A Better Day
12. 12.

Scene 57 – Kantin – Malam Hari

[Tiana, Yuni, Jihan dan Agis makan malam di Kantin. Ketika lewat, murid-murid menyapa Tiana. Tiana membalas sapaan mereka dengan senyumannya.]

Yuni

[Berbicara sambil duduk] Wah. Begini ya rasanya jadi pusat perhatian.

Jihan

Bangun Kak Yuni, orang Kak Tiana yang jadi pusat perhatiannya kok.

Yuni

[Kesal] Tetep aja kan, mereka juga perhatiin aku.

Jihan

Ih...

Agis

[Menyela] Udah... kalian itu bertengkar terus. Ayo makan.

[Jihan dan Yuni saling menatap penuh permusuhan. Tiana hanya bisa tersenyum melihat keduanya]

[Seorang murid lelaki mengunci pintu kantin]

Murid Leleki

[Diam di tengah-tengah] Teman-teman. Kita harus keluar dari sini. [Mengelola nafas] Kita harus pergi dari sini. Mereka cuma manfaatin kita. Kalau terus di sini, kita bakal mati. [Berteriak]

[Murid-murid di kantin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan murid lelaki itu. Murid lelaki itu memutar sebuah video dan mengangkat tinggi kameranya]

Murid lelaki

Saya punya bukti. Mereka hanya ingin mengambil sel otak kita.

[Murid lainnya mengerumuni murid lelaki. Lalu muncul suara pintu yang di dobrak]

Murid lelaki

Kalian lihat kan! Kita harus kabur…

Kepala Tim Kedisiplinan

Tangkat dia! [Menyuruh penjaga untuk menangkap murid lelaki itu]

Murid lelaki

[Memberontak] Teman-teman, kalian harus pergi! [Berteriak]

Kepala Tim Kedisiplinan

Mulai sekarang. Tidak ada yang boleh keluar dari gedung ini. Kalian harus tinggal di asrama. [keluar kantin]

[Murid yang melihat video tadi merasa bingung. Banyak yang mulai panik dan ketakutan]

Scene 58 – Kamar Nomor 530 – Malam Hari

[Sepulang dari kantin, Jihan merasa panik. Agis dan Tiana menenangkan Jihan]

Jihan

Kita bakal mati?

Yuni

[Marah] Selama ini sia-sia kita belajar. Mereka Cuma manfaatin kita. Manusia macam apa mereka?

Jihan

[Menghampiri Agis] Kak Agis… aku enggak mau mati… Kita harus pergi dari sini Kak…

Agis

Kamu tenang dulu Jihan!

Jihan

[Menghampiri Tiana] Kak Tiana kan pintar. Kak Tiana harus cari cara biar kita bisa pergi. Kak Aku mohon, aku enggak mau mati Kak… [Menangis]

Yuni

Segala sesuatu di dunia ini enggak ada yang gratis. Kenapa juga aku harus percaya dulu. Kenapa aku harus datang ke sini. [Menangis]

Agis

[Menenangkan Yuni] Yun… Kamu tenang dulu.

Yuni

Gimana aku bisa tenang? Gimana Gis? Kita bakal mati, otak kita bakal diambil. Gimana aku bisa tenang? [Berteriak]

Tiana

Kalian tenang dulu. Aku bakal minta bantuan Kak Louis.

Yuni

Dia yang masukin kita ke sini Tiana. Dia salah satu dari mereka. Dia enggak mungkin bantuin kita.

Tiana

Tapi… aku yakin Kak Louis bisa bantu kita.

Yuni

[Emosi memuncak] Kenapa sih kamu tuh selalu naif? Udah jelas Kak Louis itu salah satu dari mereka. Atau jangan-jangan kamu juga salah satu dari mereka. Iya? [Membentak]

[Tiana hanya diam]

Agis

Yun…

Yuni

Kalian tuh sama aja. Sampai kapan kita harus sabar? Sampai kapan kita mau diinjak-injak terus? Apa karena kita miskin dan enggak punya orang tua, berarti kita enggak punya masa depan? Aku muak jadi orang sabar, aku muak jadi orang baik. [Menangis tersedu]

[Tiana dan Agis terdiam, sedangkan Jihan menangis di pelukan Agis]

 

Scene 59 - Ruangan pertemuan – Malam Hari

[Angun sedang presentasi di depan Dardan]

Anggun

[Menampilkan wajah Tiana] Namanya Tiana. Umur 21 tahun. Selalu dapat nilai tertinggi. Selain pintar dia juga anak yang berani. Saya lihat waktu itu dia menantang Angel untuk membuat Angel berhenti membully teman-temannya. Saya rasa harganya akan menjadi harga tertinggi.

Dardan

Bagus. Dia harus dijaga sampai jadwal operasi datang. Dia akan menjadi harta karun dari departemen Sastra. Kerja bagus Bu Anggun.

Angun  

[Tersenyum bangga] Terima kasih Pak.

[Louis yang melihat nama Tiana disebut menjadi sangat guggup. Dia memainkan kuku jarinya untuk menutupi kegugupannya]

Dardan

Apa… ada lagi yang harus kita bahas?

Kepala Tim Kedisiplinan

[Memberi kode untuk rekan-rekannya] Tidak ada Pak… Semuanya aman terkendali.

Dardan

Baik kalau begitu. Saya harap semuanya berjalan dengan lancar. Tetap pertahankan kerja bagus kalian, saya akan berikan kalian bonus yang sangat besar jika rencana kita berhasil. Jadi... kalian tahu kan apa yang harus kalian lakukan? [Tersenyum lalu keluar bersama para pengawal]

Kepala Tim Kedisiplinan

Kita harus menutupi masalah kemarin dari Pak Dardan. Saya sudah membereskan murid itu dan menutup akses jalan keluar. Saya rasa tidak ada hambatan lagi. 

[Staf dan para guru mengangguk]

 

Scene 60 – Gor olahraga – Malam Hari

[Tiana sedang menunggu Louis di Gor Olahraga]

Louis

[Menghampiri Tiana] Kamu nyari saya Tiana?

Tiana

[Memukul Louis dengan Brutal] Kenapa… Kenapa Kakak tega?

Louis

[Hanya diam dan pasrah] Maaf Tiana. Aku juga baru tahu beberapa buan yang lalu. Aku pun sama Tiana, aku sama seperti kalian. Aku ditipu. Aku… kamu.. kita… kita semua ditipu Pak Dardan.

Tiana

Jangan bohong Kak!

Louis

Demi tuhan Tiana. Aku baru tahu tiga bulan yang lalu… Aku pun baru tahu, kalau virus gila yang menyerang tahun lalu, itu semua ulah Pak Dardan.

Tiana

[Terkejut] Jadi… selama ini?

Louis

[Mengangguk] Pak Dardan berhasil mengelabui kita. Pak Dardan hanya memanfaatkan kalian. Dia akan menjual sel otak kalian untuk menambahkan dana kampanyenya. Itu lah mengapa kalian dididik dengan sangat keras. Agar kalian bisa menghasilkan sel otak terbaik yang bisa dijual nantinya.

Tiana

[Menggeleng] Aku enggak ngerti… kenapa ada orang sejahat itu..

Louis

[Memegang kedua bahu Tiana] Kamu harus kabur Tiana. Kamu harus pergi. Kamu target khusus dari departemen sastra, mereka enggak akan menyakiti kamu sampai hari operasi. Setiap malam pukul 00.00 penjaga akan berganti. Kamu bisa gunain waktu itu buat kabur.

Tiana

Terus aku harus apa?

Louis

[Mengacak rambutnya] Aku merasa jadi orang yang paling bodoh karena memasukkan kalian ke tempat ini. Percayalah Tiana. Aku juga takut…

Tiana

Kenapa selama ini kakak diam aja? Kenapa kalau kakak tahu, kakak enggak lapor polisi?

Louis

Dunia enggak semudah itu Tiana. Aku berada di bawah pengawasan langsung Pak Dardan. Tidak mungkin aku bergerak. Aku tahu… aku cuma pengecut yang hanya memikirkan diri sendiri. Aku takut kehilangan pekerjaan, aku takut menjadi pengangguran. Maka dari itu, kamu harus kabur Tiana. Cari cara untuk keluar. Aku bakal bantu kamu.

Tiana

[Mengambil kertas di saku celana] Boleh aku pinjam handphone Kakak?

Louis

Handphone? Untuk?

Tiana

Kakak mau bantu aku kan?

Louis

[Memberikan handphone]

[Tiana mulai mengetikan nomor lalu mengirimi lokasi kepada nomor itu]

Tiana

[Mengetik] Kak Ghani. Ini aku Tiana. Boleh aku minta tolong. Malam ini pukul 00.00 jemput aku di lokasi ini.

Louis

Kamu mau apa Tiana?

Tiana

Ini kenalanku dulu.

Louis

[Ragu] Tiana?

Tiana

Emm?

Louis

Aku bukan orang jahat kan? Bilang ke aku, kalau aku bukan orang jahat.

Tiana

[Tersenyum] Aku tahu, Kak Louis bukan orang jahat. Berkat bantuan Kakak, aku dan teman-teman bisa makan enak dan enggak terlantar selama ini. Makasih ya Kak. Makasih juga udah jujur sama aku.

Louis

[Mengangguk] Sekarang. Aku enggak peduli kalau harus kehilangan pekerjaan. Aku bakal keluarin kamu dari sini.

Tiana

[Mengangguk] Kita pasti bisa.

Louis

[Mengangguk] Aku punya rencana.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar