh kantornya ke Singapura dalam waktu dekat. Gina memandang langit-langit kamar kostnya. Lion datang dan tiduran di atas sajadah.

 

QUICK FLASHES OF GINA’S LIFE

-- Gina teringat dengan nasihat Alifah agar lebih baik bermain aman dan jangan sekali-kali masuk ke mulut singa.

BACK TO SCENE

 

GINA (V.O.)
Ya Allah, besok kalau aku masuk kantor, terus ngapain dong?

 

Gina menelungkupkan wajahnya. Air mata menetes dari kedua matanya. Lion sudah tertidur di atas sajadah sambil mendengkur.


CUT TO


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar