Daftar isi
#1
Sebuah Pembuka
#2
Ketika Adzan Terdengar Dua Kali
#3
Kalung Kompas
#4
Tulang Punggung Terakhir
#5
Bab 4 - Wasiat Abdul Hakim
#6
Bab 5 - Bias Fajar, Bias Kerinduan
#7
Bab 6 - Inersia
#8
Bab 7 - Sisa-Sisa Golongan Tua
#9
Bab 8 - Kampung Pucuk Inong
#10
Bab 9 - Mata Perempuan Mata-Mata
#11
Bab 10 - Kami Bukan Separatis
#12
Bab 11 - Nacroterorism?
#13
Bab 12 - Wos Oser Kobeoser
#14
Bab 13 - Menuju Satu Rantau
#15
Bab 14 - Percaya Pada Asa yang Tertinggal
#16
Bab 15 - Dalam Satu Hitungan
#17
Bab 16 - Mimpi Awal Desember
#18
Bab 17 - Alasan vs Kepercayaan
#19
Bab 18 - Kembara Itu Mengubah Hati
#20
Bab 19 - Mengelak
#21
Bab 20 - Camp De Javu
#22
Bab 21 - Ingin Kembali Pulang
#23
Bab 22 - Jangan Sebut Penghianat
#24
Bab 23 - Dan, Inongbale Itu Pun Gugur
#25
Bab 24 - Tempat Jiwa-Jiwa Itu Bermula
#26
Bab 25 - Pelukan Kulminasi
#27
Bab 26 - Lembide
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Apakah Anda akan menghapus komentar ini?
Chapter #2
Ketika Adzan Terdengar Dua Kali
Bagikan Chapter
[1] kampung
[2] sungai
[3] Rumah, gubuk
[4] "Jaga mamakmu ya Mal... kau juga Mey. Perempuan Aceh harus kuat, seperti para leluhur kita."
[5] Lamno adalah suatu wilayah di pesisir Barat Aceh, yang masuk ke dalam kecamatan Jaya, kabupaten Aceh Jaya. Lamno berjarak 86 kilo meter dari Banda Aceh di kaki gunung Geureute, keturunan Bangsa Portugis di Lamno mempunyai ciri-ciri yang hampir mirip dengan nenek moyang mereka, yakni mempunyai badan yang tinggi, kulit putih, rambut pirang, hidung mancung, dan yang paling spesifik adalah mata mereka yang biru seperti air laut yang ada di bibir pantai. Mereka diberi julukan Bulek Lamno atau Dara Portugis. Tetapi sayangnya, sejak kejadian Tsunami 2004 silam membuat keturunan portugis di Lamno semakin berkurang, dikarenakan daerah mereka merupakan salah satu yang paling parah terkena Tsunami. Ditambah, setelah kejadian Itu kebanyakan dari keturunan portugis Lamno banyak yang hijrah ke Lhokseumawe dan Banda Aceh.
[2] sungai
[3] Rumah, gubuk
[4] "Jaga mamakmu ya Mal... kau juga Mey. Perempuan Aceh harus kuat, seperti para leluhur kita."
[5] Lamno adalah suatu wilayah di pesisir Barat Aceh, yang masuk ke dalam kecamatan Jaya, kabupaten Aceh Jaya. Lamno berjarak 86 kilo meter dari Banda Aceh di kaki gunung Geureute, keturunan Bangsa Portugis di Lamno mempunyai ciri-ciri yang hampir mirip dengan nenek moyang mereka, yakni mempunyai badan yang tinggi, kulit putih, rambut pirang, hidung mancung, dan yang paling spesifik adalah mata mereka yang biru seperti air laut yang ada di bibir pantai. Mereka diberi julukan Bulek Lamno atau Dara Portugis. Tetapi sayangnya, sejak kejadian Tsunami 2004 silam membuat keturunan portugis di Lamno semakin berkurang, dikarenakan daerah mereka merupakan salah satu yang paling parah terkena Tsunami. Ditambah, setelah kejadian Itu kebanyakan dari keturunan portugis Lamno banyak yang hijrah ke Lhokseumawe dan Banda Aceh.
Chapter Sebelumnya
Chapter 1
Sebuah Pembuka
Chapter Selanjutnya
Chapter 3
Kalung Kompas
Komentar
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar