My Lovely Friend

Awal ajaran baru tiba, aku begitu riang karena naik kelas 4 dengan rangking 7. Tidak terlalu buruk, karena persaingannya cukup ketat dengan siswa lain. Dan beruntungnya lagi, aku dihadiahkan uang oleh uncu jika mendapat nilai 8 dirapot. Kebetulan, ada 5 pelajaran yang nilainya 8. Dapar 50.000 deh. Kan lumayan.

Aku memasuki kelasku dengan riang, berdiri di depan pintu sambil melihat bangku kosong. Seorang gadis berambut pendek melambai ke arahku, dan aku tersenyum.

"Dewi!" serunya.

"Ayu!" sahutku, lalu bergegas menghampirinya. 

"Duduk sama aku, yuk."

Bolehlah, meskipun mejanya tidak di bagian depan. Baris ketiga dari depan nggak buruk juga. Aku meletakkan tasku di atas meja, lalu duduk. 

Ayu adalah sahabatku dari awal masuk sekolah. Bisa sebangku lagi dengannya adalah hal yang menyenangkan. Akan tetapi, semua kesenanganku buyar karena wali kelasku. Dia datang untuk memisahkanku dengan Ayu.

"Karena saya tidak mau ada yang mengobrol saat pelajaran, saya akan mengatur tempat duduk kalian," kata pria berkacamata itu. "Yang cowok, duduk sama cewek."

Yah, kacau! Aku mendecak, lalu melirik Ayu. Semua anak-anak di kelas tampak tak setuju dengan keputusan ini, sama dengan halnya aku.

Aku waswas, siapa anak cowok yang akan duduk denganku? Sangking penasaran, aku sampai melihat wajah anak-anak cowok satu persatu. 

Hampir separuh siswa telah mendapatkan teman sebangkunya, kini giliranku. 

"Devino! Kamu duduk sama Dewi. Siapa yang namanya Dewi?" seru pak guru, bertanya. 

Aku menunjuk tangan, lalu aku menoleh pada seorang cowok yang terlihat seperti bule, lumayan ganteng, ah, nggak! Dia malah cowok terganteng di kelas ini. Tapi tetap saja, aku mendecak kesal.

Dia cuek, akupun begitu. Kami tidak saling bertegur sapa sampai pengaturan tempat duduk selesai. Pak guru kembali ke tempat duduknya, tetapi ada murid cowok yang mengangkat tangan sambil berseru:

"Pak! Saya pengin ganti pasangan!" Dia Irfan, si kidal yang berteman baik dengan mamaku. "Saya mau duduk bareng Siska."

Aku menoleh ke arah bangku yang ditempati oleh gadis paling cantik di kelas ini. Hah! Dia duduk bareng Reza? Uh! Cowok yang aku suka dari dulu, dan dia tetanggaan denganku.

Lalu, aku juga ikut protes. "Pak, saya juga mau ganti tempat duduk."

Tatapan sangar pak guru membuatku ciut. "Kenapa mau ganti tempat duduk?" tanyanya.

"Em ... Saya nggak suka duduk sama dia," jawabku asal.

"Walah, kamu aneh. Saya pasangin kamu sama yang gantengan nggak mau."

Aku hanya diam saja, sementara cowok di sebelahku berkata:

"Iya, Pak. Saya mau ganti tempat duduk."

"Lah, lah, lah! Kenapa pula kamu? Pokoknya, tidak ada yang boleh ganti tempat duduk!" tegas pak guru.

"Tapi, Pak. Saya mau duduk sama yang lain," Devino tetap mendebat. 

"Iya, Pak. Devino orangnya jail. Saya nggak suka." Aduh, keceplosan, walaupun kenyataannya memang begitu.

"Enak aja! Aku juga nggak suka sama cewek pendiam."

"Emang kenapa kalau aku pendiam? Masalah gitu?" balasku.

Devino akan menjawab, tetapi pak guru menyela sambil menggebrak meja. 

"Diam! Kok kalian malah berantem? Saya kawinin kalian berdua mau?" Sontak, anak-anak murid lainnya tertawa.

Aku dan Devino saling terhenyak. Di dalam hati aku menggerutu: "Ih, nggak sudi!"

"Sudah! Kita mulai saja pelajarannya!"

Itulah awal persahabatanku dengan Devino, si cowok resek kesayanganku.[]

7 disukai 3 komentar 7K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Sudah! Kalian aku kawinkan saja. 🤣 Lucu ff nya. ✌️
@damardanarto : Terima kasih kak. 😃
Lupakan tipo yang ada sedikit, ceritanya mnarik loh...
Saran Flash Fiction