What's Next, Soraya?
5. Scene 41-50

41. INT. MOBIL – NIGHT

LAKSA melihat depan rumah SORA ada mobil terparkir.

LAKSA

Tengah malam? Apa dia punya kerja sampingan?

CUT TO :

42. EXT. RUMAH SORA – NIGHT.

LAKSA turun dari mobilnya. Melihat mobil didepannya. LAKSA mendengar suara dobrakan yang sangat keras dari rumah SORA. LAKSA melihat pagar rumah SORA terbuka.

CUT TO :

43. INT. RUMAH SORA – DAY

Segerombolan PREMAN HUTANG mengebrak rumah SORA.

SORA membuka pintu, gerombolan Preman langsung masuk. PREMAN menagih hutang SORA.

PREMAN HUTANG 1

Soraya, bayar pelunasanmu bulan ini. dan sisa bulan kemarin. Atau sertifikat rumahmu ini tidak akan kembali.

SORA

Akan aku bayar, tunggu dulu…

Ucap SORA memelas, terbata-bata dan takut, ia mencoba mundur ke belakang.

PREMAN HUTANG 1

(tatapan menggoda, nakal)

Kalau nggak lu bayar aja sama tubuhmu. Maukan? Tak nyangka lu juga cantik…

SORA ketakutan memeluk tanggannya, mundur perlahan, PREMAN HUTANG 1 mendekati SORA dan mengelus pipi mulusnya. PREMAN HUTANG 2 & PREMAN HUTANG 3 tertawa.

SORA

Jauhkan tangan kotormu. Sampai matipun aku tak sudi!(penuh penekanan)

PREMAN 1

Dasar sok suci! (marah, akan menampar muka SORA)

LAKSA memegangi tangan PREMAN yang akan menampar SORA. Meninju PREMAN 1, PREMAN 2 & 3 tak berani melawan,

PREMAN 1

Kenapa tak lawan?

PREMAN 2

Diaa.. Jago banget boss..

PREMAN 3 mengangguk ketakutan.

LAKSA

Mau apa kalian?

PREMAN 1

(tertawa) Perempuan itu belum membayar tagihannya bulan ini.

LAKSA kalang kabut, dia panic mengambil dompetnya, tapi hanya ada uang 500 ribuan, yaudah langsung diambil dan dibayarkan. PREMAN mengejek dan pergi.

PREMAN 1

500 rebu? Heh orang kaya tapi kere… perempuan ini…

LAKSA

Bisa pergi atau ku laporkan ke polisi, kalian merencanakan tindakan asusila? (Marah)

PREMAN 2

Boss.. polisi,, kita kan nagih hutang doang, jangan sampe ke polisis Bos… kapok…

PREMAN 3

Iya bos,, nggak mau…

PREMAN 1 mengkode temannya untuk pergi.

LAKSA melihati preman yang pergi. Melihat ke SORA yang ketakutan.

LAKSA

(batuk) Ehemm… kamu nggak apa-apa kan?

SORA

Kenapa? Kenapa kamu bayar mereka? Hah?!

LAKSA

(tertawa tak menyangka) Sora, kamu nggak liat? mereka hampir saja menyakitimu?

SORA

Lalu apa pedulimu? (Frustasi)

LAKSA

Kalau mereka sampai menyakitimu. Kamu pasti nggak mau negosiasi buat jual rumah kamu. Kamu kira karena aku peduli denganmu? (LAKSA tertawa) Yang benar saja?

SORA diam, tak bereaksi sedangkan, LAKSA melihat SORA iba, mengelak mengelengkan kepalanya.

LAKSA (CONT’D)

Huh…Tak kusangka hidupmu begitu menyedihkan.

SORA menangis, ia terduduk.

SORA

YA… kamu udah lihat kan? (nangis, frustasi, marah)

Menyedihkan bukan? (senyum) (beat) masih mau ambil rumah ini? (menahan nangis)

(beat) Rumah… yang menjadi saksi bisu kematian kedua orang tuaku? Kamu masih mau ngambil? Sedangkan… aku berjuang mati-matian melindungi rumah ini.. dari gerombolan preman-preman itu?! (SORA penuh Emosi, penuh penekanan)

LAKSA merasa bersalah. Tapi ia juga tidak mau mengalah didepan SORA.

LAKSA

kamu harus melepaskannya. Semakin kamu mengikat rumah ini, semakin banyak kenangan yang terikat pula.. semakin kamu terjebak didalamnya, hal itu juga semakin buat kamu sakit, Sora…

SORA

Pergi! (memohon) Kamu tau apa soal rumah ini? (kesal) Aku mohon…(beat) Pergi dari rumahku.. (nangis)

LAKSA menghela nafas, pergi putus asa. LAKSA 3 langkah, balik badan, menghela nafas lagi.

 CUT TO :

44. EXT. JALAN – DAY

Note : Jalan seperti gang sepi.

SORA jalan ke minimarket, ketemu PREMAN HUTANG. PREMAN langsung aja nagih hutang.

PREMAN HUTANG 1

Halo.. cantik.. gimana sisa pelunasan bulan ini? Masih mau kan sertifikat rumahnya?

SORA

Kalian…

PREMAN HUTANG 2

Nggak papa neng, kalok neng cantik mau sama abang nanti gausah bayar.. kita bayarin bulan ini… bayarnya pake itu aja… (melirik tubuh SORA)

SORA

Nggak sudi! Bahkan ketika nyawa saya diujung pun, saya akan bayar dengan uang…

PREMAN HUTANG 1 mulai mendekati SORA. SORA mundur, ketakutan, makin mundur, SORA menginjak kaki si PREMAN 1 dan lari seketika. PREMAN 1 kesakitan

PREMAN HUTANG 2

Bos.. kakinya..

PREMAN HUTANG 1

Kejar dia lah! Kutu buaya! Aishhh…

PREMAN HUTANG 2

Oh.. iya kabur deh…

PREMAN HUTANG 2 Langsung lari mengejar SORA.

 

45. EXT. PERSIMPANGAN JALAN – DAY

LAKSA didepan mobilnya.

LAKSA

Ya.. pokoknya ya Stev, kamu bilangin aja sama kliennya suruh baca dulu kontrak kita itu… (melihat SORA) Sora…?

STEVAN (OS)

So..ra..?

LAKSA

Aishh… nanti kutelpon lagi!

LAKSA mematikan telponnya. Masih melihat SORA kebingungan.

LAKSA

Hei…

SORA tak menjawab, mengisyaratkan LAKSA untuk diam.

LAKSA

Preman lagi?

SORA mengangguk, mengisyaratkan untuk diam lagi.

LAKSA langsung menarik SORA, mencopot paksa sepatu kanan SORA, melemparkan ke persimpangan jalan, dan menyuruh SORA masuk ke dalam bagasi.

LAKSA berpura-pura menelpon. Datang PREMAN HUTANG 1

PREMAN HUTANG 1

Pak-pak, lihat cewek lari nggak?

LAKSA balik badan.

PREMAN HUTANG 1

Nah.. ini dia pacarnya.. Lihat Sora? lu sembunyiin dimana hah? Dimobil keren lu?

LAKSA

Kamu nyari Sora? Wah… sama dong, tadi dia lewat sini? Tumben nggak nyapa…

PREMAN HUTANG 2

Bos itu sepatunya…

LAKSA

Nah itu sepatunya! Sora lari kesana? 

PREMAN HUTANG 1 langsung ngambil sepatu SORA dan mengejar ke jalan lainnya.

LAKSA membuka bagasinya.

LAKSA

Aman.

SORA

Makasih ya… Tapi… sepatuku…

LAKSA

Dibawa preman,, kenapa? Toh juga udah buluk kan?

SORA

Pertama-tama terima kasih karena kamu menolongku sekali lagi. Kedua, sepatu itu memang sudah buluk, tapi sepatu buluk itu menyimpan banyak kenangan. Itu sepatu terakhir yang kupunya pemberian dari kedua orang tuaku.

LAKSA

Kenangan-kenangan lagi.. (meremehkan SORA)

SORA

Hah? Saat aku menjadi kaya, aku juga tidak memikirkan apa yang terjadi padaku besok, aku hanya tahu bahagia.. tertawa, makan enak.. beli apapun, kasih sayang orang tua… tapi.. setelah semuanya tiada, aku sangat menghargai kenangan itu. orang seperti kamu, nggak ngerti artinya kenangan, apa mungkin masih tahu cara menghargai suatu kenangan? Permisi.

SORA berjalan meninggalkan LAKSA.

LAKSA

Kenang-kenangan.. enak aja..

LAKSA melihat SORA jalan pakai satu sepatu. LAKSA iba, dia jongkok dan mengira-kira telapak kaki SORA dengan tangganya.

LAKSA

Segini? (menjengkal tangannya) Oh bukan segini? (mengkira-kira) Ya.. segini.. tadi dia seperti ini.. jadi.. nah.. segini…

 CUT TO :

46. INT. MOBIL – DAY

LAKSA menamati Paper bag bertulisan SHOES SHE SHOES yang berisi sepatu.

LAKSA

Aishhh… (frustasi) Nggak-nggak, ini bentuk tanggung jawab laksa, kamu kan yang ngilangin? (mengangguk pasrah) Nah-nah! Nggak papa.. udah kebeli kan? Nah.. nggak papa.

HP milik LAKSA bunyi, tertulis HERMAN sedang memanggilnya.

LAKSA

Halo pah…

HERMAN (O.S)

Ke kantor papah sekarang ya… ada yang mau papah omongin, soal proyek kamu juga.. bisa kan?

LAKSA

Bisa pah, laksa nggak bisa lama-lama. (beat) Ya..

 CUT TO :

47. INT. MINIMARKET – DAY

JAMAL memberikan sandal ke SORA.

JAMAL

Pake ini.. jangan sampe kamu ketahuan nggak pake alas kaki.

SORA masih lihatin sandal yang masih bungkusan rapi.

JAMAL

Pake aja,, aku yang bayar…

SORA

Nggak. Aku nggak mau ngerepot..

JAMAL langsung buka sendalnya. Naruh dibawah kaki SORA

JAMAL

Kamu kayak sama siapa aja. Bukan apa-apa, tapi aku keinget adik aku dikampung.

SORA (V.O)

Kak dimas…

SORA teringat kakaknya, ia mengusap air matanya.

SORA memakai sandalnya.

SORA

Makasih kak…

JAMAL senyum mengangguk, melanjutkan menata rak kosong.

CUT TO :

48. INT. KANTOR HMN – DAY

Kita bisa lihat HERMAN, duduk bersama KARNA (52) dan NINDYA (24, anak karna). LAKSA tiba-tiba buka pintu.

LAKSA

Pahh,, udah jam 5, percepat aja bahas proyek..

HERMAN

Laksa kebiasaan! Ketuk pintu dulu.

KARNA

Ini Laksa?

HERMAN

Iya.. ini anak saya satu-satunya Kar. Oh iya, ini Paman Karna dan Anaknya, Nindya. Karena Laksa udah dateng, gimana kalok kita langsung pergi ke tempat makannya?

LAKSA

Tunggu dulu, jadi, Papah, Om, dan Mbak ini nungguin Laksa kesini dan ke tempat makan?

HERMAN mengangguk.

NINDYA

Hai laksa, kenalin aku Nindya.

LAKSA

Salam kenal… emm.. maaf Pah, Om, emm Nindi..

NINDYA

Nindya..

LAKSA

Nah itu, Nindya. Maaf tapi saya sudah ada janji dengan klien penting. Bisa lain waktu saja?

KARNA

Wah.. ini nih Her.. anak muda seperti Laksa ini langka.. pekerja keras..

LAKSA

(senyum sungkan) Ahh om bisa aja, maaf sekali om, tapi laksa duluan yaa…

HERMAN

Laksa tunggu… sebentar ya Kar, Nin..

LAKSA berhenti didepan ruangan HERMAN

LAKSA

Basi kalok Laksa dijadiin senjata.

HERMAN

Bukan.. tapi.. anaknya paman Karna cantik kan Sa?

LAKSA

Laksa nggak ada waktu buat ini pah..

LAKSA pergi ninggalin HERMAN.

NINDYA

Om.. Laksanya..?

HERMAN

Sudah pergi tadi.. katanya dia mau bertemu dengan klien penting, emm.. gimana anak Om? Suka?

NINDYA

Emm.. laksa unik Om, Nindya…

HERMAN

Memang, seiring waktu, pasti kalian bisa deket kok..

NINDYA tersipu malu. 

CUT TO :

49. EXT. MINIMARKET – NIGHT

Kita bisa melihat SORA jalan pulang kerja. SORA merasa pusing, pandangan kabur. Tapi tetep jalan, sambil geleng kepala biar pandangannya jernih.

CUT TO :

50.EXT. RUMAH SORA - NIGHT

LAKSA keluar dari mobil, melihat rumah SORA, lampunya belum menyala. PREMAN HUTANG datang. LAKSA bayarin sisa cicilannnya SORA

PREMAN HUTANG 1

Hei.. pacar lu mana?

LAKSA

Berapa sisa yang harus dia bayar?

PREMAN HUTANG 1

3.800.000.

LAKSA membuka dompetnya. Ambil kartu ATM

LAKSA

Disini, ada 5 juta, ambil sisanya untuk kalian. Tapi ingat… jangan berani-berani sentuh SORA sedikitpun. Kalau saya pergoki kalian macam-macam dengan Sora, saya nggak akan segan untuk laporin kalian ke polisi (mengancam)

PREMAN HUTANG 1

Wah.. siap deh kalok kayak gini..

PREMAN HUTANG 1 pergi dengan PREMAN HUTANG 2,

PREMAN HUTANG 2

Tapi bos, sandinya?

PREMAN HUTANG 1

Heh.. lu mau ngibulin gue hah? Luu nggak ngasih sandinya, mana mempan ngancem kita..

LAKSA

Angka 8 enam kali.

PREMAN 1

Nah gitu dong… Ayok (kode ke PREMAN HUTANG 2)

LAKSA melihat jam tangannya, pukul 19.23

LAKSA

Ngantuk, laper… mending tidur aja dulu.

LAKSA kembali ke mobilnya. 

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar