PACAR SEORANG PESULAP 

Cerpen Afri Meldam

AKU berputar di atas sebilah besi tipis; berlari dengan posisi kepala terbalik; meloncat masuk ke dalam ring api; lalu melakukan adegan pamungkas: salto sepuluh kali dan harus mendarat tepat di atas titik yang sudah ditentukan. 

Penonton akan bersorak, memuji si pesulap, sementara aku hanya bisa bersidekap di dalam ruang gelap di bawah panggung, berusaha melawan rasa mual dan pusing yang selalu menyerangku setiap kali selesai melakukan adegan-adegan itu. 

Ketika lampu panggung dipadamkan dan semua penonton meninggalkan kursi mereka, si pesulap akan menemuiku di bawah panggung, memberiku obat pereda sakit kepala, lalu kami akan menghabiskan sisa malam itu dengan makan sepuasnya di restoran langganan. 

Entah sudah berapa musim kulakoni hari-hari yang sama, hari-hari yang begitu membosankan. 

Maka, aku pun berkata kepada si pesulap, "Aku mohon, jika kau memang mencintaku, kembalikan aku ke wujud asliku. Aku hanya ingin menjadi kelinci yang bebas, seperti dulu, seperti sebelum kau menemukanku..." 

Ia mengambil tongkatnya, lalu menatapku dalam-dalam. Entah apa yang akan ia lakukan dengan tongkat itu. *