Untuk Hati yang Pasti Kalah

Kadang, aku hanya ingin sejenak lupa. Meyakinkan pada diri sendiri bahwa kapanpun aku bisa tetap hidup meski dirimu tak menemani. Membuat hati percaya bahwa kamu memang pantas untuk dibenci. Atau memunculkan kesombongan bahwa aku mudah mendapatkan siapapun yang lebih baik. Tapi katanya, hatiku ingin kamu saja. Bukan yang lebih.

Sering, aku belajar dengan giat tentang cara-cara melupakan. Namun, rasanya usaha itu sia-sia, hatiku mudah menyerah jika itu tentang usaha melupakanmu. Kau terlanjur tergambar begitu istimewa. Dengan tinta emas yang kini tak lagi kupunya. Saat aku ingin menggambar sosok lain seistimewa dirimu, aku tak lagi punya kuasa yang sama seperti dahulu. Lantas aku bisa apa. Jika hati menginginkan menyimpan kamu saja. Bukan yang lain.

Terhadap segala kisah yang terlanjur kau mainkan dengan rapi. Aku hanya bisa menikmati, tanpa kesempatan untuk memiliki. Atas semua kenangan yang sudah kau perankan amat mengesankan. Aku hanya bisa menenangkan gemuruh hati, tanpa kekuatan untuk mengendalikan air mata. Dan tentang setiap hal yang membuatku mengingat, aku hanya bisa mengenang, tanpa pernah ada hak untuk mengulang.

Berjuang melupakan lambat laun mulai membosankan. Sementara mengingatmu sama halnya melemahkan diriku sendiri. Seperti berharap sembuh, tapi meminum obat yang ternyata racun. Melupakan atau mengingat, hasilnya akan sama saja. Tetap aku yang harus mati. Aku yang harus kalah.

-Danasmara

1 disukai 4.8K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction