The Cursed Princess
6. DARMA SANG KESATRIA
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. MEDAN PERANG - SIANG

Karungkala dan Yodha yang masih menaiki kuda tengah berhadapan. Karungkala membawa gada dan Yodha membawa tombak.

KARUNGKALA

Kau kah si penasihat Pengging yang telah mengacaukan kesepakatanku dengan Bandung Bondowoso?

YODHA

Sebuah kehormatan dapat dikenali oleh Raja Prambanan.

Karungkala melancarkan serangan langsung. Yodha menghindar dengan gesit dan melakukan serangan balasan, tapi ditepis oleh Karungkala. Dengan sekali hempasan, Karungkala berhasil melempar Yodha jatuh dari kudanya. Karungkala berdiri di atas kuda, kemudian melompat ke arah Yodha. Yodha berguling dengan cepat, berusaha menghindar. Gada Karungkala menghentak bumi, menimbulkan guncangan di sekelilingnya. Yodha yang selamat kembali mengatur kuda-kudanya. 

KARUNGKALA

Hebat juga kau. Aku bisa paham kenapa kau begitu mencintai peperangan.

YODHA

Tidak. Aku benci perang. Perang hanya membawa kesengsaraan.

KARUNGKALA

Lalu kenapa kau menolak penawaran damaiku?

YODHA

Penawaran damai apa?

Karungkala kembali menyerang Yodha, namun Yodha berhasil mengimbangi.

KARUNGKALA

Tak usah berlagak bodoh. Kau adalah orang dibalik kematian prajurit yang kuutus untuk menemui Bandung.

YODHA

Karungkala. Kau memang raja yang cerdas. Surat yang kau kirim pada malam itu dapat mengubah kondisi kedua kerajaan, bahkan mengakhiri perang.
Tapi, apakah kau yakin, kedamaian akan benar-benar datang setelahnya?

Karungkala terdiam.

YODHA

Apa kau yakin, kau telah bertarung melawan musuh yang sebenarnya?

KARUNGKALA

Apa tujuanmu?

YODHA

(tersenyum)
Ini adalah panggung yang kuciptakan untuk kelahiran raja baru. Raja yang akan membawa kedamaian sejati, dan mengakhiri perang untuk selamanya!

Karungkala terkejut, mengerti apa yang dimaksud Yodha.

Tiba-tiba kuda Bandung Bondowoso terlihat berlari menuju Karungkala dan Yodha.

BANDUNG BONDOWOSO

YODHA!

Dengan cepat, Bandung melompat dari kudanya dan langsung menyerang Yodha. Tapi Yodha berhasil menahannya. Dari belakang, Oswara muncul dan berhasil memukul Yodha hingga tersungkur ke tanah.

Bandung menginjakkan kakinya ke kepala Yodha.

BANDUNG BONDOWOSO

Beraninya kau menusukku dari belakang!

Yodha kesakitan, tapi masih bisa tersenyum.

KARUNGKALA

(terkejut dengan kedatangan Bandung, tersenyum puas)
Akhirnya kau muncul juga, Bandung Bondowoso!

Tiba-tiba Karungkala menyerang Bandung. Bandung terkejut. Dengan sigap Oswara menahan serangan Karungkala, tapi terpental. Sekali lagi, Karungkala menyerang ke arah Bandung, tapi Bandung berhasil menahannya. Benturan kesaktian keduanya menyebabkan tanah berguncang.

BANDUNG BONDOWOSO

Apa-apaan ini, Karungkala? Tidakkah kau membaca pesanku?

KARUNGKALA

Ya. Aku berterima kasih akan hal itu. Tapi, kita tidak dilahirkan untuk bertarung di pihak yang sama, Bandung.

Karungkala membuang gadanya, kemudian mengeluarkan kerisnya.

KARUNGKALA

Mari kita hentikan perang ini. Siapapun yang memenangkan duel, akan memerintahkan kedua pasukan untuk berhenti.

BANDUNG BONDOWOSO

Tidak. Kau bukan musuhku.

Karungkala langsung menyerang Bandung, kali ini gerakannya lebih cepat karena hanya menggunakan keris. Bandung berusaha menahan, tapi terpental. Oswara yang sudah bangkit kembali mencoba membantu Bandung, tapi Bandung memberi isyarat untuk berhenti. Oswara yang mengerti kode dari Bandung menurunkan kesiagaannya.

KARUNGKALA

Ada apa, Bandung? Bukankah kau menginginkan perdamaian?

BANDUNG BONDOWOSO

Tapi aku tidak ingin melawanmu.

KARUNGKALA

Lawan aku!

Karungkala melancarkan serangan dengan membabi buta. Bandung berusaha mengimbangi, namun ia kewalahan. Sekali lagi, Bandung terpental dan terperosok ke tanah.

KARUNGKALA

Aku tahu kekuatanmu lebih dari ini, Bandung. Kau harus mulai serius. Jika tidak, kedamaian yang kau impikan tak akan terwujud.

Bandung mulai panas. Ia menyerang Karungkala, berusaha untuk melumpuhkan keris Karungkala. Tapi Karungkala berhasil membaca gerakannya. Karungkala melumpuhkan pedang Bandung dan melemparnya ke tanah.

KARUNGKALA

Sepertinya aku salah menilaimu. Ternyata kau tak lebih dari bocah pecundang. Sama seperti ayahmu.

BANDUNG BONDOWOSO

Jangan samakan aku dengannya!

Bandung mengeluarkan kerisnya. Karungkala menunggu Bandung menyerang lalu ia balas menyerang dan membuat Bandung terpental.

BANDUNG BONDOWOSO

(kembali berdiri)
Aku memang tidak terlahir berada dipihakmu, Karungkala, tapi bukan berarti aku harus memihak ayahku

KARUNGKALA

(waspada)
Kau pernah mendengar pepatah berkata, buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya?

BANDUNG BONDOWOSO

Dengarkan aku. Aku ingin membawa perdamaian di antara kerajaan kita. Aku tidak ingin peperangan ini justru menghancurkan keduanya. Aku sudah berjanji pada Jonggrang.

Karungkala tiba-tiba menyerang Bandung, namun Bandung bisa menahan dengan kerisnya.

KARUNGKALA

Apakah kau juga mengatakan itu untuk membohongi adikku?

BANDUNG BONDOWOSO

Aku tidak membohongi siapapun. Aku tulus mencintai adikmu.

Karungkala menyerang semakin hebat.

KARUNGKALA

Katakan sekali lagi dan aku akan membunuhmu!

Bandung semakin terpojok, tapi ia mulai bisa mengimbangi.

BANDUNG BONDOWOSO

AKU AKAN MENGHENTIKAN PERANG INI! DAN AKU AKAN MENIKAHI JONGGRANG!!


CUT TO:


EXT. HUTAN DEKAT MEDAN PERANG - SORE

Kuda Jonggrang berlari cepat. Beberapa kali Jonggrang dengan sigap menyibak ranting pohon yang menghalanginya. Jonggrang menarik tali kekang, memerintahkan kudanya untuk berhenti, ketika ia melihat peperangan di medan terbuka. Jonggrang langsung mengenali kakandanya yang sedang melawan Bandung.

Tiba-tiba saja suara kuda mendekat. Jonggrang segera siaga dan mulai lega ketika mendapati Saka yang duduk di atas kuda itu dan bukan musuh.

SAKA

Gusti Putri! Tidak seharusnya Gusti di tempat ini, terlalu berbahaya!

RORO JONGGRANG

Kau tidak bisa memerintahku!

Jonggrang turun dari kudanya dan kembali melihat pertarungan kakandanya melawan Bandung. Saka ikut menoleh ke arah Karungkala dan Bandung.

RORO JONGGRANG

Apa yang terjadi? Bukankah kau bilang Kangmas Bandung berada dipihak kita?

SAKA

(terdiam sejenak)
Seharusnya begitu.

Saka mengamati area sekitar Karungkala dan Bandung. Matanya terhenti saat melihat Yodha, terlihat tersenyum.

SAKA

Keparat!


MATCH CUT TO:


EXT. MEDAN PERANG - SORE

Pertarungan dahsyat terjadi antara Bandung dan Karungkala. Mereka sama-sama serius melancarkan setiap serangan. Perlahan namun pasti, Bandung mulai mengungguli Karungkala. Karungkala mulai kewalahan dan kehabisan stamina. Bandung melihat celah dan melancarkan pukulan pamungkasnya. Pukulan Bandung membuat Karungkala terlempar ke tanah. Karungkala terbatuk dan darah keluar dari mulutnya.

BANDUNG BONDOWOSO

Aku tidak pernah main-main dengan perkataanku. Aku tahu kau juga tidak menginginkan perang ini.

KARUNGKALA

Perang telah membawa seluruh rakyatku hidup dalam rasa takut. Tentu aku tidak menginginkannya. Apa kau pikir seorang raja akan membiarkan rakyatnya menderita begitu lama?

BANDUNG BONDOWOSO

Kalau begitu bantu aku melawan Raja Pengging. Aku akan mengakhiri perang di antara dua kerajaan ini. Tapi, sebelum itu terjadi aku harus melengserkan ayahku dari tahtanya.

KARUNGKALA

(diam sejenak)
Sudah kuduga, tujuanmu mendekatiku adalah untuk melakukan kudeta terhadap Pengging.

BANDUNG BONDOWOSO

Perang ini tidak perlu berlanjut, begitu juga dengan duel kita. Kita mempunyai musuh yang sama.

KARUNGKALA

(berpikir, menatap Bandung)
Kau bilang kau ingin aku membantumu?

BANDUNG BONDOWOSO

Ya.


MATCH CUT TO:


EXT. HUTAN DEKAT MEDAN PERANG - SORE

Dari kejauhan Jonggrang terus mengamati tanpa bisa mendengar apapun. Ia mulai khawatir ketika Karungkala mulai kewalahan menghadapi Bandung. Akhirnya Karungkala terjatuh dan terlihat darah mengalir dari mulutnya. Bandung berdiri menghadap Karungkala cukup lama.


MATCH CUT TO:


EXT. MEDAN PERANG - SORE

KARUNGKALA

Bunuh aku.

BANDUNG BONDOWOSO

(terkejut)
Aku membutuhkanmu hidup-hidup untuk menggulingkan tahta ayahku, bukan seonggok mayat.

KARUNGKALA

Kau akan lebih membutuhkan seonggok mayat.

BANDUNG BONDOWOSO

(bingung)
Apa yang kau pikirkan?

KARUNGKALA

Lihatlah sekekelingmu. Semua mata tertuju pada kita. Apapun yang terjadi di sini, akan menentukan nasib kedua kerajaan.
(jeda sejenak)
Kau, Bandung Bondowoso, akan memenangkan peperangan ini dan membawa kepalaku ke hadapan Raja Pengging. Dengan begitu Raja Pengging akan manganggapmu sebagai pahlawan yang berhasil menaklukkan Prambanan. Saat mereka merasa menang, saat itulah kau bisa bergerak.

BANDUNG BONDOWOSO

(marah)
Apa kau sudah gila?

KARUNGKALA

Kau pikir siapa yang memulai semua peperangan konyol ini? Kami, para Raja, keegoisan dan keserakahan kamilah yang mengakibatkan semua ini. Untuk mengakhiri semuanya, kami pantas mati.

BANDUNG BONDOWOSO

Tapi kau bukan Raja yang seperti itu! Kita bisa melawan Raja Pengging bersama!

KARUNGKALA

Apa menurutmu rakyat Pengging akan menerima kita begitu saja? Jika kita menang, kau akan dicap sebagai pengkhianat, dan stigma buruk yang ditanamkan Raja Pengging padaku akan selalu melekat. Akan timbul pemberontakan di kemudian hari dan menimbulkan perang saudara. Aku yakin itu bukan hal yang ingin kau capai.
Tapi Prambanan berbeda. Prambanan masih memiliki Jonggrang.

Bandung Bondowoso terdiam, kesal.

KARUNGKALA

Ini adalah satu-satunya jalan, Bandung.

BANDUNG BONDOWOSO

Jonggrang akan membenciku seumur hidupnya jika kau mati di tanganku.

KARUNGKALA

(tersenyum getir)
Jonggrang memang keras kepala, tapi aku yakin dia akan mengerti. Apalagi, Jonggrang sangat mencintaimu.

Bandung Bondowoso masih terlihat ragu.

KARUNGKALA

Aku sudah menunggu untuk bertemu denganmu dan menawarkanmu rencana ini. Apa kau pikir aku tidak memikirkan rencana ini matang-matang?
(menatap Bandung dengan tatapan tajam)
Jangan jadi pengecut, Bandung Bondowoso! Jika kau ingin menjadi Raja, kau harus siap untuk mengorbankan sesuatu!

BANDUNG BONDOWOSO

Kenapa kau begitu mempercayaiku?

KARUNGKALA

Mata seorang kesatria tidak akan pernah salah dalam menilai kesatria lain. Dan, aku percaya pada penilaian adik kecilku.

Bandung tersenyum tipis, kemudian memantapkan diri. Bandung mengangkat kerisnya, diam sejenak.

BANDUNG BONDOWOSO

Suatu kehormatan bisa melawanmu, Paduka Raja. Aku harap, kita akan terlahir kembali di pihak yang sama.

KARUNGKALA

Lakukan!!

Bandung menusukkan keris tepat ke jantung Karungkala.

KARUNGKALA

(berbisik)
Jaga... Jonggrang... untukku...

Karungkala berhenti bergerak. Bandung menatap Karungkala dengan penuh kesedihan.


MATCH CUT TO:


INTERCUT - EXT. MEDAN PERANG / HUTAN DEKAT MEDAN PERANG - SORE

Jonggrang terkejut setengah mati melihat kakandanya dibunuh.

RORO JONGGRANG

KAKANDA!!! TIDAK!!! KAKANDA!!!

Bandung mencabut kerisnya dan mengangkatnya ke langit.

BANDUNG BONDOWOSO

Perang sudah berakhir! Siapapun yang masih ingin bertarung, lawan aku!!

Semua prajurit terdiam. Riuh kemenangan pasukan Pengging pun terdengar. Pasukan Prambanan menangisi kepergian rajanya.

Jonggrang yang marah segera menarik satu anak panah di punggungnya dan membidiknya ke arah Bandung. Air mata Jonggrang tidak bisa berhenti menetes yang membuat penglihatannya kabur dan tidak fokus.

RORO JONGGRANG

BANDUNG!!! KEPARAT KAU!!!

Saka terkejut ketika melihat Jonggrang dengan cepat melesatkan anak panah itu. Sayangnya anak panah itu meleset sejengkal dari Bandung. Bandung dan para prajuritnya terkejut melihat anak panah Jonggrang.

SAKA

(turun dari kudanya)
Gusti Putri, jangan gegabah!

Roro Jonggrang menarik satu lagi anak panah dan membidikkannya ke arah Bandung

RORO JONGGRANG

KAU AKAN MEMBAYAR KEMATIAN KAKANDAKU, BANDUNG!!! AAARRRGHHH!!!

Saka segera menghentikan Jonggrang sebelum anak panah kedua itu meluncur tetapi ia hanya bisa menarik tangan Jonggrang sehingga anak panah itu meleset lagi dari Bandung.

Panah yang kedua berhasil ditangkap oleh Bandung. Bandung menatap anak panah itu lalu melihat ke arah panah itu berasal. Ia tahu itu adalah Jonggrang.

Dengan cepat Oswara mengambil anak panah dan busur yang ada di sekitarnya, kemudian mengarahkannya ke area tempat Jonggrang menyerang.

BANDUNG BONDOWOSO

Tidak!

Oswara berhenti, bingung.

BANDUNG BONDOWOSO

Panah ini tidak membunuhku

Jonggrang masih terus menangis dan kali ini ia menarik lagi satu anak panah. Saka memegangi busur panah Jonggrang, mencoba menghentikan.

SAKA

Gusti Putri, hentikan! Ini sangat berbahaya!

RORO JONGGRANG

(mendorong Saka)
MINGGIR KAU!!! INI URUSANKU DENGAN BANDUNG!!!

Jonggrang kembali membidik Bandung, kali ini cukup lama. Tiba-tiba kuda Kirana muncul dari belakang yang membuat Saka waspada dan kembali lega saat melihat Kirana. Kirana yang baru saja tiba langsung terkejut melihat Jonggrang hendak melesatkan anak panah.

Di wajah Jonggrang mulai terlihat perdebatan batin yang hebat. Ia mulai ragu dengan panahnya ketika menatap wajah Bandung.

RORO JONGGRANG

(menurunkan anak panah)
AAAARRGGHHH!!!!!

Jonggrang terdiam dan menundukkan kepalanya. Ia membuang busur dan anak panahnya ke tanah.

KIRANA

Gusti Putri...

Kirana memeluk Jonggrang. Tangisan Jonggrang semakin menjadi-jadi. Kirana dan Saka saling berpandangan, tak ada kata. Agak ragu, Saka mengelus punggung Jonggrang.

SAKA

Mari pulang, Gusti Putri. Perang sudah berakhir.


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar