The Cursed Princess
5. PRAMBANAN DAN PENGGING
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. MEDAN PERANG - FAJAR

Yodha dengan kudanya memimpin pasukan Pengging berjalan menuju perbatasan Prambanan. Mereka terkejut saat mendapati Karungkala dan para prajurit Prambanan sudah siap menghadang mereka. Dengan tenang Yodha memberi isyarat kepada pasukannya untuk berhenti.

SENOPATI PENGGING

Bagaimana mungkin mereka tahu bahwa kita akan menyerang saat fajar? Apakah ada yang membocorkan rencana kita?

YODHA

Permainan yang luar biasa, Pangeran Pengging. Segala reputasi yang melekat padamu memang bukan isapan jempol belaka. Meski begitu, kau tetap tak akan bisa mengubah apapun.
(menghela napas)
Kita akan tetap maju!

SENOPATI PENGGING

SEMUANYA BERSIAP!!!

Di sisi lain, Karungkala duduk di atas kudanya seraya menatap para musuh yang berbaris di kejauhan.

KARUNGKALA

Siapa orang yang memimpin mereka?

SENOPATI PRAMBANAN

Sesuai dengan informasi terbaru yang kita dapatkan dari Saka. Dia adalah salah satu penasihat kerajaan Pengging, Paduka. Dia beberapa kali terlihat bersama Bandung Bondowoso.

KARUNGKALA

Usahamu untuk membawa perdamaian, pada akhirnya dikhianati oleh orang terdekat dan bangsamu sendiri. Aku turut berduka padamu, Bandung Bondowoso. Kau lahir di tempat yang salah.

SENOPATI PRAMBANAN

Paduka, apakah kita akan melepaskan panah?

KARUNGKALA

Tahan! Kita tidak akan memulai perang!

Yodha masih menatap Karungkala dan seluruh prajuritnya.

SENOPATI PENGGING

Seluruh pasukan sudah siap, kami menunggu perintah Anda

Yodha menyentuh keris di pinggangnya lalu mengangkatnya ke udara.

YODHA

SERANG!!!

Karungkala masih mengamati para prajurit lawan yang mulai berlari seraya membawa berbagai senjata.

KARUNGKALA

Luncurkan panah!

SENOPATI PRAMBANAN

Panah bersiap!!! LEPASKAN!!!

Seketika Yodha dan para prajurit Pengging dihujani oleh anak panah. Yodha berhasil menghindari panah-panah itu sedangkan beberapa prajurit gugur ketika anak panah menembus dada dan kepala mereka.


FADE TO BLACK


INT. KAMAR JONGGRANG - PAGI

Jonggrang sedang tidur dengan gelisah di ranjangnya. Keringat bercucuran dari dahi dan leher Jonggrang.

KAKEK PERAMAL (V.O.)

Kau tidak akan bisa hidup dan kau juga tidak akan bisa mati...

KIRANA (O.S.)

Gusti Putri! Gusti Putri!

Jonggrang bangun dari tidurnya lalu menatap Kirana.

RORO JONGGRANG

Ada apa Kirana?

KIRANA

Perang, Gusti, perang kembali pecah!

RORO JONGGRANG

(terkejut dan cemas)
Kakanda?!

KIRANA

Kali ini Paduka Karungkala sendiri yang langsung memimpin.

RORO JONGGRANG

(cemas)
Aku harus pergi!

Jonggrang mengambil jubah dan panahnya, lalu berlari menuju pintu. Saat membuka pintu, Saka sudah berada di depan pintu.

SAKA

Apa yang hendak Gusti Putri lakukan?

RORO JONGGRANG

Minggir! Aku harus ke medan perang!

SAKA

Apa yang ingin Putri lakukan di sana?

RORO JONGGRANG

Aku harus membantu Kakanda-

SAKA

Melawan pasukan Bandung Bondowoso?

Jonggrang terdiam.

SAKA

Apa yang bisa Putri lakukan di sana untuk menghentikan perang yang sudah terlanjur pecah?

Jonggrang merunduk. Badannya mendadak lemas.

RORO JONGGRANG

(menangis)
Aku tidak tahu... kenapa semua ini harus terjadi...

SAKA

Tenangkanlah dirimu. Gusti Putri tidak perlu khawatir. Kami mengetahui penyerangan ini lebih dulu dari telik sandi kita di Pengging. Dan Bandung Bondowoso berada dipihak kita.

RORO JONGGRANG

Kangmas Bandung?

SAKA

Ya. Kali ini kita pasti bisa mengakhiri perang yang berkepanjangan ini.
(menatap Kirana)
Kirana, kau tetap di sini menemani Gusti Putri. Aku sudah menyuruh beberapa prajurit berjaga di depan.

KIRANA

Dan kau?

SAKA

Aku harus menyusul ke medan perang.

RORO JONGGRANG

Apakah Kakanda akan baik-baik saja?

SAKA

Paduka Raja sudah merencanakan semuanya dengan matang, Gusti Putri tidak perlu khawatir.

KIRANA

(menyentuh lengan Saka)
Hati-hati...

Saka menatap Kirana, lalu pergi.


CUT TO:


EXT. MEDAN PERANG - PAGI

Prajurit Prambanan mulai berlari menerjang prajurit-prajurit Pengging dengan senjata di tangan mereka. Seluruh prajurit saling membunuh demi mempertahankan kerajaan masing-masing.

Karungkala berhasil membunuh beberapa prajurit musuh. Ketika dia baru saja menebas satu kepala musuh, dia terdiam dan mengamati sekitar mencari sosok Bandung.

KARUNGKALA

Di mana kau Bandung Bondowoso?!

Agak jauh dari lokasi perang, Bandung yang duduk di atas kuda muncul, diikuti oleh Oswara. Dari kejauhan mata Bandung mengamati medan perang dengan seksama.

OSWARA

Setelah semua usaha kerasmu untuk menjalin komunikasi dengan Karungkala, pada akhirnya perang tetap tak bisa dihindari.

BANDUNG BONDOWOSO

Seorang bijak pernah berkata, sejarah umat manusia tidak akan lepas dari peperangan. Apa kau percaya itu, Oswara?

OSWARA

Melihat apa yang ada di depan mataku saat ini, aku tak bisa menyangkalnya.

BANDUNG BONDOWOSO

Aku percaya. Suatu saat nanti, akan tiba masa di mana manusia bisa lepas dari peperangan dan hidup dalam damai.

OSWARA

Namun kita tidak hidup di masa itu, Bandung. Saat ini kita hanya memiliki dua pilihan, bertarung atau mati. Kau harus menentukan pada siapa kau berpihak.

BANDUNG BONDOWOSO

Aku tahu.

Pandangan Bandung berhenti pada satu titik, area di mana Karungkala dan Yodha sedang berhadapan. Bandung mencabut pedangnya.

BANDUNG BONDOWOSO

Maka dari itu, hingga masa perdamaian itu tiba, pertarunganku adalah untuk berpihak pada kebenaran dan keadilan!

Bandung memacu kudanya berlari ke arah Karungkala dan Yodha.

OSWARA

Sungguh atasan yang merepotkan. Tapi aku suka jalan pikiranmu, Bandung.

Oswara menarik pedangnya dan memacu kudanya menyusul Bandung.

OSWARA

Mengamuklah sesukamu, wahai kesatria agung! Biarkan aku melindungi punggungmu!


CUT TO:


INT. KAMAR JONGGRANG - PAGI

Kirana membuka pintu kamar Jonggrang dengan membawa minum. Kirana terkejut ketika mendapati kamar dalam keadaan kosong dengan jendela terbuka lebar. Kirana segera berlari keluar kamar.


CUT TO:


EXT. KANDANG KUDA - PAGI

Kirana bertemu dengan Jonggrang yang membawa busur di tangannya dan beberapa anak panah di punggungnya sedang mempersiapkan kudanya.

KIRANA

Gusti Putri mau ke mana?

RORO JONGGRANG

Kau pikir aku akan diam saja di kamarku dan membiarkan kedua lelakiku berjuang sendirian?

KIRANA

Jangan pergi, Putri! Paduka Raja Karungkala akan sangat marah, begitu pula dengan Pangeran Bandung.

RORO JONGGRANG

Tidak! Jika kau takut kau bisa tetap di sini.

Jonggrang melewati Kirana tetapi tiba-tiba Kirana mencengkeram tangan Jonggrang.

KIRANA

Saya tidak akan membiarkan Gusti Putri meninggalkan kamar ini!

RORO JONGGRANG

Lepaskan aku atau kau akan menyesal!

Kirana memelintir tangan Jonggrang hingga membuatnya tersungkur ke lantai. Dengan cepat Kirana duduk di atas Jonggrang dan menahan tangan Jonggrang ke belakang.

KIRANA

Maafkan saya Gusti, tapi saya memiliki janji yang harus dipenuhi.

Kirana melayangkan pukulan ke arah tengkuk Jonggrang, namun Jonggrang tiba-tiba memutar badannya dan berhasil melepaskan diri. Jonggrang mengambil belati yang ia sembunyikan di pakaiannya dan dengan gerakan cepat ia berdiri di belakang Kirana seraya menempelkan belati di leher Kirana.

RORO JONGGRANG

Kau pikir aku hanya seorang putri yang manja dan hanya bisa menangis?

Kirana berusaha tenang dan tetap waspada.

RORO JONGGRANG

Maaf, aku juga memiliki janji yang harus kupenuhi.

Jonggrang memukul kepala belakang Kirana dengan keras. Kirana terjatuh dan Jonggrang pergi dengan kudanya.

Kirana mengerang berusaha tetap sadar. Tiba-tiba saja sosok asing muncul dengan kudanya. Kirana mencoba menatap sosok yang menaiki kuda itu dengan susah payah. Sosok itu turun dari kudanya dan menghampiri Kirana.

KAKEK RAKSO

Bertahanlah cantik. Kau harus membantunya.


CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar