Switch on 48 Days
12. Tutorial Kembali ke Tubuh Masing-masing
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KAMAR RENJI - DAY

Pagi harinya, Arsya berdiri di hadapan Berpose menengok ke kanan dan kiri. Badan Arsya terkejut lalu melirik ke arah pintu sambil membelalakan matanya melihat Renji yang muncul dari pintu dan langsung berhadapan dengannya. Kedua tangan Renji memegang bahu Arsya. Mereka saling tatap sepersekian detik. Kedua tubuh orang itu belum kembali ke tubuh masing-masing. Bunyi bug karena Renji kening menyeruduk kepala Arsya.

ARSYA

Bangs- Sakit anjir! (Arsya dalam tubuh Renji mengelus keningnya).

ARSYA (CONT'D)

Lo ngapain dah dateng-dateng bikin benjol.

Renji melepaskan cengkraman tangannya pada bahu Arsya. Ia lalu menghela nafas kasar.

RENJI

Ya ini effort buat balik ke tubuh gue lah, Lo aja kemarin aneh banget gara-gara salah baca doa.

RENJI

Belum berhasil juga ya. (Bola mata Renji kesana kemari berpikir untuk cara selanjutnya).

ARSYA

(Melirik Renji sambil mengelus-elus dagu sendiri) Kita cari di YouTube.

FADE OUT FADE IN

Renji dan Arsya duduk di lantai dengan handphone Renji yang berada di meja belajar portable. Mereka tengah menonton video kasus orang yang tertukar jiwanya.

RENJI

(menggaruk kepalanya yang tidak gatal) ini drama apa beneran sih?

ARSYA

Ya mana gue tahu, kali aja ini bener kayak kita.

Arsya bangkit dari duduknya lalu mengambil kertas yang berada di lemari beserta pulpennya dan silet yang berada di bupet. Ia lalu duduk di tempat semula.

ARSYA

kita coba. Siap?

lampu kamar Arsya matikan, Renji menutup gordeng. Mereka membuat sebuah lingkaran dengan bintang di tengahnya pada kertas. Mereka menyalakan lilin lalu Arsya dan Renji menyileti ujung jari telunjuknya. Mereka meringis ketika darah yang keluar dari jarinya. Renji mengangguk, keduanya memejamkan matanya. Brak! Kedua nya terlonjak terkejut mendengar suara pintu terbuka. Renji dan Arsya dengan cepat melirik ke arah pintu.

AGAM

Sekte mana?

RENJI

BAHLULLL KENAPA LO MAALAH KESINI

AGAM

(menaikan satu alisnya melihat Renji di dalam tubuh Arsya) Ren, temen lu emosian bener ...

Arsya dalam tubuh Renji tertawa.

ARSYA

Temen lu itu...

AGAM

Oke, back to topic, lo berdua lagi ngapain?! Ngepet kah?!

ARSYA

Manggil setan...

RENJI

Sya kayaknya kita coba jujur aja ke ni anak, kali aja bisa bantu kita.

AGAMARSYA

Oke, terserah lu, tapi aman kan?

RENJI

Aman kok.

AGAM

(Agam yang mendengarnya mengerutkan aslinya) Lo berdua ngomong depan orangnya."

RENJI

Gam, kalau gue ngaku Renji, Lo percaya gak?

AGAM

(bola matanya melirik ke atas) percaya.

Renji dan Arsya terkejut. Pertama kalinya mereka melihat orang yang percaya dan tidak menganggap itu lelucon.

AGAM

(jari telunjuknya mengetuk-ngetuk dagunya sendiri) soalnya gue pernah liat pas gue ke dukun, ada dua orang konsultasi... Mereka bilang sih mereka ketuker...

RENJI

hah?! Dukun mana?!

AGAM

Ada... Ntar gue kasih tau alamatnya... Tapi gue masih kurang percaya sama cerita Lo berdua.

RENJI

lah?

AGAM

(melirik ke arah Renji yang berada di tubuh Arsya) gue sama si salju jadian tanggal?

RENJI

Pertanyaan macam apa itu ... Tapi gue tau, tanggal 14 februari kan? Masih inget Lo beli coklat buat dia, maksain hujan-hujanan sampe Lo meler besoknya.

AGAM

(keprok) oke pertanyaan kedua, Budi itu botak apa gondrong?

ARSYA

(Arsya terkekeh sambil melempar bantal ke arah Agam) Parah Lo Gam.

Agam hanya tertawa.

RENJI

Gondrong lah, mana mungkin dia botak, cowo senja gak mungkin begitu kecuali masuk militer.

AGAM

(keprok) pertanyaan ketiga-

RENJI

Masih ada?! (Memelototi Agam)

AGAM

Ada mam an gak?

RENJI

Astaga... Gue traktir tapi Lo... anter gue sama Arsya ke dukun Lo itu.

AGAM

(mengangguk) Gas Lah...

RENJI

Btw, Lo ke dukun ngapain, Gam?


INT. RUMAH DUKUN - DAY

Dukun menyembur muka Renji, Arsya, dan Agam dengan air yang ebrada di mulut .

AGAM

Kok saya disembur juga, mbah? kan saya nganter doang.

DUKUN

kamu banyak setannya

ARSYA

(menahan tawa) pfttt...

Dukun tersebut berkomat-kamit, membaca doa yang tidak jelas. kamera mengarahkan ke bibir dukun yang komat-kamit sambil memutar kemenyan yang dibakar diatas meja.

DUKUN

kalian tertukar ya? Saya tau energi kamu yang seharusnya jiwa mu nggak berada di tubuh itu...

Jari telunjuk dukun menunjuk ke arah Arsya. Arsya dan Renji saling menatap tak percaya.

DUKUN (CONT'D)

Sama seperti halnya kamu... (menunjuk Renji, menghela nafas)

RENJI

(sedikit mencondongkan badannya ke depan) Mbah tau nggak gimana caranya kita buat balik?

DUKUN

Hanya kalian sendiri yang tahu caranya...

Renji dan Arsya kembali bertatapan, Renji menaikan kedua bahunya. 

ARSYA

Kita kesini karena nggak tau, mbah, gimana sih?

DUKUN

Saya cuma bisa bantu ramal saja, yang bisa saya ramal, kalian bisa kembali ke tubuh kalian masing... hanya saja...

AGAM

(mendelikan bola mata ke arah mbah dukun) Mbah, jangan dipotong-potong dong ngomongnya, dikira ini film apa...

DUKUN

(melirik Agam, menghela nafas) Diantara kalian, salah satunya akan mendapat musibah. Saya tidak tahu pasti musibahnya apa, tapi mungkin bunga yang saya ini bisa mencegah musibah tersebut... ayo cepat dimakan...

Dukun tersebut menyodorkan bunga yang telah dipotong-potong pada sebuah mangkok. Arsya, Renji, dan Agam mencondongkan bahunya menatap benda tersebut. Renji, Arsya, dan Agam saling memandang satu sama lain. Arsya duluan yang memakan bunga itu dilanjut Renji

DUKUN (CONT'D)

(menunjuk ke arah Agam) Kamu juga boleh makan kalau mau

Dukun itu tertawa. Agam menaikan satu alisnya.

ARSYA

Kalau ini nggak manjur, ada lagi nggak mbah, cara lain?

DUKUN

Yah... tapi sesi konsultasinya sudah selesai, kalian boleh bayar di meja administrasi ya, terus pulang.

RENJI

lah, gimana sih mbah...

EXT. HALAMAN RUMAH DUKUN - DAY

Renji, Arsya, dan Agam berjalan ke arah mobil yang mereka parkir beberapa ratus meter dari rumah dukun tersebut. Agam melirik ke arah kuburan yang berada di dekat rumah dukun tersebut.

AGAM

(memicingkan mata ke arah kuburan tersebut) Bentar guys, kok gue ngelihat yang aneh...

RENJI

Lo jangan main-main dah, lagian gue gak takut.

AGAM

Lah, padahal gue mau bilang, itu bunga yang kita makan di dukun tadi, nggak sih?

Telunjuk Agam menunjuk pada bunga yang tertanam disekitaran kuburan tersebut.

ARSYA

Kita ketipu?

INT. PERPUSTAKAAN KOTA BANDUNG - DAY

Renji membawa banyak buku ditangannya lalu meletakkan buku-buku tersebut di meja sampai berbunyi. Arsya yang anteng membaca lalu melirik Renji yang duduk disampingnya.

RENJI

Udah ketemu?

ARSYA

(membulatkan mata) U-um?

RENJI

Coba gue mau baca.

Renji merebut buku bacaan yang tengah dibaca Arsya. Namun Arsya kembali merebut buku tersebut dan menyimpan buku itu dipaling bawah tumpukan buku-buku yang telah Renji bawa.

ARSYA

Yang lain aja dulu, nggak ada apa-apa disitu...

Renji menaikan satu alisnya menatap tingkah Arsya. Ia kembali mengambil buku yang Arsya baca, lalu membacanya perlahan.

RENJI

(memulai membaca buku tanpa melirik Arsya) Kalau emang gak ada apa-apa kenapa lo sembunyiin... keliatan banget ada apa-apanya.

Arsya mengehela nafas lalu mengambil buku yang lain untuk dibaca.

RENJI CONT'D

(terlonjak hingga membuat Arsya sedikit kaget) Ketemu! Disini bilang... Namanya Danielle, pernah tertukar jiwa dengan mantan pacarnya... disini dia bilang...

Arsya menghiraukan Renji dan tetap membaca buku yang lain.

RENJI CONT'D

(Memperagakan menjadi Danielle) Aku Danielle, aku tidak menyangka tubuhku bertukar menjadi seorang pria, mantan kekasihku sendiri... Setelah beberapa bulan kita bertukar tubuh... Kami menyadari bahwa Mantanku belum memaafkan sepenuhnya kesalahan diriku dan memiliki dendam padaku... Aku sebagai pelaku berusaha meminta maaf, perkataan maaf ia lontarkan, namun bukti perilaku belum ia dapatkan menjadikan kami masih bertukar tubuh. Setelah aku tidak sengaja mengabulkan permintaannya dulu yang belum pernah terkabul ketika kita berpacaran, akhirnya kita kembali ke tubuh masing-masing.

Arsya bangkit dari duduknya. Menarik nafas berat.

ARSYA

Gue pergi beli minum dulu...

Renji hanya membalasnya dengan anggukan. Ia masih fokus dengan membaca buku tersebut.

RENJI

(membaca dengan seksama) Namun... Salah satu diantara kita pergi... dia yang pergi...Karena energi yang ia miliki ketika bertukar tubuh lebih kecil dibanding energi milikku.

INT. KANTIN PERPUSTAKAAN — DAY

Arsya mengambil minuman teh yang disodorkan penjual di kantin perpustakaan. Ia duduk di bangku kantin yang telah disediakan. Matanya menatap kosong arah di depannya. Kalimat pada buku yang telah ia baca membuat ia berpikir berulang kali.

ARSYA

Energi... energi...

Ia teringat dengan kejadiannya ketika ia membantu Kartini. Ada hal yang mengganjal disana. Ia merasa, dirinya sudah mati. Ia sendiri bingung setelah kejadian itu, ia baik-baik saja, hanya lecet kecil. Logikanya, seharusnya ia berada di rumah sakit beberapa hari.

LAYAR MEMPERLIHATKAN FLASHBACK CEPAT KEJADIAN DITABRAKNYA ARSYA KETIKA MEMBANTU KARTINI.

INT. TOILET UMUM — DAY

Arsya meminjam ponsel miliknya pada Renji. Ia menekan tombol telepon pada kontak bernama 'Bunda'. Suara ponselnya menandakan bahwa telepon tersambung.

BUNDA ARSYA

Halo sayang, kemana aja? Kok jarang telfon mama? Gimana latihannya?

ARSYA

Bunda... (suaranya sedikit bergetar)

BUNDA ARSYA

Iya, kenapa sayang?

ARSYA

Makasih bunda, buat semua dukungannya...

BUNDA ARSYA

Loh, kenapa nih tiba-tiba bilang begitu? Sama-sama sayang, Bunda selalu dukung Arsya buat jadi yang nomor satu... (Terkekeh)

ARSYA

Bunda percaya, kan? Bunda percaya Arsya bisa dapetin juara satu pakai usaha Arsya sendiri?

BUNDA ARSYA

Sa-sayang? (terkejut mendengar perkataan Arsya)

ARSYA

Bunda, kalau Arsya kalah di pertandingan ini, Bunda enggak marah, kan? (Bibir bawahnya bergetar menahan tangis)

BUNDA ARSYA

Arsya kok ngomongnya gitu? Arsya harus menang dong... Kan Arsya Jagoan Bunda...Apa yang kurang dari Arsya, biar Bunda bantu, biar Bunda dukung.

ARSYA

Arsya punya permintaan Bu...

BUNDA ARSYA

Bilang aja sayang, nanti Bunda belikan...

ARSYA

Ibu ngehargain usaha dan hasil yang udah Arsya perjuangin... Walaupun hasilnya enggak sesuai ekspetasi ibu...

BUNDA ARSYA

Kok kamu ngomongnya gitu, sayang?

ARSYA

Arsya pengen ibu tetep bangga sama Arsya, walaupun Arsya nggak menangin kompetisi...

Arsya mematikan teleponnya. Ia menggenggam erat teleponnya dengan erat, menahan kecewa, sakit, dan perasaan campur aduk yang dihadapinya.




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar