Selamat Tidur Pagi
3. BAB 2 : JANUS

TEKS : BAB 2 JANUS

 

FADE IN:

11. EXT - JALAN - MALAM

 

Janus sedang duduk (jongkok) di trotoar, dekat motornya. Ia merokok di sana. Meminum sebotol minuman mineral. Kawannya, Sodik, kemudian datang dengan motor pula. Ia lantas menghampirinya, meminta satu batang rokok.

Mereka merokok bersama di trotoar itu.

Sembari itu Janus tetap fokus memerhatikan gedung plaza.

 
SODIK
Sudah diperiksa kapan dia pulang?
 
JANUS
Ya, tadi udah gue tanya. Katanya dia keluar dari mal sekitar jam sembilanan. Habis itu, yang gue tahu dari Mbak Santi dia enggak langsung pulang. Janus mengeluarkan gawainya. Mengecek pesan yang masuk.
 
SODIK
Terus kita ikutin?
 
JANUS
Ya. Nih, gue kasi lihat tipe mobilnya. Nomor platnya.
 
Janus menyodorkan gawainya ke wajah kawannya.
 
SODIK
Camry hitam. Mobil-mobil para bos (terkekeh-sinis)

 

Janus kemudian membuang puntung rokoknya. Ia memasukkan gawainya ke saku celananya. Lelaki itu beranjak dari duduknya. Membersihkan celananya.

 

JANUS
Lu, tunggu sini. Pegang terus hape, kalau gue bilang bergerak, langsung kita jalan. Oke?
 
SODIK
Oke, sip.

 

Janus menyeberang jalan menuju gedung plaza itu.

 

CUT TO:

 

12. INT - MAL - SELANJUTNYA

 

Janus berjalan memasuki mal. Pandangnya celingukan mencari keberadaan bos itu.

Ia beberapa kali naik eskalator. Berjalan berkeliling mal, melewati deretan toko hingga ia memastikan kantor manajerial plaza. Ia ditatap penuh curiga oleh beberapa karyawan kantor pusat. Lelaki itu kemudian memutuskan pergi dari tempat itu.

Janus, lalu berjalan keliling lantai dua, melihat-lihat toko. Melihat-lihat tempat bermain anak. Melihat-lihat keluarga yang sedang makan bersama di restoran cepat saji. Ia kemudian melihat toko baju, Janus masuk sebentar menuju tempat pakaian anak-anak. Ia jadi teringat istrinya yang sedang hamil, dan ia belum membelikannya perlengkapan bayi.

Sesaat, Sodik mengirim pesan, menanyakan keadaannya.

Janus lantas keluar dari toko, turun dari eskalator, lalu menuju parkiran dalam.

 

CUT TO:

 

12A. INT - MAL/AREA PARKIR DALAM - SORE

 

KILAS BALIK 

Janus berjalan dari mal ke area parkir dalam. Ia kemudian bertanya kepada penjaga parkir: seorang lelaki tua yang tampak rapi mengenakan seragam hitam.

 

JANUS
Permisi Pak, mau tanya, kalau Pak Ali biasa pulang jam berapa?
 
PENJAGA PARKIR
Wah... Enggak mesti, ya. Namanya juga bos besar. Tapi, sepertinya jam sembilanan, lah. Ya, sekitar itu.
 
JANUS
Enggak pasti, ya?
 
PENJAGA PARKIR
Iya... Ngomong-ngomong Mas siapanya Pak Ali? Wartawan? Akhir-akhir ini banyak wartawan masuk ke sini soalnya?
 
JANUS
(sedikit tergeragap) Masak? Penampilan saya seperti wartawan?
 
PENJAGA PARKIR
Habisnya, langsung tanya soal bos besar. Siapa lagi kalau bukan wartawan. Masalahnya, si Bos sekarang memang sedang bermasalah. Wajahnya muncul terus di tv.
 
JANUS
Wajar. Pebisnis. Mau jadi calon anggota dewan, banyak diterpa isu, Pak. Banyak yang cemburu.
 
PENJAGA PARKIR
Tuh, wajahnya nongol lagi di tv.
 

Penjaga parkir itu menunjukkan televisinya di dalam ruangan jaga. Di dalam itu ada salah satu kawan penjaga itu sedang memakan mie instan sambil ditemani rokok dan kopi. Janus melirik sekilas ke televisinya.

 
PENJAGA PARKIR 2
Rokok, Mas?
 
JANUS
Ya, sudah, makasih, Pak... Begini, Pak. Saya disuruh sama Bu Santi untuk memantau suaminya...
 
PENJAGA PARKIR
Ah. Saya tahu, saya tahu... Katanya, si bos ada main dengan cewek lain (bisiknya)...
 
JANUS
Begitulah. Kalau bukan cari uang sebenarnya saya malas disuruh-suruh begini.
 
PENJAGA PARKIR
(tertawa)Ya. Saya tahu rasanya. Kita sama-sama cari duit, jadi pesan saya yang lebih senior dalam hidup, nikmati saja, Mas... Memang Mas, (sambil menyalakan rokok) Bu Santi itu sekarang sering menyewa mata-mata gitu. Beberapa kawan saya, mantan satpam di sini juga, pernah dapat kerjaan seperti Mas. Tapi, katanya capek. Takut juga. Hidupnya jadi enggak aman setelah orang-orang Pak Bos memergokinya sedang mengintilinya... Makannya dia sekarang berhenti, karena keluarganya ketakutan setelah terus diawasi. Denger-denger, sih temennya yang juga satpam gantiin dia... Duduk, Mas.
 

Penjaga parkir itu duduk di bangku panjang dekat ruang jaga.

Janus masih berdiri tak jauh dari lelaki paruh baya itu.

 

JANUS
Iya, Pak. (mengeluarkan rokoknya) Di sini, masih ada yang kerja sama Bu Santi?
 
PENJAGA PARKIR
Tol, masih ada orang sini yang kerja sama Bu Bos?
 
PENJAGA PARKIR 2
Kayaknya udah kagak ada, Bang!
 
PENJAGA PARKIR
Enggak ada, Mas. Lagian, sudah pada tahu juga. Mereka itu meskipun suami istri, tapi kalau masalah bisnis bisa saling menikam satu sama lain. Serem dengernya. Kalau udah dibutakan oleh duit, oleh politik. Bisa begitu... Ih. Saya kagak mau begitu, dan anak-anak buah mereka pun kelihatannya sudah capek, sudah malas! Kita di rumah punya keluarga, kalau sampai pekerjaan kita ini menyeret keluarga kita, Mas tahu sendiri bakal kayak apa... Ngomong-ngomong, Mas ini dulunya kerja apa, sebelum sama Bu Bos?
 
JANUS
Saya? Wartawan.(terkekeh)
 
PENJAGA PARKIR
(terdiam sesaat lalu tersenyum, lalu tertawa)
 
JANUS
Benar. Saya wartawan. Sumpah enggak bohong. Mau lihat kartu kerja saya?

 

PENJAGA PARKIR
Alah, enggak usah Mas. Percaya saya. Saya sudah menduga dari awal. Dan lagi, Bu Bos, memang selalu memilih orang-orang terbaik.
 
JANUS
Bapak, ada di pihak siapa nih? Pak Bos atau Bu Bos (terkekeh).
 
PENJAGA PARKIR
Biar saya tegaskan, Mas. Saya ini netral, seperti kode etik jurnalistik seharusnya tidak berpihak kepada siapapun kecuali kepada rakyat (tertawa)... Gini-gini juga saya sering nonton acara debat dan berita. (tertawa)
 
JANUS
Super memang Bapak ini... Ngomong-ngomong, mobil Pak Ali biasa parkir di mana? Apa dia ada sopir?
 
PENJAGA PARKIR
Ah, parkir paling bawah. Camry hitam. Dia sudah jarang pakai sopir. Mungkin lebih mudah ke mana-mana tanpa harus bagi-bagi rahasia. Mau apa?
 
JANUS
Biasa, disuruh Bu Santi.
 
PENJAGA PARKIR
Jadi detektif-detektifan nih. Saran saya Mas, banyak-banyak doa, jaga diri.

 

JANUS
Siap, Pak. Makasih.

 

CUT TO:

 

12B. INT - TEMPAT PARKIR MAL - SORE

 

Janus memfoto tempat parkir mobil Ali Handojo. Ia melihat hasilnya sekilas, lalu kembali berjalan memasuki area mal.Naik eskalator. Di tangga berjalan itu ia melihat suami istri menggandeng anaknya. Janus lalu kembali pergi ke toko perlengkapan bayi. Ia disambut ramah oleh penjaga toko. Janus berkeliling, memilih-milih baju. Ia melihat harganya, lalu kepalanya lantas menggeleng-geleng.

KEMBALI KE

 

12C. INT - TEMPAT PARKIR MAL - MALAM

 

Janus melihat mobil Camry hitam masih di tempat parkir tersebut.

Saat melihat sosok Pak Ali Handojo hendak menuju mobilnya, Janus segera bersembunyi di antara mobil lainnya. Ia terus memantau gerak-geriknya.

Janus pun melihat Ali Handojo tampak celingukan sebab merasa sedang diawasi.

Sembari terus memantau pergerakan Ali, Janus memberitahu Sodik untuk bersiap-siap 'bergerak'.

 

12D. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Sodik menerima pesan dari Janus. Ia segera membuang rokoknya, lalu naik ke motornya. Ia mulai menyalakan mesinnya.

Namun, Sodik masih terus memantau perkembangan Janus dari ponselnya.

 

12E. INT - TEMPAT PARKIR MAL - SELANJUTNYA

 

Janus melihat Ali sudah menyalakan mesin mobilnya. Sebentar, mobil mewah itu telah melaju menuju pintu parkir.

Janus kembali mengirimi Sodik pesan.

Wartawan itu kemudian berjalan cepat menuju area dalam mal. Lalu menaiki eskalator; berjalan lagi melewati deretan toko, hingga menemukan pintu keluar.

Di selasar mal, Janus melihat mobil Ali sudah keluar dari tempat parkir, hendak melewati palang penjaga.

Mobil Ali kemudian melewati palang dan melaju keluar mal.

Janus lantas berlari keluar dari wilayah parkir luar mal.

Orang-orang melihatnya.

 

12F. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor Sodik segera melaju cepat meninggalkan motor Janus yang masih terparkir di tepi jalan.

Janus berlari ke motornya. Ia buru-buru memakai helm. Menyalakan mesin. Motor Janus siap melaju di jalan raya malam.

Sesaat, ia menutup kaca helm. Mesin motornya pun meraung.

Honda CB-100-nya berpacu di lalu-lalang kendaraan.

 

FADE OUT

FADE IN:

 

13. EXT - PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor Sodik berhenti di pinggir jalan. Ia tampak memegang gawai, menghubungi kawan kerjanya yang masih belum tiba. Sodik duduk melamun di jok motornya, usai panggilannya tak juga terjawab. Sesekali ia memandangi mobil Camry hitam yang terparkir di pinggir jalan. Tepat di jarak tiga meter di depan motornya terparkir.

Di samping mobil itu, berdirilah bangunan bar dan karaoke.

Parkiran luar tempat itu tampak penuh.

Sayup-sayup, Sodik mendengar lantunan lagu dangdut dari salah seorang penyanyi perempuan di dalam tempat itu.

Ia sebentar turun dari motornya, mengintip ke dalam tempat itu.

Sodik tersenyum sejenak, saat melihat beberapa perempuan keluar dengan pakaian minim.

Lelaki itu kembali ke motornya. Matanya masih berusaha menunggu perempuan itu melewat di hadapannya.

 

13A. EXT - PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor Janus tiba tepat di belakang motor Sodik. Ia melihat Sodik sedang mengobrol dengan dua perempuan berpakaian minim.

 

JANUS
Syuuut ... Wey! Sod! Sodik!

 

Sodik menoleh sesaat. Kawannya itu malah terus bergurau dengan perempuan tersebut, hingga mereka merasa tak nyaman dengan keberadaan Janus. Dua perempuan itu pun akhirnya meninggalkan Sodik.

 

SODIK
Ah, elu ganggu aja. Cakep-cakep tuh. Jago nyanyi juga (terkakak)
 
JANUS
Bodo amat. Gimana Si Ali.
 
SODIK
Lu kagak lihat itu mobilnya.

 

JANUS
Ya, gue lihat!
 
SODIK
Belum kelihatan batang hidungnya, Sob. Kita masih harus sabar ... Kenapa? Mukalu asem amat. Apa gara-gara gue ngobrol sama cewek tadi? ... Enggak bisa bebas bercandain cewek, ya sekarang? Ah, udah punya bini si lu! (tertawa)
 
JANUS
Berisik! Sekarang kita lagi kerja!

 

SODIK
(masih tertawa)Yah, marah. Sensitif, nih. Lagi dapet. Dapet, ya? (tertawa)
 
JANUS
Lu mau dapet toyor dari gue?
 
SODIK
(terkikik)

 

Janus membuka gawainya. Wajahnya masih cemberut. Sementara Sodik terus menggodanya, agar ia mau menatap perempuan-perempuan berpakaian minim yang hilir-mudik di hadapan mereka.

Volume suara musik dangdut di tempat itu  mengencang.

Sodik berjoged-joged di jalan.

 

13B. EXT - PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus melihat arlojinya. Telah setengah jam mereka di tempat itu.

Musik dangdut sudah pelan. Suaranya, sayup-sayup saja dari tempat itu.

Janus masih parkir di belakang motor Sodik. Keduanya sama-sama bersiap di jok motornya sendiri. Mereka pun sama-sama merokok sembari menunggu batanghidung Ali Handojo keluar dari tempat tersebut.

 

SODIK
Ngomong-ngomong, kapan istri lu melahirkan, buntingnya udah gede, kan?
 
JANUS
Harusnya, sih, minggu-minggu ini. Gue kagak tahu. Belum ada tanda-tanda. Mudah-mudahan sehat. Lancar. Duit hasil ini juga rencananya buat bayar lahiran anak gue. Belum biaya lainnya. Pusing Sod... Minggu-minggu ini gue harus mulai mikir buat biaya susu dan popok anak gue, keperluan buat bini gue. Gue juga belum beliin baju anak gue.
 
SODIK
Ciee, yang mau jadi bokap. (tertawa)Tenang, Om. Semua ada yang ngatur. Jalanin aja dulu... Ya, gue tahu, gue kagak berhak ngomong gitu, tapi gue sedikit mengerti kesusahan lu.

 

JANUS
Wah, tumben mulutlu baek. Gue jadi harus bilang tengkyu, nih.
 
SODIK
Selow, Om. Selow.
 
JANUS
Syuut...

 

Janus menyuruh Sodik menatap ke depan. Mereka melihat Ali Handojo keluar dari tempat itu. Mereka terperangah tatkala lelaki tua dan kaya itu buru-buru memasukkan seorang perempuan ke dalam mobilnya. Hal itu membuat Janus dan Sodik saling berpandangan.

Tak lama, mobil Ali melaju meninggalkan mereka.

Janus dan Sodik lantas terburu-buru menyalakan mesin motor.

Setelah mesin motor hidup, mereka pun mengejar mobil mewah itu.

 

CUT TO:

 

14. EXT - JALAN - SELANJUTNYA

 

Motor Janus dan Sodik tampak saling susul. Mereka berdua masih berusaha mengintili mobil Camry hitam milik Ali Handojo di jalan.

Mereka lantas berhadapan dengan kemacetan, yang membuat motor Janus dan Sodik sulit mencari celah. Namun, mereka masih bisa melihat keberadaan mobil Ali, kendati tertutup oleh kendaraan-kendaraan besar.

Klakson bertaburan.

Janus mendengar Sodik memaki salah satu pengguna jalan, seorang sopir mobil pribadi. Mereka saling adu argumen.

 
JANUS
Sodik!
 
SODIK
(melihat Janus)
 
JANUS
Kagak usah diladenin!

 

Sodik mencari jalan untuk mendekati Janus. Janus memberikan tanda agar Sodik mengikutinya. Motor Janus melaju di pinggir ruas jalan. Sodik pun berusaha tetap di belakangnya.

Motor Janus maju mundur, menghadapi mobil yang keluar-masuk. Laju mereka melambat, namun mereka berhasil berada persis di belakang mobil Ali. Janus melihat bayang-bayang perempuan duduk tenang di jok depan mobil itu dari kaca belakang Camry.

Janus mendengar mobil mewah itu melantunkan klakson nyaring.

Mereka menunggu jalanan mengurai lancar.

Setelah lama menunggu, akhirnya Janus dan Sodik bisa bergerak. Mereka makin leluasa mengintili mobil Camry hitam tersebut.

 

DISSOLVE TO:

 

ESTABLISH: SUASANA MALAM KOTA

DISSOLVE TO:

 

15. EXT - PINGGIR JALAN - MALAM

 

Janus dan Sodik masih ada di atas motor. Mereka memantau sebuah bangunan hotel--yang sebenarnya dikunjungi oleh Janus pada sore tadi.

 
JANUS
Gue tadi sore ke sini, negosiasi sama istrinya.
 
SODIK
Cakep?
 
JANUS
Mama-mama muda. (terkekeh) Cantik, lumayan.
 
SODIK
Bagus. Semangat dong, lu. (tertawa kecil)

 

Motor mereka terparkir di depan toko yang telah tutup.

Sodik kemudian mengajak Janus turun dari motor, lalu mampir ke sebuah warung kopi di dekat parkir motor mereka. Dari situ, mereka bisa leluasa mengintai hotel, tempat Ali dan perempuan misterius itu berada.

 

SODIK
Kopi dua.
 
PENJAGA WARUNG
Siap.

 

Janus dan Sodik menyalakan batang rokoknya. Mereka duduk di sebuah bangku panjang. Sodik mulai membuka gawainya.

Janus tampak cemas melihat gawainya. Sebentar-bentar, pandangnya selalu teralih dari bangunan hotel di seberang mereka ke layar gawainya.

 
SODIK
Kenapa?
 
JANUS
Kagak. Ini, adik ipar gue baru kirim pesan. Katanya, Sarah mulai mules-mules. Dia kontraksi.
 
SODIK
Ah! Sudah pasti itu! Sebaiknya lu bilang ke Pak Zaenal.

 

JANUS
Kenapa Pak Zaenal dibawa-bawa. Enggak ada urusan sama dia.
 
SODIK
Lah, istri lu mau melahirkan! Lu bisa izin dari tugas ini.
 
JANUS
Kalaupun gue mau izin, gue mestinya izin ke Mbak Santi.
 
SODIK
Ya, udah izinlah!

 

JANUS
Gue harus mastiin ini sebentar lagi.
 
PENJAGA WARUNG
Bang, nih kopinya.
 

Janus beringsut dari duduknya. Ia berjalan ke pinggir jalan. Lelaki itu tampak ingin menyeberang jalan: menuju hotel yang ia datangi sore tadi.

Gawainya masih tergenggam erat di tangannya.

 

SODIK
Ngopi dulu, mending!
 
JANUS
Enggak usah. Dari sore gue udah ngopi lama sama Mbak Santi. Buat lu aja.
 
SODIK
Yaelah... Bisa moncer perut gue.

 

JANUS
Kalau lu maksa gue ngopi lagi. Perut gue juga bisa panas, dan moncer.
 
SODIK
Okelah. Lu mau ke seberang?
 
JANUS
Titip motor!

 

SODIK
Kasi tahu gue kalau ada pergerakan.

 

Janus hanya memberikan tanda oke melalui tangannya. Wartawan lepas itu pun mulai menyeberang jalan. Ia berlari-lari kecil menuju gerbang hotel. Tangannya memberikan tanda kepada pengguna jalan agar mereka bersedia menghentikan perjalanannya sesaat.

 

CUT TO:

 

16. INT - PELATARAN HOTEL - SELANJUTNYA

 

Janus berjalan memasuki pelataran hotel. Napasnya sedikit terengah-engah.

Namun, ia malah terdiam saat telah tiba di depan pintu masuk. Janus hanya melihat-lihat suasana di dalam hotel tersebut: para pelayan hotel, satpam, resepsionis, para pengunjung yang hilir mudik.

Janus mondar-mandir di depan pintu masuk, sembari melihat arlojinya. Ia terlihat dilema. Ia mengembuskan napas panjang berkali-kali. Lalu, menatap aktivias pengunjung hotel dengan tatapan cemas. Beberapa pengunjung menatapnya curiga. Janus pun lantas membuang pandangnya ke arah lain.

Ketika Janus melihat ke pintu restoran hotel tersebut, ia jadi ingat kekikukan saat pertama kali masuk restoran yang terbilang cukup mewah itu beberapa waktu yang lalu. Janus tersenyum pucat.

Tak lama, seorang satpam menyapanya dari dalam.

 

SATPAM
Ada keperluan apa, Mas? Dari tadi saya lihat kok kebingungan begitu.
 
JANUS
Iya, nih. Hotelnya megah, jadi takut masuk ke dalem. Takut dikira orang udik lagi. (terkekeh)

 

Satpam itu mengangguk-angguk. Wajahnya masih serius.

 
SATPAM
Mas, kalau tidak ada keperluan mendesak, lebih baik Mas jangan berdiri di sini. Takut dicurigai.
 
JANUS
Tenang. Saya enggak bawa bom, kok.

 

Satpam itu kini keluar ke pelataran hotel. Mereka berdiri berseberangan.

 

SATPAM
Lawakannya, enggak lucu, Mas. Lebih baik Mas cepat pergi.
 
JANUS
Baik, Pak... (tersenyum)
 

Janus bersiap pergi. Satpam itu tampak makin serius melihat Janus. Namun, belum Janus keluar dari serambi, ia menghampiri satpam lagi.

 
JANUS
Sebenarnya, saya ke sini disuruh Bu Santi.

 

Janus kembali berjalan pergi.

 
SATPAM
Tunggu. Bu Santi? ... (menghampiri Janus)Kamu anak buahnya Bu Santi (pelan)
 
JANUS
(mengangguk) Saya cuma ingin mengecek keberadaan Pak Ali. Saya tahu, dia tadi masuk ke sini dengan seorang perempuan.
 
SATPAM
Dia belum keluar.
 
JANUS
Terima kasih, informasinya.
 
SATPAM
Hati-hati.

 

Janus terheran-heran dengan perubahan sikapnya.

 
JANUS
Bapak anak buahnya Bu Santi? (pelan)

 

Satpam itu meletakkan satu telunjuknya di depan bibirnya. Dan Janus mengerti akan tanda itu.

Janus pergi dari pelataran hotel dengan senyuman.

 

CUT TO:

 

17. INT - WARUNG PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Sodik masih mengopi di tempat semula. Ditemani dengan rokok, segelas kecil kopi hitam, dan sepiring pisang goreng.

Matanya tak bisa serius melihat gawainya. Ia terus memeriksa keberadaan kawannya di seberang.

 

CUT TO:

 

18. EXT - HALAMAN HOTEL - SELANJUTNYA

 

Janus berjalan di pekarangan hotel. Ia mencabut batang rokok dari bungkusnya. Membakarnya. Menghisapnya.

Sebentar, gawainya berdering. Adik iparnya yang bernama Siti meneleponnya.

 

JANUS
Halo. Apaan, Ti ...
 
SITI (SUARA)
Ini Mbak Sarah bagaimana Mas?! Katanya sudah tidak tahan lagi... Perutnya mules-mules!
 
JANUS
Ti, Siti, tenang. Sekarang,kamu minta tolong tetangga. Aku akan datang... Tunggu! Jaga terus Mbakmu. Sebentar aku pulang.
 

Janus mematikan gawainya. Ia membuang batang rokok yang masih panjang ke halaman hotel. Wajahnya tampak cemas, bercampur dilema.

Namun, ia tak bisa berpikir lebih lama lagi. Ia mengingat istrinya yang sedang hamil itu akan melahirkan anak pertamanya. Janus pun segera berjalan cepat ke gerbang hotel.

 

18A. EXT - GERBANG HOTEL/JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus tampak cemas, berdiri di gerbang hotel. Ia hendak menyeberang jalan.

Setelah yakin tak banyak mobil atau motor yang berseliweran cepat, Janus segera melangkah. Ia berlari kecil hingga melihat warung kopi pinggir jalan.

Ia masih melihat motornya dan motor si Sodik terparkir.

 

18B. INT - WARUNG KOPI PINGGIR JALAN - SELANJUTNYA

 

Janus melihat kawannya masih mengopi.

 
JANUS
Gue harus pulang.
 
SODIK
Gue bilang juga apa.
 
JANUS
Siti bilang, istri gue mau melahirkan.
 
PENJAGA WARUNG
Wah. Mudah-mudahan sehat anak dan istrinya, ya Bang.
 
JANUS
Makasih, Pak... Gue minta lu di sini sebentar bisa, kan? Lu ada urusan apa selain ini?
 
SODIK
(kebingungan)Ya, kagak ada sih. Tapi ...
 
JANUS
Gue minta tolong. Entar, kalau istri gue udah sampai rumah sakit, gue ke sini lagi.
 
SODIK
Ah, serius lu. Masih mikir mau dilanjutin?!

 

JANUS
Masalahnya, gue harus kasi laporan ke dia malam ini. Gue udah dapat uang muka.
 
SODIK
Nah. Lu cairin tu uang.
 
JANUS
Gue takutnya dia kecewa, dan uang mukanya bisa diambil lagi kalau gue kagak kasi laporan soal suaminya.
 
SODIK
Bilang aja, suaminya tiba-tiba ngilang pas elu ikutin.
 
JANUS
Bego. Mana dia percaya. Ya udah. Gue berangkat.

 

18C. EXT - PARKIRAN MOTOR - SELANJUTNYA

 

Janus menuju motornya cepat. Ia memasang helm, menaikkan resleting jaketnya. Kemudian menyalakan mesin motornya.

 
SODIK
Kabar-kabari kalau anak lu udah lahir!
 
JANUS
Alah, sebentar juga kita ketemu lagi. Gue minta tolong pantauin Si Ali itu. Nanti, uang muka itu kita bagi dua. Pagi kita cairin. Pokoknya urusan malam ini harus kita kelarin dulu.
 
SODIK
Lu memang suka ribet. Terserah lu dah! Siap. Hati-hati, Sob!

 

JANUS
Ya!

 

Motor Janus melaju meninggalkan Sodik. Ia sempat melambaikan tangan kepada kawannya. Sodik balas melambaikan tangan. Ia melihat motor Janus melaju cukup kencang di jalanan.

 

CUT TO:

 

19. EXT - JALAN - MALAM

 

Motor Janus kian melaju kencang. Ia meliuk-liuk melewati mobil pribadi dan kendaraan umum; melewati gedung-gedung bertingkat, dan toko-toko yang masih buka, tampak menerangi lajunya.

Ia melihat beberapa orang masih lalu-lalang di trotoar, beberapa toko pun masih dipenuhi orang.

Di balik helmnya. Wajah Janus makin dikuasai oleh cemas dan dilema.

 

SLOW FADE TO BLACK

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar