The Junkie
8. Kak Ratna Sakit
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUMAH — PAGI

Wajah Raka muram, dan berhalusinasi. Barisan buku-buku yang tertata rapi di dekat pintu kamar Kak Ratna, seperti berterbangan menimpuknya.

Raka menuju ruang makan mengambil satu sendok makan dan membawanya ke kamar. Begitu bongkahan yang menyerupai garam mencair di cekungan sendok makan, segera dipindah ke dalam insulin lalu ia suntikkan ke lengan.

Raka seolah ada di taman, dia jadi ceria, tersenyum-senyum dan bersiul-siul. Dia bermain bersama bias cahaya, yang mulai melelehkan embun di dedaunan dan bunga-bunga. Raka mendengar suara hentakan kaki dan musik relaksasi.

Ratna masuk kamarnya, tak disadari oleh Raka yang sedang fly.

RATNA

Semalam pulang pukul berapa, Ka? (tanya Kak Ratna sambil membawa secangkir kopi). Ka, Raka! (ulang Ratna lebih keras)

Raka jadi kaget. Buyar sudah alam indahnya.

RATNA

Kau pulang jam berapa semalam?

RAKA

Dini hari, Kak (balas Raka sambil menyulut sebatang rokok dan mencecap secangkir kopi)

RATNA

Maksudku, pukul berapa sampai rumah?

RAKA

Jam dua.

RATNA

Main ke mana saja?

RAKA

Papa tidak pulang, kah. Oya apa mau hujan, kak

RATNA

Hemmm, ndak nyambung. Ya udah, setelah ini sarapan ya!

Ratna pergi keluar kamar. Raka merasa lega.

RATNA (VO)

Apa penyebab perubahan fisik adikku? Setiap aku bersamanya, tubuhnya terus berkeringat, makin kurus, matanya cekung dan hitam.

RAKA (VO)

Kayaknya kakak tahu apa yang aku lakukan. Dia minta aku sarapan dulu. Sebenarnya, aku tak pernah merasa lapar setelah pakaw.

Raka menuju meja makan. Dia melihat Ratna membuka laptop di meja ruang tengah.

RAKA (VO)

Agar nggak curiga, kuturuti saja walau hanya menelan satu sendok nasi dan sepotong daging ayam.

RAKA

Mama bilang apa semalam, Kak? (sambil makan)

RATNA

Mama mencemaskanmu.

RAKA

Tumben.

RATNA

Wajar, namanya orangtua mengetahui anaknya tidak pulang, pasti pikirannya macam-macam.

Raka menunjukkan wajah heran dan tak percaya. Dia teringat Mama menghubungi semalam dengan suara memecahkan gendang telinga. Mereka malah bertengkar.

"Kamu di mana? Pulang!!!

RAKA

Kakak hari ini tidak ngajar? Kok malah nulis di rumah.

RATNA

Kakak sedang tidak enak badan. Setelah tuntas satu bab, kau bisa mengantarku periksa?

RAKA

Istirahatlah dulu, Kak! Ngebut banget seperti besok kiamat saja. Kayak tidak ada waktu lagi untuk menulis.

RATNA

Huss! Dengan menulis, setidaknya mampu mengurangi rasa sakit ini.

RAKA (VO)

Apa benar yang dikatakannya? Menulis adalah terapi dan obatnya. Aku malu pada diriku sendiri. Barangkali aku memang pecundang seperti yang banyak diceritakan orang. Kenapa gampang menyerah pada narkoba? Sedangkan Kak Ratna sakit saja bisa bertahan jadi guru dan penulis.

Tanpa sepenuhnya Raka sadari, matanya berkaca-kaca. Dia melangkah dan melemparkan pandangannya ke luar jendela, menatap langit yang kelabu, air mata Raka merembet ke dagu.

RAKA (VO)

Apa yang sesungguhnya aku cari dalam hidup ini? 

Tiba-tiba tampak dari jendela sinar kilat mengerjap-ngerjap. Raka mengerjap-kerjapkan matanya untuk memastikan bahwa itu kilat atau halusinasinya saja. Ternyata memang benar petir, saat terdengar bunyi menggelegar, Raka sangat kaget.

RAKA

Kalau jadi periksa, mending sekarang aja. Di luar cuaca tidak bersahabat. Sepertinya akan segera turun hujan, Kak.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar