Disukai
0
Dilihat
437
Sepotong Senja dan Janji yang Terlupa
Romantis

Jendela kamar tua itu selalu terbuka, bukan karena cuaca yang selalu mengundang, melainkan karena Elara tidak pernah punya hati untuk menutupnya. Jendela itu adalah satu-satunya saluran yang menghubungkannya dengan masa lalu yang ia pegang erat. Angin sore yang masuk membawa serta aroma pahit dari lumut di dinding luar dan wangi manis dari biji kopi yang digiling di kedai seberang jalan, “Kopi Senja,” sebuah nama yang kini terasa ironis di telinganya.

Di sana, di ambang jendela yang kayunya mulai lapuk dimakan lembap dan waktu, duduklah Elara, seorang seniman muda berusia dua puluh tujuh tahun dengan mata yang t...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1.000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)