The Cursed Princess
2. JONGGRANG DAN KARUNGKALA
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. KERAJAAN PRAMBANAN — PAGI

Est. shot landscape suasana Kerajaan Prambanan. Langit terlihat bersih dan cerah.

BEGIN MONTAGE

A. Sepasang burung merpati terbang melintasi padang bunga yang tumbuh subur.

B. Anak kecil berlarian menyusuri jalan.

C. Warga saling berinteraksi dengan wajah gembira.

D. Roro Jonggrang yang sedang dalam penyamaran berlari ke arah istana.

E. Roro Jonggrang memanjat pohon yang tumbuh di dekat tembok istana kemudian melompat masuk ke dalam area istana.

END OF MONTAGE

CUT TO:


INT. KAMAR RORO JONGGRANG — PAGI

Roro Jonggrang mengendap masuk. Sesampainya di kamar ia terkejut. Seorang pria sudah menanti kehadirannya di kamar.

RORO JONGGRANG

Kau! Bikin kaget saja!

SAKA

Seharusnya Gusti Putri tidak pergi-pergi sendirian. Kalau Paduka Karungkala sampai menemukan kamar Anda dalam keadaan kosong, tentu seisi istana akan panik.

RORO JONGGRANG

Siapa orang yang bertugas menjadi ajudanku di istana ini?

SAKA

.... Saya, Gusti Putri.

RORO JONGGRANG

(melepas jubah)
Kalau begitu tugasmu kutambah. Pastikan seluruh istana baik-baik saja selama aku pergi.

SAKA

Gusti Putri. Pada situasi perang seperti ini, sebaiknya Gusti Putri lebih berhati-hati. Kita tidak pernah tahu kapan prajurit musuh akan menyerang.

RORO JONGGRANG

Jangan melebih-lebihkan, aku hanya keluar sebentar

SAKA

Maafkan saya, Gusti Putri, tetapi keselamatan Anda adalah hal yang utama bagi rakyat.

RORO JONGGRANG

Aku mengerti. Jadi berhentilah mengoceh.

Seorang perempuan yang merupakan dayang dari Roro Jonggrang masuk ruangan.

KIRANA

Gusti Putri...

RORO JONGGRANG

Ada apa Kirana?

KIRANA

Paduka Raja Karungkala meminta Gusti Putri untuk menemuinya.

RORO JONGGRANG

Ada apa tiba-tiba Kakanda memanggilku?

KIRANA

Maaf, saya kurang tahu.

RORO JONGGRANG

Sampaikan, aku akan segera menemui Kakanda.

KIRANA

Baik, Gusti. Saya permisi.

Kirana menatap ke arah Saka lalu keluar dari kamar.

RORO JONGGRANG

Aku hendak ganti pakaian.

SAKA

(diam)

RORO JONGGRANG

Kau tidak mau keluar? Atau kau sudah tidak sayang dengan nyawamu sendiri?

SAKA

(terkejut dan sedikit panik)
Oh, Maafkan saya, Gusti Putri. Saya pamit.

RORO JONGGRANG

Tunggu! Aku lupa namamu.

SAKA

Saka, Gusti Putri. Nama saya Saka.

Saka meninggalkan kamar Roro Jonggrang.


CUT TO:


INT. KAMAR KARUNGKALA — PAGI

Karungkala sedang duduk seraya minum dari cangkirnya di depan jendela besar. Roro Jonggrang masuk. Dia berjalan seraya melihat ke sekeliling kamar kakaknya. Roro Jonggrang menatap lukisan kedua orangtuanya.

RORO JONGGRANG

Dulu sewaktu kecil, ketika mimpi buruk yang sama itu datang, aku pergi ke kamar ini, kamar Ayah dan Ibu. Mereka selalu memelukku sampai aku tertidur lagi.

KARUNGKALA

Kau selalu bilang, kau sering memimpikan hal buruk yang sama berulangkali? Sebenarnya apa yang kau impikan, Jonggrang?

RORO JONGGRANG

(tersenyum, berbohong)
Entahlah. Mimpi itu sudah tidak pernah muncul lagi dan aku sudah lupa.

