Aesthetic
5. OUT OF THE BOX

23. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA — DAY

Cast: GINA, PAK NUG, HANI

 

Terlihat Gina dan Pak Nug berdiri berhadapan dengan seorang karyawan baru di dekat sebuah meja kubikel kosong.

 

PAK NUG
Dia editor baru kita (melihat Gina) ini Gina, pemimpin redaksi di sini. Kalau butuh bantuan, bilang saja ke dia.
(beat)
Oh iya, panggil saja saya Pak Nug. Cukup itu aaja. Jangan panggil pakai nama depan secara lengkap.

 

Gina melipat tangannya sambil memperhatikan HANI, 23, yang diperkenalkan sebagai editor baru. Gina berusaha memberikan senyum terbaik.

 

PAK NUG (CONT’D)
Saya tinggal dulu. Saya ada rapat dengan Bu Sesil. Oh iya Na, koreksian yang kemarin sudah oke. Bisa kamu lanjutkan ke Dea untuk layouting (berlagak ramah).

 

GINA
Baik, Pak (sambil sedikit membungkuk).

 

Pak Nug meninggalkan mereka berdua. Berjalan menuju ruang meeting. Gina mengamati Pak Nug hingga menghilang dari pandangan. Kemudian beralih menatap Hani.

 

GINA
Aku Gina. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik (bersalaman).

  

HANI
(tersenyum)
Mohon bimbingannya.

 

Gina memberikan balasan senyum terpaksa. Perasaannya tidak yakin. Dia kembali berjalan ke meja kubikelnya.


GINA
Aku kok geli sama kata-kata Pak Nug yang terakhir. Panggil saja saya Pak Nug, cukup itu saja.

 

Alifah tersenyum mendengar ocehan Gina.


ALIFAH
Oh, itu ada sejarahnya, Neng (logat Sunda).


Gina melihat Alifah.


ALIFAH
(setengah berbisik)
Jadi awalnya Pak Nug itu ingin kita-kita, karyawan di sini manggil dia dengan nama Pak Nugi. Padahal namanya nggak ada sangkut pautnya sama huruf i. Nugroho jadi Nugi. Ternyata itu karena Pak Nug nge-fans sama penyanyi Nugi.
(beat)
Pak Nug bilang dia suka banget ndengerin lagunya Nugi yang judulnya Lentera Jiwa. Hah, boro-boro kita mau manggil dia pakai nama Nugi. Denger dia suka lagu Lentera Jiwa aja udah bikin kita-kita syok, yang ada Pak Nug bikin kita sakit jiwa karena ulahnya.


Gina tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Alifah. Membuat Alifah mengkodenya untuk segera diam karena beberapa karyawan menatap mereka dengan tajam, merasa terganggu.


CUT TO


24. INT. KAMAR KOST GINA – NIGHT

Cast: GINA, ALIFAH

 

Lion sedang sibuk sendiri dengan keset depan kamar mandi yang ada di dalam kamar kost Gina. Kucing itu sudah dari tadi bergulat dengan keset, keempat kakinya menendang-nendang tidak jelas, sesekali giginya menggigit ujung keset.

 

Alifah duduk di kursi Gina sambil makan snack keripik kentang dengan ukuran large. Sementara Gina duduk bersandar di dinding sambil asyik scroll feed Instagram following-nya. 

 

ALIFAH
Semakin ngerti kan kamu sekarang cara kerja di Aesthetic?

  

GINA
Bodo’ amat deh, Fah. Mau gimana lagi. Yaaa nggak abis pikir aja nerima editor baru di saat semua redaksi masuk tahap layouting. Dia nganggur dong untuk sementara waktu. Kenapa sih nggak saat aku disuruh buat artikel dadakan sama Bu Sesil aja dia masuknya. Kenapa baru sekarang?

 

 Pandangannya tetap tertuju pada layar hp.

 

 ALIFAH
Menurutku sih cuma bikin kamu lega aja.

  

GINA
Konsepnya nggak gitu juga. Kayak anak kecil minta mainan sama mamanya aja. Anaknya minta mainan, terus diturutin gitu aja biar diem.

  

ALIFAH
Lha, emang kamu anaknya (terkekeh). Kita lihat aja kayak apa nanti editor baru itu. Bakal bertahan atau out lebih dulu.

 

Alifah beranjak berjalan menuju tempat sampah dan membuang bungkus snack yang sudah kosong. Kemudian membuka pintu kamar mandi, tapi kakinya sempat disenggol Lion yang membuat Alifah terperanjat kaget. Lalu dia buru-buru masuk kamar mandi dan menutup pintunya. Tidak lama terdengar suara gemericik air dari keran yang dibuka.

 

Tiba-tiba muncul notif di layar hp Gina. Jempol tangan Gina menarik notif tersebut untuk membaca sekilas chat yang barusan masuk. Terlihat nama grup WA 'Majalah Aesthetic' dan bubble chat Pemred Aesthetic Pak Nug.

  

GINA
ALIFAH!

 

Tidak ada jawaban. Gemericik air dari dalam kamar mandi masih terdengar.

 

GINA
(mengomel)
Fah, kamu lama amat sih di dalem kamar mandi? Malem-malem berendem ntar masuk angin baru tahu rasa!

 

Kemudian suara gemericik air tidak lagi terdengar pintu kamar mandi dibuka. Alifah muncul sambil berebut keset dengan Lion. Kemenangan ada di Alifah, Lion segera melesat pergi keluar kamar Gina.

 

ALIFAH
Eh, kucing kamu keluar tuh.

 

Gina melirik Lion yang terlihat bersantai di teras kamar kostnya.

 

 GINA
Biarin. Nggak bakal berani jauh-jauh.
(beat)
Fah, nyebelin banget … tahu nggak sih!

 

Alifah mengambil gelas yang ada di rak perkakas Gina dan mengisinya dengan air mineral dari dispenser.

 

ALIFAH
Apaan sih? Barusan dari kamar mandi juga. Kamu kalau hobinya ngomel-ngomel, cepet tua lho!

 

Alifah berjalan menuju kursi Gina dan duduk kembali untuk minum. Gina membuang hpnya ke atas tempat tidur. Dia menelungkupkan wajahnya di bawah bantal. Terdengar isakan. Alifah yang baru meneguk minumnya segera melihat Gina dengan tatapan heran.

 

ALIFAH
Lo kenapa sih Na? (logat gaulnya keluar)

  

GINA
(merengek)
Kok ada ya makhluk kayak Pak Nug di muka bumi ini. Barusan dia ngirim chat di grup. Sana, baca aja. Ntar kamu juga bakal paham (terdengar lirih karena terbenam bantal).

 

Alifah mencari hpnya. Dia membuka tumpukan kertas editan Gina di atas meja, tapi tidak ada. Kemudian dia baru sadar kalau hpnya masih ada di dalam tas. Lalu membaca chat di hp dengan serius.

 

ALIFAH
Ya Allah, astaghfirullahaladzim.

  

Alifah menatap Gina dengan iba.

 

25. INT. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA, MEJA KUBIKEL DEA, NEXT DAY – DAY

Cast: GINA, DEA, ALIFAH

  

DEA
Ya nggak bisa. Kalau maksain mau di halaman utama, mesti dirombak, Na. Ogah banget!
(beat)
Ya ... meski bakal tetep dirombak. Udah hapal tabiatnya Pak Nug kayak gitu.

 

Dea fokus membuat layout. Pada layar PC terlihat desain layout halaman majalah yang sedang Dea buat. Terlihat Gina berdiri di sebelah Dea sambil menggenggam beberapa lembar kertas. Dia memperhatikan Dea yang lihai dalam membuat layout.

 

GINA
Makanya, De. Ntar aku yang njelasin ke Pak Nug kalau udah nggak bisa nambah konten lagi. Kamu fokus yang terakhir kita diskusikan aja.

 

DEA
Eh, terus yang di WA semalem itu, belum belum kamu bales? (tetap fokus membuat layout)

  

GINA
Belum. Males njelasin panjang lebar di WA. Enak ketemuan langsung kalau udah model kayak gini. Kalaupun tadi malem aku bales, kemenangan tetap ada di Pak Nug.

  

DEA
(ragu)
Ketemuan langsung pun kemenangan juga bakal tetep di Pak Nug, Na.

  

Datang Alifah yang berjalan dengan terburu-buru. Meletakkan tasnya di atas meja kubikel, lalu segera menghambur ke arah Gina dan Dea.

 

ALIFAH
(terengah-engah)
Kamu udah jadi ketemu sama Pak Nug?

  

GINA
Belum. Dari tadi ruangannya masih kosong.

  

ALIFAH
Kamu sekarang ke parkiran deh, aku tadi liat Pak Nug di sana. Kayaknya mau pergi lagi.

 

Tanpa bertanya lagi, Gina buru-buru menuju parkiran kantor Aesthetic.


26. EXT. PARKIRAN KANTOR AESTHETIC — DAY

Cast: GINA, SATPAM

 

Gina setengah berlari menuju parkiran. Dia coba mengamati beberapa mobil yang terparkir di sana, tapi mobil Pak Nug tidak ada. Kemudian terlihat SATPAM yang muncul dari belakang Gina.


SATPAM
Nyari siapa, Mbak?

 

Gina berbalik dan melihat satpam tersebut.

 

GINA
Pak Nug mana ya, Pak?

 

SATPAM
Oh barusan pergi, Mbak. Baru aja. Mbak Gina telat dua detik. Katanya mau ke luar kota. Ini aja perginya sama driver baru.

 

GINA
(tercekat)
Keluar kota?


27. KANTOR AESTHETIC, RUANG KERJA — DAY

Cast: GINA, ALIFAH, DEA, PAK NUG

 

Gina berada di meja kubikel sambil bertopang dagu. Tangan kirinya memegang hp yang ditempelkan ke telinga. Wajahnya tidak bersemangat.

 

PAK NUG (O.S.)
Bilang ke Dea, dia pasti bisa.

 

GINA
Maaf, Pak. Tapi kami sudah tahap layouting dan informasi dari Dea, tinggal tiga halaman lagi selesai. Insya Allah pekan depan sudah masuk proses cetak.

  

PAK NUG (O.S.)
Tinggal geser halaman terus konten yang baru ini ditempatin di halaman tengah.

  

GINA
(mengambil napas dan menghebuskannya pelan)
Pak, kalau konten yang semalam Anda minta ditempatkan di halaman tengah, otomatis merombak halaman lain.

  

PAK NUG (O.S.)
Nggak usah dibikin ribet. Kamu sukanya bikin ribet. Tinggal digeser aja yang di halaman utama itu. Nanti saya yang bilang ke Dea. Kamu fokus ke materinya. Coba diskusi sama Hani untuk meliput Sekolah Nakama. Mumpung tema kita estetik dan sekolah itu baru saja dapat penghargaan sekolah paling estetik dari provinsi. Sudah, sudah, ini ada telepon masuk. Assalamu’alaikum.

 

GINA
Wa’alaikumsalam.

 

Dea yang sedari tadi menguping di dekat Gina mengisyaratkan pertanyaan.

 

DEA
Gimana?

 

GINA
(lemas)
Nihil. Kamu buat pembelaan sendiri sana di grup. Siapa tahu kalau kamu sebagai ahli layout memberi penolakan, Pak Nug bakal membatalkan idenya.

 

Dea beranjak dari tempatnya.


DEA
Hasilnya juga tetep kalah. Males. Ya udah … SEMANGAT LEMBUR, GAES!

 

Dea merentangkan kedua tangannya dan berjalan menuju meja kubikelnya.

 

GINA
(jengkel)
Kalian kenapa sih nggak ada power buat membantah? Kalian kan bisa membantah berdasarkan situasi, kondisi, dan praktik di lapangan seperti apa? Kenapa sih pada main pasrah aja semua?

 

Alifah yang baru saja selesai fotocopy mendengar perkataan Gina. Lalu berjalan mendekati Gina.

  

ALIFAH
(berbisik)
Butuh duit.

 

Gina melihat ke arah Hani yang asyik dengan hpnya.

 

GINA (V.O.)
Bisa nggak tuh anak diandelin di situasi rumit kayak gini?


CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar