Yang tak nyata

Selepas subuh, Bayu dan Zaidan melihat dua sosok bayangan melintas di ruang tamu yang masih gelap, mereka menajamkan pandangan, memastikan bahwa kedua sosok itu memang tamu asing yang tidak diundang.

"Mas, ambil senapan yang mana saja, angin boleh apipun boleh, hati-hati tapi cepetan!" bisik Bayu pada putera sulungnya itu, tanpa menjawab, dengan sigap Zaidan menyelinap dan kembali beberapa saat dengan senjata yang diminta ayahnya.

Bayu adalah seorang pemburu, dengan senapan berakurasi tinggi, ia juga seorang sniper dengan skill mumpuni, baik dalam perburuan atau dalam perlombaan, selalu dapat point plus, begitupun perburuan kali ini, dengan dua tersangka yang menyelinap kerumah sebagai targetnya, cukuplah dikaki saja untuk melumpuhkan mereka.

Suara gaduh membuat para tetangganya berdatangan, tanpa butuh banyak penjelasan, dengan geram mereka membantu mengevakuasi kedua buruan dan menggiringnya kekantor Polisi.

Sementara Bayu masuk kembali kekamar untuk menyimpan senapan, ia terkejut melihat sesosok wanita yang tertidur lelap diranjangnya, "Kenapa dia disini?" Gumamnya antara heran dan bahagia.

Iapun duduk ditepian ranjang, pandangannya terfokus pada wajah inocent dengan mata yang masih rapat terpejam didepannya, "dia masih sama" pikirnya. Dia adalah Diandra, kekasihnya dua puluh tahun lalu. Semenjak putus dan menikah mereka tidak pernah lagi bertemu.

Dengan lembut Bayu menyentuh tangan Diandra, "De .... bangun sudah pagi!" Ucapnya pelan takut mengejutkan, wanita bertubuh mungil itupun menggeliat, mengulurkan kedua tangannya dengan manja, "Kak ..." ucapnya sembari berpegang pada tangan Bayu untuk membantunya bangun.

Bayu terlupa pada situasi, pada kejadian yang baru saja ia alami, "apa kabarmu De? ... kamu mau sarapan apa?" Tanya Bayu kemudian, Diandra mengusap perutnya, "aku pengen semangka ... tapi yang anget ya Kak ..." Bayu sepontan tertawa, "Ada-ada aja kamu De, kok semangka anget? Ha ... ha ..."

Tawa Bayu yang nyaring membangunkan Wulan yang tidur disebelahnya, "Yah ... bangunnn" ucap Wulan lembut membangunkan suami dari igauannya, "Eh ... ya sayang, aku mimpi ..." Bayu tidak meneruskan bicaranya, dipeluknya ibu dari anak-anaknya itu dengan penuh kasih, kemudian memintanya untuk kembali tidur karena malam masih larut.

9 disukai 5.5K dilihat
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Saran Flash Fiction