RORO JONGGRANG

Kamar ini tidak banyak berubah ya.

KARUNGKALA

Aku tidak ingin banyak perubahan. Aku ingin merasakan kehangatan Ayah dan Ibu di tengah mimpi buruk ini.

RORO JONGGRANG

Perang memang selalu menjadi mimpi buruk. Ah ya, ada apa Paduka Raja memanggilku?

KARUNGKALA

Sudah kukatakan berulang kali, di ruangan ini tanggalkan semua jabatan itu. Kau adalah adikku dan aku adalah kakakmu. Sesederhana itu.

Roro Jonggrang tersenyum.

KARUNGKALA

Duduklah Jonggrang.

Roro Jonggrang duduk di kursi dekat jendela, tepat di depan Karungkala.

KARUNGKALA

Jonggrang... kau sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik. Aku yakin, tidak ada laki-laki yang tidak terpesona melihat kecantikanmu.

RORO JONGGRANG

(tersipu)
Kakanda hanya melebih-lebihkan saja.

KARUNGKALA

(berdiri)
Tapi, kenapa harus Bandung Bondowoso, Satria dari Pengging itu yang kau pilih, Jonggrang?!

RORO JONGGRANG

(terkejut)
B-bagaimana Kakanda tahu?

KARUNGKALA

Tidak ada yang luput dari mataku di Prambanan ini.
(diam sejenak)
Jonggrang, kau tahu bagaimana hubungan Prambanan dengan Pengging. Perang di depan mata.

RORO JONGGRANG

Aku tahu, Kakanda. Tapi apa salahnya jika aku jatuh cinta pada Bandung?

KARUNGKALA

Dia adalah putra Raja Pengging yang diutus untuk menaklukkan Prambanan. Dia adalah musuh kita! Musuh bagi seluruh rakyat Prambanan! Lalu katakan bagaimana bisa hubunganmu dengan satria Pengging itu dikatakan benar?!

RORO JONGGRANG

Tapi Kangmas Bandung berbeda. Dia tidak seperti Raja Pengging yang suka menyebarkan fitnah itu. Kangmas Bandung ingin membawa perdamaian.

KARUNGKALA

Perdamaian? Kalau dia benar-benar ingin membawa perdamaian, coba katakan. Kenapa pagi ini aku menemukan mayat prajurit utusanku mati di perbatasan?

RORO JONGGRANG

(terkejut)
Tidak. Itu bukan ulah Kangmas Bandung.

KARUNGKALA

Harus berapa banyak lagi nyawa rakyat Prambanan yang mati dan kehilangan keluarganya karena Pengging?!

RORO JONGGRANG

Kangmas Bandung tidak akan melakukan hal itu.

KARUNGKALA

Dia hanya memperdayamu agar dia bisa menyentuh Prambanan, Jonggrang!

RORO JONGGRANG

(membentak)
Kenapa Kanda tidak percaya padaku?!

Karungkala terdiam. Jonggrang mulai menangis.

KARUNGKALA

Jonggrang, dengarkan-

RORO JONGGRANG

Bukankah kita tidak bisa memilih dan menduga kepada siapa kita akan menjatuhkan hati? Jika hubungan kami adalah sebuah kesalahan, lantas apa yang harus kulakukan?

Karungkala kembali terdiam.

KARUNGKALA

Kau benar. Jatuh cinta memang hak setiap orang, juga hak seorang Putri sepertimu.

KARUNGKALA

(mengusap air mata Roro Jonggrang)
Jonggrang, kau sudah dewasa dan tahu mana yang baik dan mana yang buruk sebagai seorang Putri Prambanan.

RORO JONGGRANG

Aku tidak pernah menginginkan untuk menjadi seorang Putri. Tapi aku selalu mencintai Pramabanan dan seluruh rakyatnya. Di sinilah tempatku lahir dan tumbuh, seperti Kakanda.

KARUNGKALA

Kalau begitu kau sudah tahu di mana kau berdiri, Jonggrang.

RORO JONGGRANG

Tapi perasaanku tidak bisa berubah begitu saja, Kakanda. Hatiku tetap menjadi milik Kangmas Bandung.

KARUNGKALA

Jonggrang, cintamu pada Bandung hanya akan membawa bencana bagi dirimu sendiri. Baik Prambanan ataupun Pengging yang akan menang perang nanti, tidak akan membawa hal baik untukmu.

RORO JONGGRANG

Tidak. Aku yakin Kangmas Bandung akan berhasil membawa perdamaian di antara dua kerajaan ini.

KARUNGKALA

(memeluk Roro Jonggrang)
Aku tahu perasaanmu, Jonggrang. Aku ingin kau memikirkan lagi soal hubunganmu dengan Bandung. Aku harap kau memilih pilihan yang tepat.

Karungkala melepas pelukan Roro Jonggrang perlahan kemudian menyeka air mata Jonggrang.

KARUNGKALA

Sudah. Berhentilah menangis. Aku ingin melihat senyumanmu.

Roro Jonggrang berusaha tersenyum meski agak berat.

Ajudan Karungkala mengetuk pintu lalu masuk ke ruangan Karungkala.

AJUDAN

Maafkan saya Paduka. Saya hanya ingin menyampaikan pesan bahwa para panglima perang sudah menunggu kehadiran Paduka di paseban dalam.

KARUNGKALA

Aku akan segera ke sana.

AJUDAN

Baik Paduka, akan saya sampaikan.

Ajudan Karungkala keluar dari kamar.

RORO JONGGRANG

Apa yang akan kau lakukan bersama para panglima?

KARUNGKALA

Jaga dirimu, Jonggrang.

Karungkala berjalan keluar.


CUT TO:


INT. PASEBAN DALAM PRAMBANAN — PAGI

Para panglima menghadap ke sebuah meja besar yang di permukaannya terukir peta wilayah sekitar Prambanan. Di atas meja terdapat beberapa bidak hitam dan putih yang tersusun berdasarkan posisi pasukan di lapangan.

Karungkala memasuki Paseban. Para panglima yang sudah berdiri menanti serempak memberi hormat.

PARA PANGLIMA

Hormat kami kepada Paduka Raja Karungkala.

Karungkala memberi isyarat kepada panglimanya untuk kembali ke posisi semula.

KARUNGKALA

Bagaimana kabar terbaru dari telik sandi kita?

PANGLIMA 1

(menaruh bidak hitam di atas meja)
Maaf Paduka. Menurut informasi dari telik sandi, mereka melihat pergerakan pasukan Pengging yang sangat besar mengarah ke daerah perbatasan. Sepertinya, perang sudah tidak dapat dihindari.

KARUNGKALA

Bagaimana dengan Bandung Bondowoso? Apakah ia berada di antara pasukan itu?

PANGLIMA 1

Hingga saat ini, tidak ada satupun laporan dari telik sandi tentang Bandung Bondowoso. Sepertinya ia tidak bersama pasukannya.

PANGLIMA 2

Keberadaan satu orang Bandung Bondowoso sudah setara dengan kekuatan seribu pasukan. Ia bisa saja sedang bersembunyi dan tiba-tiba muncul dari sisi manapun. Dasar licik!

KARUNGKALA

Bandung Bondowoso bukanlah seorang pengecut yang suka bersembunyi dari medan perang. Ia adalah kesatria yang penuh dengan kebanggaan.

PANGLIMA 2

Bisa saja ia mengubah strategi karena desakan Raja Pengging. Sehebat apapun Bandung Bondowoso, dia hanyalah seorang pangeran.

KARUNGKALA

(jeda berpikir)
Ada yang tidak beres...

PANGLIMA 1

Maaf paduka, kita sudah tidak punya banyak waktu lagi. Kami perkirakan pasukan Pengging akan tiba di perbatasan dalam waktu dua hari.

KARUNGKALA

Baiklah. Kalau begitu, segera siapkan seluruh pasukan. Kita akan melakukan perang besar-besaran.


FADE TO BLACK


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar