Disukai
1
Dilihat
192
Membangunkan Singa yang Tidur
Drama

Ketika Hans menemukan sebuah buku yang tak seharusnya dia baca, dia adalah seekor kucing jinak yang mengabdikan diri untuk sang istri. ‘Menemukan’ barangkali bukan kata yang tepat. Buku itu ketinggalan di salah satu meja yang baru saja ditinggalkan oleh sekelompok mahasiswa dan mahasiswi program studi Ilmu Hukum tahun kedua. Hans baru saja selesai memberikan kuliah Pengantar Logika selama dua jam. Setelah dua jam, para mahasiswa dan mahasiswi berbondong-bondong meninggalkan ruang kelas dengan tak sabar, seolah begitu lega mereka tak perlu lagi berkutat dengan materi-materi silogisme dan sebagainya. Hans tak ingat siapa yang tadinya menempati meja di mana buku harian itu berada—tapi menilai warna sampulnya, ungu, bisa ditebak pemiliknya perempuan.

Dia mengulur waktu memeriksa lembar-lembar jawaban yang dikumpulkan di atas mejanya. Selama itu tak ada seorang pun yang datang untuk mengambil barang yang ketinggalan. Ketika sudah waktunya dia meninggalkan ruangan, Hans menghampiri barisan meja tempat buku harian itu berada, menimbang-nimbang sesaat. Terpikir olehnya untuk mengabaikan buku itu, pura-pura tak pernah melihatnya, tak ingin bertanggung jawab atas kepemilikan seseorang. Namun dia ragu bahwa benda itu akan lebih aman saat ditinggalkan di ruang kelas yang sebentar lagi akan digunakan oleh jurusan lain, dengan para mahasiswa dan dosen yang berbeda, dibandingkan bila dia menyimpannya untuk kemudian diserahkan ke ruangan fakultas. Akhirnya Hans mengambil buku itu dan memasukkannya ke dalam tas kerja.

Namun berjam-jam kemudian, berbaring di samping istrinya yang sudah mulai mendengkur lembut, Hans ingat bahwa dia lupa mengembalikan benda yang dia temukan tadi ke ruangan fakultas hukum. Dia bangun dan mengambil tas kerjanya yang sesaat terasa lebih berat daripada biasanya seolah benda itu menyimpan sebuah rahasia. Dia mengeluarkan sebuah buku bersampul ungu. Dia menyalakan lampu baca, menekuri halaman pertama. Ternyata itu sebuah buku harian. Setelah itu Hans semakin sulit tertidur.

 

 

Pada hari ketika Hans menemukan buku harian bersampul ungu—dan pada hari-hari mana pun—dia tak pernah mampir ke tempat lain setelah pulang kerja. Hans selalu menolak ajakan nongkrong, karaoke, apalagi minum-minum dengan para rekan kerja atau pun beberapa mahasiswa senior yang sudah lama mengenalnya—kecuali untuk acara-acara resmi di mana dia bisa mengajak istrinya serta. Dengan senang hati, Hans akan langsung bertolak menuju rumah, pada sang istri yang sesungguhnya tak pernah melarangnya merenggangkan sedikit kerah kemeja untuk hal-hal di luar pekerjaan; asal dia mengabari Viona dan alasannya masuk akal, maka tak akan ada masalah. Namun Hans lebih suka untuk tak membuat Viona kepikiran, curiga, apalagi merasa diabaikan. Tiga tahun belakangan mereka berdua tengah mengupayakan untuk memiliki momongan. Sebisa mungkin Hans ingin menciptakan suatu kondisi psikis yang sehat untuk istrinya.

Meskipun begitu Viona tak pernah tampak kesepian. Sejak memutuskan berhenti bekerja sebagai redaktur senior di salah satu media cetak ternama, ia melewatkan kebanyakan waktu...

Baca cerita ini lebih lanjut?
Rp1,000
Suka
Favorit
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Rekomendasi