Adi dan Abel

Adi melangkahkan kakinya dengan lesuh. Jalanan terlihat lengang, hanya terdengar suara adzan yang berasal dari masjid di ujung jalan. Kembali berputar bayangan saat ia terjatuh karena tersandung batu tadi, padahal ia sudah mendekati garis finish. Seharusnya Adi bisa memenangkan perlombaan lari itu.

"Adi?" Panggil seseorang.

Adi membalikkan tubuhnya, tampak kembarannya menatapnya dengan khawatir. "Lututmu berdarah!" Abel berjongkok, ia melihat lutut kembarannya yang mengeluarkan darah.

"Aku kalah Abel, aku tak bisa memberikan piala untukmu." Ujar Adi sedih, ia menundukkan kepalanya. Ia tak bisa menepati janjinya dulu untuk memberikan hadiah piala untuk kembarannya, Abel.

Abel tersenyum tipis, ia lalu menarik tangan Adi untuk berlari. Keduanya sampai di taman kompek yang tampak sepi. Abel dan Adi duduk dengan beralaskan rumput hijau. "Lihatlah, banyak sekali bintang bertaburan di langit malam ini." Abel menunjuk ke arah langit.

Adi mengikuti arah telunjuk kembarannya, ia lalu tersenyum. Benar, langit malam ini sangat indah dengan banyak bintang bertaburan. "Sebenarnya aku lebih suka melihat kau tersenyum daripada memiliki piala. Jangan bersedih lagi ya... Kau bisa mengikuti perlombaan tahun depan. Kau sudah berusaha keras. Tidak apa apa."

Adi melebarkan senyumnya. "Kau tidak marah padaku?" Tanya Adi dijawab gelengan kepala Abel. "Baiklah tuan putri. Aku tidak akan bersedih lagi!" Adi mengikuti cara bicara salah satu tokoh kartun yang disukai Abel, membuat Abel langsung tertawa.

3 disukai 5.6K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction