Switch on 48 Days
5. Bertukar Jiwa

INT. KOLAM RENANG UPI — DAY

AGAM

Orang Jakarta yang latihan bareng kita ini, saingan kita nanti dong di kompetisi?

Renji tak menggubris. Mereka melihat dua laki-laki keluar dari kamar mandi. Tiba-tiba Renji menghentikan langkahnya dan memandang salah satu dari dua orang tersebut.

AGAM

(Berhenti melangkah) Kenapa lo?

Renji menghentikan lamunannya lalu berlari kecil ke kamar mandi. Cukup 20 menit bagi mereka untuk bersiap-siap.

PELATIH HUYA

(Meniup peluit) RENJI, AGAM, CEPAT KE SINI!

Renji dan Agam berlari sesudah keluar dari kamar mandi menuju loker untuk menyimpan baju mereka. Kemudian berlari lagi menghampiri Pelatih Huya bersama Pelatih Jim dan kedua laki-laki asing. Renji membelalak saat matanya bertemu dengan mata Arsya.

PELATIH JIM

(Menepuk pundak Wak Anda dan Arsya) Perkenalkan Renji, Agam, ini kedua anak didik saya, Wak Anda dan Arsya

Wak Anda menjabat tangan Renji lalu Agam. Kemudian Arsya menjabat tangan Agam. Renji dan Arsya saling membuang muka dan tidak saling berjabat tangan membuat bingung Agam, Wak Anda, dan Pelatih Jim. Pelatih Huya hanya bisa mengembuskan napas pelan.

PELATIH HUYA

Kita mulai pemanasan sekarang, ya, Pak? (Melirik Pelatih Jim)

PELATIH JIM

Ayo, ayo!

Keempat calon peserta kompetisi itu menghadapkan tubuh mereka ke kolam renang. Urutan mereka berdiri dari sisi kiri, yaitu Arsya, Wak Anda, Agam, dan Renji. Mereka pun memulai pemanasan yang dipimpin oleh Pelatih Jim dan Pelatih Huya. Setelah pemanasan, mereka berempat mendekati pinggir kolam renang lalu mendengar suara peluit berbunyi, mereka pun mulai melompat ke kolam dan berenang sampai waktu menjelang sore hari.

INT. CIHAMPELAS WALK MALL — NIGHT

Wak Anda dan Agam mendadak akrab lalu mereka memaksa Arsya dan Renji untuk ikut bersama mereka ke mall untuk membeli makanan. Sementara Pelatih Jim dan Pelati Huya tidak ikut karena memilih pulang. Mereka berempat masuk ke toko roti.

ARSYA 

Gimana kabar lo?

Renji yang berusaha menyusul Agam, menghentikan langkahnya. Kedua tangannya mengepal. Dia benci suara itu. Kemudian Renji berbicara ke Agam.

RENJI

Gue balik duluan, Gam (Menepuk pundak Agam)

AGAM 

(Mengerutkan kening) Terus lo pulang gimana?

RENJI

(Berdecak) Gue bisa naik angkotlah

AGAM

(Mengangguk) Iya, udah. Hati-Hati!

Renji tersenyum sedikit ke Wak Anda dan mengabaikan Arsya. Ia pun melangkahkan kakinya dengan cepat menuju pintu keluar mall dan menaiki angkot yang sedang terpakir di sisi jalan.

INT. KAMAR RENJI — NIGHT 

Jam menunjukkan pukul 12 malam. Renji tidur telentang, dahinya berpeluh keringat, ekspresi mengernyit, kepala menoleh ke kanan-kiri, terlihat tidak nyenyak. Ia bangkit dari tempat tidur lalu membuka tirai jendela. Dia menatap langit saat tiba-tiba petasan kembang api muncul berulang kali. Kemudian ia menutup kembali tirai dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur sampai dirinya terlelap.

EXT. BALKON KAMAR PENGINAPAN ARSYA & WAK ANDA — NIGHT

Arsya menumpu tangan pada pagar. Matanya menatap langit gelap. Ia tersenyum ketika petasan kembang api yang indah muncul terus menerus. Ia menguap lalu masuk ke kamar. Wak Anda sudah tidur terlelap sejam yang lalu. Arsya merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya dan menarik selimut lalu ia tidur.

CUT TO:

INT. KAMAR PENGINAPAN ARSYA & WAK ANDA — NIGHT

Renji membuka mata dengan tersentak, napas terengah-engah. Matanya memandang sekitar kamar, ia tersentak lalu dahinya mengernyit ketika melihat Wak Anda tertidur di samping tempat tidurnya. Dia terdiam beberapa saat lalu bangun dan langsung berlari menuju cermin. Ia mengecek wajah dan penampilannya. Renji kaget, kini ia berada di dalam tubuh milik Arsya. Ia menepuk-nepuk kedua pipinya, berharap ini hanya mimpi.

RENJI

Kok gue bisa ganti tubuh gini? (Masih menatap cermin)

Wak Anda terbangun karena suara Renji.

WAK ANDA

Tidur, Sya! Besok ada latihan lagi. Lagi apa lo ngaca malem-malem? 

Renji tersentak lalu membalikkan badannya.

RENJI

(Melotot) Gue bukan Arsya! Gue RenjI!

Wak Anda mengerutkan keningnya lalu menggelengkan kepalanya.

WAK ANDA

Lo ngingau, ya? (Menguap) ah, bukan urusan gue juga lo mau tidur atau enggak

Wak Anda menutup matanya seraya merebahkan kepalanya di bantal dan menutup seluruh tubuhnya. Dalam 10 menit, terdengar dengkuran darinya. Renji memegang kepalanya sambil menyenderkan tubuhnya di dinding sampai tak bisa tidur hingga pagi harinya. Ia tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya.

INT. KAMAR RENJI — NIGHT

Pada waktu yang sama, Arsya terbangun karena suara deru motor. Ia melotot ketika menatap sekeliling kamar. Ia memandangi tubuhnya yang berbeda. Kemudian dia memandang dirinya lewat cermin. Mata terbelalak mendapati jiwanya sudah berada di tubuh Renji.

ARSYA

APA-APAAN NIH? (Bibir bergetar)

Arsya tersentak sampai menjatuhkan diri ke lantai.

ARSYA

(Memukul-mukul kepala dengan tangan) Ini pasti mimpi! Gue kepikiran Renji sampai kebawa mimpi gini!

Arsya berdiri lagi untuk menatap dirinya di cermin. Ia berjalan mundur sampai terjatuh ke tempat tidur. Tubuhnya bergetar. Tiba-tiba ada suara pintu kamar diketuk.

KARTINI

Renji? Kamu kenapa?

Arsya menelan ludah menatap pintu. Untungnya pintu kamar terkunci.

ARSYA

Kartini? (Mengangkat alis) jadi ini bukan mimpi?

KARTINI

Renji?

Arsya tak mau menjawab. Ia membuka tirai jendela. Petasan kembang api masih terus muncul. Ia memegang kepalanya.

INT. KAMAR PENGINAPAN ARSYA & WAK ANDA — DAY

Wak Anda membuka kedua matanya lalu turun dari ranjang dan menyibakkan tirai. Sinar matahari masuk melalui jendela ke kamar. Dia tersentak saat menyadari Arsya berjongkok di sudut kanan ruangan kamar, di samping lemari, dengan posisi kepala tertunduk. Wak Anda mendekati Arsya dan menggoyangkan bahunya untuk membangunkan.

WAK ANDA

Sya, bangun, Sya!

Renji menegakkan kepalanya dan membuka matanya. Ia membelalakkan matanya lalu berdiri di depan cermin. Ia mengembuskan napas panjang dan mengacak-ngacak rambutnya karena frustrasi. Wak Anda kebingungan lalu ia pergi ke kamar mandi. Sementara Renji terus menatap cermin lalu membentur kepalanya ke dinding.

RENJI

(Menjauhkan kepala dari dinding) Gue harus kembali ke tubuh gue!

Tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Renji melirik ke kamar mandi yang sudah terdengar suara shower. Ia menghela napas seraya membuka pintu. Ternyata orang yang mengetuk adalah Pelatih Jim.

Pelatih Jim

(Melirik ke dalam kamar) Wak Anda mana?

RENJI

Di kamar mandi, Pak

Pelatih Jim

(Melirik jam tangan) Bagus kalian bangun pagi. Dua jam lagi kita latihan lagi di kolam renang UPI

WAK ANDA

(Menutup pintu kamar mandi) Latihan bareng lagi, Pak? (Menggosok-gosokkan handuk ke belakang leher)

Pelatih Jim

(Mengacungkan jempol) Seru, 'kan, latihan bareng?

WAK ANDA

(Terkekeh) Latihan bareng dua calon pesaing kita nanti, 'kan, Pak?

Pelatih Jim hanya tertawa kecil lalu mengacungkan kedua kepalan tangan, tanda semangat lalu menepuk pundak Renji. Setelah menutup pintu kamar, Renji bernapas lega karena itu artinya ia akan bertemu dengan raganya. Jika jiwanya ada di tubuh Arsya, ia yakin jiwa Arsya ada di tubuhnya. Ia harus kembali ke tubuh asalnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar