Aesthetic
1. LAMARAN KERJA

1. INT. RUMAH GINA, RUANG TAMU — DAY

Cast: GINA, DINDA


GINA, 29, menyeruput teh panas dari cangkir dan meletakkanya di atas meja. Gina meraih koran yang ada di samping cangkirnya dan membuka halaman koran tersebut. Saat berada di halaman lowongan kerja, pandangan Gina tertuju pada nama kantor majalah terkenal.

 

GINA
Mantap, nih!

 

DINDA (MAMA GINA), 54, muncul sambil membawa keranjang berisi tumpukan jemuran. Dinda menghentikan langkah di depan meja dan melihat Gina yang sedang membaca koran.

 

 DINDA
Nggak ada yang les?

  

Gina buru-buru membalik halaman koran dan melihat Dinda sambil nyengir.

  

GINA
Nanti sore, Ma.

 

Dinda berjalan ke halaman depan menuju tempat jemuran berada. Gina menghembuskan napas lega sambil memegang dada.


CUT TO


2. INT. KANTOR POS, NEXT DAY — DAY

Cast: GINA, PETUGAS KANTOR POS


Kita melihat suasana kantor pos yang sepi. Hanya ada satu orang yang sedang berdiri di depan loket. Gina berjalan menuju loket yang kosong dan menyerahkan amplop cokelat berukuran F4 kepada PETUGAS KANTOR POS.

  

PETUGAS KANTOR POS
Isinya apa, Mbak?

 

 Menerima amplop cokelat. Kemudian membaca bagian nama dan alamat tujuan.

 

GINA
Dokumen, Pak.

 

Jari-jari tangan Gina mengetuk-ngetuk pinggir loket. Dia melihat suasana kantor pos yang kini hanya ada dirinya dan tiga petugas kantor pos.

  

PETUGAS KANTOR POS
Kirim ke Jalan Godean ya, Mbak … Mau biasa atau kilat khusus?

 

Petugas kantor terlihat sibuk mengetik.

  

GINA
Biasa aja, Pak.

 

Gina memperhatikan petugas kantor pos yang sedang mencetak resi pengiriman.

  

CUT TO

 

3. EXT. KANTOR POS, PARKIRAN MOTOR – DAY

Cast: GINA, TUKANG PARKIR

 

Kita melihat Gina berjalan menuju parkiran. TUKANG PARKIR berompi hijau neon mengikutinya dari belakang dengan langkah lambat-lambat sambil merapikan lembaran uang parkir dalam genggamannya. Gina sampai di tempat motor maticnya berada. Kemudian mengambil helm yang ada di atas jok motor dan memakainya.

 

DISSOLVE TO

  

Gina membayangkan dirinya memakai pakaian formal sedang berdiri di sebuah gedung perkantoran. Angin yang berhembus membuat pakaiannya melambai-lambai. Kemudian kita melihat Gina yang tersenyum sedang duduk di salah satu deretan meja kubikel. Di atas meja kerjanya ada PC, keyboard, mouse, dan beberapa tumpuk kertas.

 

GINA (V.O.)
Sebagai sarjana Bahasa dan Sastra Indonesia akhirnya aku bisa bekerja di bidang jurnalis.

 

 CUT BACK TO

 

Tukang parkir heran melihat Gina senyum-senyum sendiri.

 

TUKANG PARKIR
Mbak, Mbak, saya bantu keluarin motornya (menunjuk motor matic Gina).

 

Suara tukang parkir membuyarkan lamunan Gina.


GINA
(malu)
Eh … iya, Pak.

  

Gina mundur beberapa langkah dari motor maticnya sambil memijat-mijat kening. Tukang parkir mengeluarkan motor matic tersebut dari tempat parkir, lalu menurunkan standar samping motor. Gina menyerahkan selembar uang dua ribu rupiah kepada tukang parkir sambil menunduk.

 

GINA (CONT’D)
Terima kasih, Pak …

  

TUKANG PARKIR
(menegur)
Sama-sama, Mbak. Lain kali ngelamunnya di rumah aja ya, Mbak. Kalau ngelamunnya di luar, takutnya ntar kesambet. Repot kalau nggak ada yang nolongin.

 

Tukang parkir menerima uang dari Gina dan menumpuknya di bagian paling atas dalam genggamannya. Lalu pergi meninggalkan Gina sambil geleng-geleng kepala.

 

GINA
(tertawa terpaksa)
Hehe …

 

 CUT TO

 

4. INT. RUMAH GINA, KAMAR GINA — NIGHT

Cast: GINA

 

Dua minggu kemudian …

Kita melihat layar hp Gina menyala dan jam digital menunjukkan angka 21:28. Gina sedang mengetik password email dari laptopnya. Cahaya kamarnya remang-remang. Gina hanya menyalakan lampu duduk yang ada di samping laptopnya.

  

GINA
(bergumam)
Pengumuman penerimaan karyawan baru Aesthetic.

 

Gina mengarahkan kursor pada subject email masuk yang belum terbaca. Kemudian menekan tombol kiri pada mouse. Laman badan email terbuka. Lalu Gina membaca dengan serius.

  

GINA (CONT’D)
(berseru)
Alhamdulillah.

 

Gina beranjak dari kursi dan sujud syukur.

 

CUT TO

  

5. INT. RUMAH GINA, RUANG MAKAN, NEXT DAY — NIGHT

Cast: GINA, RAMLI, DINDA, ZEN

 

Kita melihat RAMLI (PAPA GINA), 63, sedang makan. Gina berjalan mendekati meja makan sambil menerima telepon. Kemudian menggeser sebuah kursi yang berhadapan dengan papanya. Lalu duduk dan mendengarkan suara ZEN, 33, dari hp yang di loudspeaker.

  

ZEN (O.S.)
(membentak)
Kamu kenapa sih suka banget bikin hal-hal yang nggak terduga? Jadi guru les privat anak-anak tetangga aja kan lebih enak … di rumah … nggak perlu ngekost. Selama ini juga gitu!

 

 Gina menjauhkan hp dari hadapannya dengan tatapan jengkel.

 

 RAMLI
Biar papa yang bicara sama kakakmu.

 

Ramli meraih hp dari tangan Gina. Kemudian Gina mengambil dua centong nasi putih dan menaruh di atas piringnya yang masih kosong.

 

 ZEN (O.S.)
Kalau tetangga pada protes karena anak-anaknya nggak bisa les lagi, baru tahu rasa kamu!

  

RAMLI
Biarkan adikmu berkembang, Zen.

 

Ramli meraih gelas bening berisi air mineral dan meneguknya. Kemudian meletakkan gelas bening tersebut di sebelah piring yang sudah kosong di hadapannya.

 

ZEN (O.S.)
Papa … (kaget) … Kok jadi Papa? Tadi kan Zen lagi ngomong sama Gina (beat) Papa kenapa sih ngijinin anak itu ngekost?

 

Gina terkekeh mendengarnya. Dinda datang membawa sepiring fried chicken dan meletakkannya di atas meja makan. Lalu kembali ke dapur untuk mencuci peralatan memasak. Gina menggambil sepotong paha bawah dan menggigitnya.

 

RAMLI
Kamu tenang aja. Ini kesempatan bagus untuk adikmu mengenal dunia luar. Sejak lulus sarjana, teman-temannya cuma anak-anak tetangga.

 

Tidak ada jawaban dari Zen.

 

RAMLI (CONT’D)
Empat tahun cuma melakukan kegiatan di rumah itu juga bosen lho, Zen.

  

ZEN (O.S.)
(jengkel)
Ya kenapa sih nggak cari kerja yang deket-deket rumah aja. Ngajar PAUD di tempat pak dukuh juga bisa, bantu-bantu di posyandu juga bisa …

 

Mata Gina terbelalak mendengar kata-kata Zen barusan. Mulutnya mencibir. Ramli melihat ekspresi Gina, tapi tidak mempedulikan.

  

RAMLI
Kamu fokus saja kerja di Bandung.

  

ZEN (O.S.)
Terus nanti yang nemenin papa sama mama di rumah siapa?

 

 RAMLI
Sudah … sudah … Salam buat istri dan anak-anakmu. Assalamu’alaikum …

 

Ramli menekan tombol merah pada layar hp dan meletakkan hp tersebut di atas meja. Kemudian Ramli melirik ke arah Gina sambil mengacungkan jempol tangan kanannya. Gina yang sedang mengambil suapan terakhir membalas lirikan papanya dan memberikan senyuman paling manis.


CUT TO


6. INT. KAMAR KOST GINA — DAY

Cast: GINA

 

Gina memandangi kamar kostnya dan tersenyum puas sambil berkacak pinggang. Dia berjalan keluar kamar kost dan berjongkok di dekat kandang kucing berwarna hitam. Membuka pintu kandang dan mengeluarkan seekor kucing persi jantan berwarna oranye.

 

GINA
Lion … sekarang kita berdua akan tinggal di sini. Kamu jangan nakal ya …

 

Gina menggendong Lion sambil membelai kepalanya. Terdengar suara mengeong. Kemudian mengangkat Lion dan mengarahkan ke wajahnya untuk mencium kening kucing itu.

  

DISSOLVE TO

 

Gina kaget melihat Lion berubah menjadi seekor singa yang siap menerkamnya.

  

CUT TO 

  

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar