Selamat Tidur Pagi
5. BAB 4 : Natasha

TEKS : BAB 4   NATASHA

FADE IN:

 

25. EXT - TEMPAT PARKIR RUMAH SAKIT - MALAM

 

Janus berjalan di tempat parkir. Ia mencari mobil bak Om Sugeng.

Ia terus memerhatikan arlojinya, sembari mencari keberadaan mobil bak tersebut. Namun, ia tak dapat menemukannya.

Janus tampak kesal. Ia mendengus beberapa kali. Sesaat, lelaki itu kemudian mengambil bungkus rokoknya. Mencabut satu batang, lalu membakarnya. Menghisapnya sekali.

Ia hendak menuju gerbang rumah sakit.

Tetapi, ia merasa melihat seseorang yang tak begitu asing di tempat parkir itu. Seorang lelaki memakai pakaian serba hitam berdiri di antara dua motor yang terparkir.

Janus meliriknya. Ia berusaha mengingat-ingat wajahnya yang samar-samar itu. Lelaki misterius itu pergi cepat ke luar rumah sakit.

Janus belari kecil mengejar lelaki itu. Namun, sosok itu menghilang ditelan malam.

Janus celingukan di depan jalan raya.

Sebentar, ia terpaksa harus mencari taksi.

Janus berjalan sedikit dan menemukan taksi.

 

25A. INT - MOBIL TAKSI - SELANJUTNYA

 

Janus melihat ke kaca belakang taksi. Ia terkejut, orang itu muncul lagi. Namun, kali ini ada tiga orang menemaninya.

Wajahnya samar-samar di kejauhan. Janus merasa mengenalnya.

 

JANUS

Cepat, Pak. Antarkan saya ke rumah susun.

 

SOPIR TAKSI

Baik.

 

CUT TO:

 

26. EXT - PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Sodik dalam keadaannya yang sedang menahan kantuk di atas jok motornya, masih memantau hotel yang masih terang benderang itu.

Sebentar, ia memeriksa gawainya. Ia masih menunggu kehadiran Janus kembali. Masih menunggu kepastiannya. Lelaki itu terlihat gelisah.

Sodik kemudian turun dari motornya. Ia berjalan-jalan di pinggir jalan sembari menyalakan rokok.

 

CUT TO:

 27. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus baru saja turun dari taksi di depan gerbang rumah susun. Ia memeriksa gawainya, dan menemukan pesan Sodik di sana.

Teks : Bagaimana, apa lu tetap di rumah sakit?

Janus segera menuju motornya yang diparkir di serambi rumah tetangga. Ia menarik motornya keluar. Menyalakan mesin motornya.

Sesaat, tetangga itu keluar dari rumahnya karena mendengar suara motor Janus.

 

TETANGGA

Aku kira maling!

 

JANUS

Terima kasih, Pak, sudah boleh

titip motor.

 

TETANGGA

Ah, ya. Sama-sama. Bagaimana

istrimu?

 

JANUS

Sekarang sedang ditangani dokter.

Mudah-mudahan lahir dengan selamat.

 

TETANGGA

Ya, ya. Semoga anakmu sehat, ya.

Sekarang mau kerja lagi?

 

JANUS

Ya. Kalau begitu saya berangkat

dulu. Terima kasih, Pak!

 

TETANGGA

Ya. Hati-hati.

 

Janus berangkat kembali dengan motornya. Ia kembali melaju di jalanan malam.

 

FADE OUT

FADE IN:

 

28. EXT - PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus dan Sodik telah berada di tempat yang sama. Kali ini mereka serius memerhatikan Ali--sedang mengobrol dengan perempuan misterius itu. Dalam pemantauan itu, mereka dikawani oleh beberapa nyamuk yang mulai mengganggu penyelidikan mereka.

Janus menjadi yang paling fokus menatap perempuan itu.

Janus merasa keheranan, karena sosok perempuan berambut kecokelatan itu seolah tak asing baginya.

 

SODIK

Bagaimana istri lu?

 

JANUS

Hah? Dia? Sudah ditangani oleh

dokter.

 

SODIK

Lu memang gila kerja, Nus. Di saat begini elu masih mentingin kerja.

 

JANUS

Gue nggak mau menjelaskan lagi kenapa gue melakukan hal ini... Gue yakin lu udah mengerti.

 

SODIK

Ya, ya.

 

JANUS

Foto.

 

Mata Janus kembali memantau perempuan itu dengan serius. Ia pun masih melihat Ali tampak sumringah saat mengobrol dengan perempuan itu.

 

SODIK

Heh?

 

JANUS

Foto mereka. Bisa jadi bukti.

 

SODIK

Yah, hape gue lobet, Nus.

 

JANUS

Kampret. Nih, pakai hape gue.

 

SODIK

Hape lu jelek! (tertawa nyaring)

 

JANUS

Jangan berisik, tolol!

 

Sodik segera menyeberang jalan--sambil sesekali menatap kawannya yang menunggu di tepi jalan. Ia masih saja terlihat cengengesan.

Janus melihat Sodik berlari-lari kecil hingga tiba di dekat gerbang hotel, lalu mengendap-endap dia.

Janus terus melihat Ali dan perempuan itu bercengkrama, sampai selanjutnya mobil hitam yang dikendarai oleh seorang pelayan hotel tiba di hadapan mereka.

Janus melihat Ali membukakan pintu untuk perempuan misterius itu. Di saat yang sama, Janus pun melihat Sodik memotret mereka.

Ia segera melambaikan tangan kepada kawannya; meminta Sodik agar kembali ke tepi jalan--tempatnya berada.

Sodik mengangguk sambil cengengesan.

Ia melambaikan tangan kepada para pengguna jalan agar bersedia menahan lajunya sementara. Setelah itu dia berlari ke arah Janus.

 

SODIK

Nih. Lu periksa, dah!

 

Janus memeriksanya sambil mengangguk-angguk.

 

SODIK

Itu sudah bisa menjadi bukti buat Mbak Santi, kan? Sekarang mending lu kembali ke rumah sakit.

 

JANUS

Kita ikuti sebentar lagi.

 

SODIK

Ah, elu, masih aja. Gila, lu!

Udahlah! Pulang, ayo!

 

JANUS

Lu mau ke mana, sih?

 

SODIK

Ketemu teman.

 

Mereka melihat Camry hitam melaju keluar hotel.

 

JANUS

Teman bisnis? Lu kagak bisnis

macam-macam, kan?

 

SODIK

Masak, lu kagak percaya... Ayolah.

Yuk!

 

JANUS

(tampak ragu)

 

Saat di tengah perbincangan itu, tiba-tiba mereka berdua dikejutkan dengan suara klakson dari sebuah mobil minibus di seberang mereka.

Klakson itu terus berbunyi, membuat Janus dan Sodik yang masih berdiri di tepi jalan curiga kalau Ali telah mengetahui dirinya sedang dipantau mereka.

 

28A. EXT - PINGGIR JALAN/JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus dan Sodik segera menuju motor mereka.

Sama-sama, mereka menyalakan motor dan langsung tancap gas meninggalkan tempat itu.

Namun, mereka masih mendengar klakson minibus itu berbunyi.

Mobil itupun melaju, hendak menyusul mereka.

 

SODIK

Sial, Nus. Mobil itu mengikuti

kita!

 

JANUS

Jalan terus!

 

Motor mereka melaju lebih cepat.

 

SODIK

Berengsek!

 

CUT TO:

 

29. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor mereka meliuk-liuk, membentuk zig-zag, melewati kendaraan. Janus dan Sodik masih melihat mini bus itu mengikuti mereka.

Kendati motor Janus dan Sodik berbelok ke jalan yang lebih sempit, masuk ke jalan alternatif, mobil itu selalu mengikuti. Lagi-lagi, mobil itu menyuarakan klakson nyaring, membuat kendaraan lain terpacu untuk membalas klakson yang tak kalah nyaring.

Janus dan Sodik yang mulai ketakutan sangat yakin, klakson itu ditujukan kepada mereka.

Saat kedua motor mereka kembali melewati jalan raya. Mobil itu tak kelihatan.

Kemudian, Janus dan Sodik saling dekat mengendarai.

 

SODIK

NUS! Kita ke tempat temen gue. Di situ kita bisa aman!

 

JANUS

Di mana?!

 

SODIK

Lu ikut gue!

 Motor Sodik melaju lebih cepat.

Janus mengekori kawannya.

 

CUT TO:

 

30. EXT - LOKALISASI - SELANJUTNYA

 

Motor Sodik tampak masuk ke gang-gang sempit. Motor Janus masih mengekorinya. Ia tampak terkejut kawannya mengajak Janus ke tempat lokalisasi.

 

JANUS

Sialan lu, bawa gue ke tempat beginian! Gue tahu lu ngajak pulang cepet supaya bisa ke sini!

 

SODIK

(terkekeh) Ya,ya. Tenanglah Sob. Di sini, orang-orang itu enggak akan bisa masuk. Paling mereka akan turun satu-satu mencari kita...

Tapi, itu nggak akan membuat gue takut, karena di sini adalah benteng hidup gue. Orang-orang di sini punya ikatan yang erat antarrumah lokalisasi, Nus. Antara satu germo dan yang lain akan bekerja sama, kalau ada orang luar cari ribut. Semua orang di sini akan gabung!

 

JANUS

Tapi, gue gak bisa di sini!

 

SODIK

Gue udah terlanjur nyewa ini

perempuan, Nus! Lu ngertilah!

 

JANUS

Ah, sialan!

SODIK

Kalau begitu kita pencar! Gue minta helm dan jaket lu!

 

JANUS

Percuma.

 

SODIK

Coba aja!

 

Motor mereka berhenti. Janus memberikan jaket dan helmnya.

 

SODIK

Lu duluan lah. Gue mau di sini

dulu.

 

JANUS

(memandang cemas) Jangan sampai karena kebelet nafsu lu mampus di tempat beginian, Sod!

 

SODIK

(terkekeh)Alah, lebay lu. Lu pikir

ini pertama kalinya kita dalam

situasi begini. Udahlah, kita

selalu beruntung kalau kasus

beginian. Jujur, gue senang lu

ngambil kasus ini. Gue sangat

menikmati. (tertawa)

 

JANUS

Sialan. Gimana kalau sampai mereka memeriksa kemari...

 

SODIK

Gue akan kelabui mereka di tempat ini. Gue udah sering ke sini, asal lu tahu. Mereka udah kayak keluarga bagi gue... Ya, udah, lebih baik lu pulang atau ke rumah sakit. Kasihan istri lu. Gue mau ketemu yayang gue, dulu. (tertawa) Cepat, gih, sebelum mereka menerobos kemari!

 

Janus kembali menyalakan mesin motornya. Sementara Sodik turun dari motornya, menyuruh seorang lelaki muda membawa motornya ke mini market. Janus pamit. Motornya melaju cepat meninggalkan kawannya.

 

SODIK

Heh! Lu ke mini market beliin gue kondom. Cepat! Gue mau ketemu Sari.

 

LELAKI MUDA

Ogah, Bang.

 

SODIK

Heh! Gue kasi gocap!

 

LELAKI MUDA

Tempo hari Abang kasi gue gocap.

Katanya kali ini bisnisnya bakal

lancar.

 

SODIK

Sekarang lagi on-proses. Please.

Gue tambah deh seratus, oke?

 

Sodik memberikan kunci motornya kepada anak itu.

 

SODIK

Eh, ngomong-ngomong Sari di mana?

 

LELAKI MUDA

Di rumah hijau itu. Masuk aja. Dia baru istirahat!

 

SODIK

Oke.

 

Sodik nyengir-nyengir melihat lelaki muda itu mengendarai motornya. Ia melambaikan tangannya.

 

SODIK

Lu bawalah motor itu ke mana kek! Asal pagi itu motor harus ada di depan rumah Sari!

 

Kemudian Sodik berjalan menuju rumah yang ditunjukkan, sembari menyapa beberapa perempuan di tempat itu.

Sodik melihat lagi lelaki muda yang sudah jauh mengendarai motornya. Setelah itu, Sodik lantas masuk ke rumah tersebut.

 

CUT TO:

 

31. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus masih mengendarai motornya. Pikirannya kacau. Ia masih merasa dibuntuti seseorang. Ia terus memeriksa ke belakang lewat kaca spionnya. Mobil itu tak ada.

Di pertengahan jalan, Janus menghentikan motornya.

Ia turun dari motornya. Menenangkan pikiran. Janus duduk di trotoar. Menjongkok, lalu duduk lagi. Membuang ludah beberapa kali. Setelah itu, ia mengambil bungkus rokok dan menghunus satu batang rokok. Lalu membakarnya. Menghisapnya dua kali.

Janus berusaha menenangkan pikiran.

Sebentar, ia mengingat orang-orang misterius yang ia lihat di depan rumah sakit sebelumnya. Ia menyesal karena tak sabar meninggalkan rumah sakit itu tanpa mengecek lagi orang-orang itu.

Tak lama, gawainya berbunyi. Adik iparnya menelepon. Ia mendengar suaranya ketakutan.

 

JANUS

Ti... Kenapa? Siti?!

 

SITI (SUARA)

Mas, aku merasa ada tiga orang, tidak, empat orang! Ada empat orang melihatku di depan lorong rumah sakit. Mereka terus mebuntutiku!

 

JANUS

Memangnya mereka boleh masuk. Ini sudah bukan jam besuk. (melihat arloji)

 

SITI (SUARA)

Aku tidak tahu Mas. Orang-orang itu ada di depan saat aku pergi beli makan. Dan salah satu dari mereka memantauku terus... Ini aku sedang di toilet.

 

JANUS

Baiklah. Kamu tenang. Sekarang, aku ke sana.

 

SITI

Cepat, Mas. Aku takut!

 

JANUS

Iya, tenang-tenang. Usahakan kamu terus di dekat kakakmu.

 

SITI

Iya. Aku tunggu!

 

Janus berdiri. Ia masih merokok. Satu tangannya memegangi kepalanya. Janus merasakan nyeri menjalar ke seluruh permukaan kepalanya.

Sebentar, ia buang batang rokoknya ke jalan. Menggilasnya kemudian dengan sepatunya. Tidak hanya sekali. Ia menginjak puntung itu lima kali, lalu menendangnya.

Usai itu Janus bergegas ke motornya. Namun, belum ia sempat menyalakan motor, Santi meneleponnya.

 

31A. INT - RUMAH SANTI - SELANJUTNYA

 

Santi yang sudah mengenakan piyama tampak memegangi gawainya sembari memantau pintu toilet kamarnya.

Santi kemudian berjalan pelan ke luar kamar.

 

SANTI

Janus. Suamiku sudah pulang. Tumben sekali... Kamu bisa jelaskan padaku kenapa? (pelan)

 

JANUS (SUARA)

Aku akan mengirim Mbak beberapa

foto.

 

SANTI

Kamu bisa ke rumah sekarang? Saya akan kirim alamat saya. Aku ingin langsung melihatnya.

 

JANUS (SUARA)

Tapi, Mbak. Tidak bisa.

 

SANTI

Kenapa?

 

JANUS (SUARA)

Saya mau ...

 

SANTI

Mau apa?

 

31B. EXT - PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

JANUS

Saya mau ke rumah sakit.

 

Janus bersiap menyalakan CB-100-nya.

 

SANTI (SUARA)

Siapa yang sakit?

 

JANUS

Istri saya melahirkan.

 

31C. INT - DEPAN KAMAR SANTI/KAMAR - SELANJUTNYA

 

SANTI

Benarkah? Kalau begitu besok kita ketemu. Kalau kamu mau kirim foto, cepatlah...eh, aku doakan istrimu lahiran dengan lancar. Anakmu sehat, oke?

 

Santi membuka pintu kamarnya sedikit, melihat suaminya sudah keluar dari toilet.

 

SANTI

Kalau begitu sudah dulu.

 

Santi kembali masuk ke kamar. Ia menyembunyikan gawainya di punggungnya--sembari menutup pintu kamar. Sesaat, ia tersenyum kepada suaminya.

 

ALI

Siapa yang telepon?

 

SANTI

Biasa, rekan kerja.

 

CUT TO:

 

32. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus mengirim foto-foto yang tadi diambil oleh Sodik kepada Santi. Lalu, ia mematikan gawainya. Ia masukkan ke saku celananya, ia segera menginjak gigi motornya, dan tak lama lelaki itu telah melaju kembali di jalanan malam.

Lampu-lampu jalan tampak membuat wajahnya tersiram cahaya beberapa kali.

 

CUT TO:

 

33. INT - KAMAR SANTI DAN ALI - SELANJUTNYA

 

Santi duduk di ranjang, di sebelah tempat suaminya biasa tidur. Ali pun kini telah berpiyama. Lelaki itu naik ke ranjang sembari mendesah. Rambut lelaki itu terlihat masih basah.

Sebentar, Ali mematikan lampu di sampingnya. Sementara Santi masih duduk memainkan gawai.

 

ALI

Kamu tidak tidur?

 

SANTI

Kamu duluanlah.

 

Ali tidur memunggungi istrinya. Santi mendengar suaminya mengembuskan napas panjang. Batuk sebentar, lalu mulailah perempuan itu mendengar napas suaminya yang berat: hendak pergi ke alam lelap.

Santi melihat foto kiriman Janus. Ia melihat suaminya tampak mengobrol mesra dengan seorang perempuan muda lainnya. Ia pun melihat suaminya membukakan pintu mobil untuk perempuan itu: hal yang tak pernah Ali lakukan kepadanya, bertahun-tahun ke belakang.

Jari-jemari Santi segera menari di atas gawainya. Ia mengirimi Janus pesan lagi: menyuruh wartawan lepas yang disewanya itu untuk memeriksa perempuan asing tersebut.

Sebentar, Santi melihat punggung suaminya sudah damai. Ia pun segera mematikan lampu di sisinya. Lalu tidur memunggungi suaminya...

 

ALI

Sial sekali, dompetku hilang.

 

Santi terkejut mendengar suara suaminya.

 

SANTI

Kamu belum tidur?

 

ALI

Sudah. Tapi terbangun lagi.

Tiba-tiba aku mengingat ada

beberapa kartu penting di sana.

 

SANTI

Sudah dicek berapa yang hilang.

 

ALI

Tidak banyak.

 

SANTI

Harusnya kamu bersyukur. Bisa

sekalian cuci uang, kan?

 

ALI

Bersyukur udelmu. Tetap saja uangku hilang.

 

SANTI

Sudahlah, tidur... Tapi, kamu sudah mengirim orang untuk mencarinya?

 

ALI

Belum... Santi?

 

SANTI

Ah, aku lelah sekali, Mas.

Tidurlah...

 

CUT TO:

 

34. INT - RUMAH SAKIT - SELANJUTNYA

 

Janus berjalan di parkiran rumah sakit. Sepi. Ia mencari keberadaan orang-orang itu. Setelah masuk ke lorong-lorong bangsal. Ia melihat dua orang berpakaian hitam menghindari Janus.

Janus mengejar dua orang itu, namun mereka kembali hilang.

Lelaki itu tampak cemas.

Peluh berceceran di keningnya.

Janus berlari kecil, menuju tempat ia bertemu Siti beberapa jam lalu.

Ia melihat Siti berdiri di dekat ruang bersalin.

Janus berjalan cepat menuju adik iparnya.

 

JANUS

Di mana orang-orang itu?

 

Napasnya terengah-engah.

 

SITI

Nggak tahu. Yang aku tahu mereka masih di rumah sakit, memantauku di kejauhan. Mungkin saat ini mereka sedang sembunyi.

 

JANUS

Bagaimana Sarah?

 

SITI

Kata dokter, Mbak Sarah masih belum bisa mengeluarkan bayinya.

 

Janus tampak cemas mendengar berita itu. Ia mondar-mandir di depan pintu ruang bersalin.

Sebentar, ia melihat Siti pun tak jauh beda dengan dirinya.

Dia begitu cemas.

 

SITI

Aku yakin, orang kaya itu sudah

mengetahui aku pencurinya. Aku

harus buang dompet ini.

 

Janus melihat dompet itu. Lalu melihat Siti membuangnya ke tong sampah.

 

JANUS

Kamu tidak aman di sini, Ti.

 

SITI

Aku harus bagaimana, Mas?

 

JANUS

Nggak tahu... Rasanya otakku mati sekarang. Lelah sekali.

 

Sebentar, Janus melihat Siti menghubungi seseorang melalui gawainya.

 

JANUS

Siapa yang kamu hubungi?

 

SITI

Kawanku. Dia yang memberikan pekerjaan ini. Aku ingin bilang padanya, kalau aku sedang diikuti. Sekalian aku tunjukkan padamu, kalau orang itu benar-benar mengenalimu, Mas.

 

JANUS

Terserah.

 

Janus melihat ke kaca jendela ruang bersalin. Ia masih mendengar lenguhan napas istrinya yang berusaha mengeluarkan anak mereka. Perlahan-lahan mata Janus memerah mendengar suara istrinya. Ia berusaha menahan desakan tangis yang nyaris keluar dari kedua pelupuk matanya.

Janus menempelkan tubuhnya pada jendela ruangan itu. Merasakan hawa dingin kaca tersebut. Dan sayup-sayup, telinganya masih mendengar istrinya merintih perih: menahan sakit yang luar biasa.

Sementara Siti, tampak emosi menelepon kawannya.

Janus larut dalam suara kesakitan istrinya. Peluhnya mengalir dingin. Tubuhnya bergetar. Ia jelas kelelahan, seraya merasakan kecemasan yang hebat, dan belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Ia membayangkan, dapat melihat istri dan anaknya sehat. Mereka menyambutnya. Lalu ia bisa memegang jari-jemari anaknya yang mungil-mungil itu; menciumnya, mencium kening istrinya. Memeluk mereka.

 

SITI

Mas.

 

JANUS

(terkejut melihat Siti)

 

SITI

Kita ke rumah Natasha, sekarang.

Katanya aku akan aman di sana.

 

JANUS

Natasha?

 

SITI

Pokoknya dia kenal kamu, Mas.

 

JANUS

Aku tidak tahu nama itu, Ti. Ini

aneh. Benar-benar aneh.

 

Siti menarik tangan Janus agar lekas pergi dari rumah sakit. Janus tampak letih. Namun, ia harus melindungi adiknya, biar bagaimanapun.

Janus melihat-lihat di setiap koridor. Orang-orang itu tidak ada.

Saat berjalan ke luar Siti terus menarik baju belakang Janus. Suasana rumah sakit pada malam hari begitu sepi dan mencekam.

Janus dan Siti berjalan cepat menelusuri setiap lorong rumah sakit, hingga mereka tiba di parkiran.

SITI

Ke mana helmmu?

 

JANUS

Dipinjam. Sudahlah, ayo! Tidak akan ada polantas jam segini.

 

Janus segera menyalakan mesin motornya. Janus meminta Siti menunjukkan arah ke rumah kawannya. Siti mengangguk.

Motor Janus pun melaju.

 

FADE OUT

FADE IN:

 

35. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor Janus melaju di tengah malam.

Janus melihat Siti tampak cemas dari spionnya. Perempuan itu terus melihat ke belakang sembari memegangi pinggang Janus dengan erat. Kecemasan itu menulari Janus, membuat kecepatan motor terus bertambah. Siti melihat tubuh Janus condong ke depan, seiring motornya mencepat.

Sebentar, Janus melihat di spionnya ada dua motor mengikutinya.

 

SITI

Kita diikuti! Mas!

 

JANUS

Tenanglah. Tetap tunjuk arahnya!

 

Janus seperti kesetanan saat mengendarai CB-100-nya. Sementara kedua motor di belakangnya semakin mendekat. Janus dan Siti bisa mendengar mereka memakinya dengan kata "Anjing!"

Ia melihat pengejarnya, yang baru saja memakinya, mengenakan helm yang sama seperti miliknya. Sesaat, Janus memikirkan Sodik.

Janus terus menambah kecepatannya, membuat Siti memeluknya erat. Beberapa kali memekik kencang. Adik iparnya pun sampai mengeluarkan air mata karena ketakutan.

 

SITI

Kita belok ke gang itu! Aku tahu

jalannya!

 

JANUS

Pegangan!

 

Motorpun berbelok. Janus mengerem sebentar, lalu mencepat lagi di jalur yang cukup sempit.

 

CUT TO:

 

ESTABLISH: SUASANA MALAM KOTA YANG MULAI MENYEPI

 

CUT TO:

 

36. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor Janus melaju di gang-gang sempit. Ia mencari jalan alternatif menuju rumah kawan Siti.

Kecepatan motornya menurun sedikit. Meski begitu, beberapa penghuni rumah keluar dan memaki Janus karena merasa terganggu dengan suara motor Janus.

Janus keluar-masuk gang sempit. Mereka sempat melewati tongkrongan orang-orang yang gemar judi kartu. Beberapa dari mereka menggoda Siti, mengejar-ngejar motornya, sehingga Janus yang sedang kesal lantas meneriaki mereka.

 

JANUS

Anjing kalian!

 

Mereka pun balas memaki dengan makian yang serupa. Janus menambah kecepatan. Ia tetap keluar-masuk jalan sempit. Beberapa kali, ia goyah dan hampir jatuh ke selokan.

 

JANUS

Mereka masih di belakang?

 

SITI

Nggak. Nggak tahu di mana mereka!

 

Janus lebih berkonsentrasi mengendarai motor.

 

SITI

Aku takut, Mas...

 

JANUS

Sama.

 

36A. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus keluar dari gang dan melenggang di jalanan yang cukup sepi. Ia melihat kanan-kiri. Sudah tak diikuti.

Siti terus mengarahkan motor Janus.

Namun, saat melewati sebuah pertigaan, mereka berpapasan dengan minibus yang sempat mengejar Janus, saat ia berkendara dengan Sodik.

Minibus itu mengklaksoninya.

Janus kembali mencepat.

Dari spion, ia melihat mobil itu bertemu dua motor, dan mereka mulai bergerak mengejar Janus.

 

JANUS

Sialan! Anjing, anjing, anjing!

 

SITI

Mas!

 

JANUS

TENANGLAH!

 

Wajah Janus sama sekali tak menunjukkan ketenangan.

 

CUT TO:

 

37. EXT - HALAMAN INDEKOS NATASHA - SELANJUTNYA

 

Janus buru-buru memarkirkan motor CB-100, yang bannya tampak bocor parah.

Siti berlari kecil ke lantai dua indekos itu; menuju kamar Natasha.

Sementara Janus masih melihat dua motor dan minibus itu di kejauhan. Mereka tak mengikuti Janus lebih dekat. Ia sedikit merasa heran.

Janus kemudian mengikuti Siti ke lantai dua. Ia merasa kedua kakinya bergemetar.

Sampai di lantai dua, ia berhenti sejenak untuk mengambil napas, kendati ia masih merasa napasnya tersenggal-senggal. Janus lalu melihat satu kamar terbuka. Dari kamar itu mencuatlah Siti, meminta Janus lekas masuk ke kamar indekos perempuan tersebut. Janus sedikit ragu, namun ia mengikuti perkataan adik iparnya.

Saat ia hendak masuk, Janus lantas terkejut melihat raut dan rambut kecokelatan Natasha.

 

37A. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

KILAS BALIK - MONTAGE

-Janus melihat hasil foto Sodik. Ia menemukan seorang perempuan yang tak asing baginya.

-Janus melihat perempuan itu bercengkrama cukup mesra dengan Ali di depan aula hotel.

 

37B. INT - RUANG KELAS/KELEMBAGAAN KAMPUS - PAGI

KILAS BALIK - MONTAGE

 

-Janus dan seorang perempuan memakai almamater sedang berpresentasi.

-Janus rapat organisasi, melihat perempuan itu menunggunya di pintu ruangan.

-Janus dan perempuan itu pulang bersama di bus yang penuh. Mereka saling memandang mesra.

-Janus dan perempuan itu berdiri di tepi danau, saling berjauhan.

END MONTAGE

KEMBALI KE:

 

37C. INT - KAMAR INDEKOS NATASHA - MALAM

 

Siti menarik kakak iparnya masuk ke kamar Natasha. Ia masih terkejut, memandang sosok Natasha.

 

JANUS

Kamu? Rita!

 

NATASHA

Hai, Janus.

 

JANUS

Dia? (melihat Siti)

 

SITI

Mas kenal, kan? Ini teman Mas, kan?

 

JANUS

(menggeleng)

 

NATASHA

Dia mantanku, Ti. Jauh di masa

lalu.

 

Siti segera menutup pintu kamar Natasha atau Rita. Wajah Siti kemudian tampak terkejut menatap Janus dan Natasha. Mereka bertiga saling berpandangan.

 

SLOW FADE TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar