Second Chance.apk
9. Kesempatan Kedua
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. HALTE BUS - DAY

Ito, dan banyak anak SMA lain turun dari Bus. Satu-persatu para murid itu berjalan pergi. Tapi tidak dengan Ito, ia masih berdiri di sana dan melihat ke arah halte.

INSERT : Menampilkan adegan Ito menawari boncengan kepada Imel yang sedang duduk di halte. Imel bangkit dan duduk di jok belakang motor Ito.

EXT. JALAN SAMPING KANTIN - DAY

Di tengah siswa yang berlalu lalang, dan Ibu kantin yang sedang mempersiapkan makanan. Terlihat Ito yang melambatkan jalannya, ia melihat tempat duduk yang dulu pernah ia gunakan untuk makan bareng dengan Imel.

INSERT : Menampilkan adegan di kantin, Ito dan Imel sedang duduk berhadapan dan makan bersama.

EXT. KORIDOR SAMPING LAB KOMPUTER - DAY

Lagi-lagi Ito berjalan perlahan, matanya menatap ke arah pintu lab yang masih terkunci.

INSERT : Menampilkan suasana di dalam lab, ada Ito dan Imel yang duduk bersebelahan. Ito sedang mengajari Imel mengedit gambar.

INT. RUANG KELAS - DAY - 2 TAHUNAN YANG LALU

Ito kembali ke waktu dia sedang duduk di kelas, dan mengamati kertas formulir pendaftaran ekskul.

INSERT : Tampak Ito dan Imel yang sedang berbaring di kasur di dalam kamar Imel. Wajah mereka sudah hampir penuh coret-coretan.

Di tempat duduk lain, ada Imel yang sedang mengobrol dengan teman-temannya. Ito memperhatikan gadis itu dari kejauhan, senyum masam muncul di wajahnya.

ITO (V.O.)

Rasanya kayak udah lama banget ya. Aku cinta banget sama kamu, Mel. Tapi, kayaknya kebersamaan kita adalah sebuah kesalahan. 

INSERT : Ditunjukkan adegan Ito dan Imel yang sedang duduk di kursi bioskop, dengan tangan yang saling menggenggam.

Tak lama, Imel dan temannya pergi keluar kelas. Mata Ito mengikuti kepergian gadis itu. 

Baru ia kembali melihat ke arah kertas di depannya. Ito mencentang kolom Karawitan, dan membiarkan kolom Saka Wanabakti tetap kosong. Ito menutup mata sebentar sambil menghirup napas panjang.

INSERT : Di depan pagar rumah Imel. Perempuan itu melesat memeluk Ito yang sedang menghadap ke atas. Kemudian Ito membalas pelukannya.

ITO (V.O.)

Selamat tinggal, Imelia Putri Azzahra.

Lalu Ito segera melipat kertas formulir tersebut.

INT. LAB KOMPUTER - DAY

Ito dan Imel duduk sebelahan di tempat duduk mereka.

ITO (V.O)

Ternyata move on emang gak instan. Kadang-kadang gue masih suka lupa dan nganggep kalau kami masih pacaran.

Imel mencolek bahu Ito.

IMEL

To, ini terus di gimanain? Gue gak ngeh, tadi Pak Kalbu ngejelasinnya cepet banget.

ITO

Bagian mna yang kamu belum paham emangnya?

IMEL

(tersenyum)

Kamu? Kita pakai aku kamuan nih sekarang? Mesra banget sih, To. Ntar kalau gue baper gimana, mau tanggung jawab?

Setelah itu Imel tertawa lepas, sedangkan Ito juga berusaha ikut tertawa tapi agak tertahan dan terdengar canggung.

INT. RUANG KELAS - DAY

Ito dan beberapa temannya sedang duduk melingkar di lantai. Di tengah-tengah perbincangan, ada satu orang yang tiba-tiba memajukan tangannya dan menyela.

TEMAN SEKELAS COWOK 4

Eh keknya gue pernah mimpi gini deh.

TEMAN SEKELAS COWOK 2

Gimana tuh?

LATSA

Terus, terus?

TEMAN SEKELAS COWOK 4

Iya ini keknya pernah ada di mimpi gue. Deja vu deh.

LATSA

Terus lo ditampol gak di mimpi lo?

Latsa menabok bahu teman sekelas cowok 4 dengan agak keras. Membuat semua orang yang melihatnya tergelak tertawa.

LATSA

Kalau ditampol juga di mimpi berarti iye.

Termasuk Ito, dirinya juga tertawa lepas.

ITO (V.O)

Tapi gue gak perlu khawatir. Kalau punya temen kocak kayak mereka, gue yakin gak akan butuh waktu lama buat gue bisa berdamai dan segera move on.

EXT. JEMBATAN ATAS SUNGAI - NIGHT

Ito memandangi layar hapenya yang mati.

ITO (V.O.)

Gue bersyukur dulu aplikasi ini muncul tiba-tiba di hape gue. Tapi gue udah gak butuh sihir atau alat ajaib apapun lagi. 

Cowok itu mengangkat hapenya jauh-jauh, siap menjatuhkannya. Ia pandangi permukaan sungai yang terlihat begitu jauh dari tempatnya berdiri.

ITO

Ini dia, udah saatnya.

Namun saat Ito hampir melepaskan seluruh genggamannya, ia mendengar suara benda terjatuh ke dalam air tidak jauh darinya. Ito menengok mencari sumber suara tadi.

Ternyata di sana ada seorang PRIA DEPRESI (30) yang berusaha menaiki pembatas jembatan. Lelaki ini memakai kemeja putih dengan beberapa kancing terbuka, serta dasi yang tidak rapi sama sekali. Hidungnya kemerahan dan matanya setengah menutup, persis seperti orang mabuk berat.

Ito menghampiri pria itu dan memanggilnya.

ITO (CONT’D)

Bang, gue tau kita cuma orang asing. Dan gue juga gak terlalu peduli sama hidup lo. Tapi, bentar deh. Gue gak siap ngelihat orang bunuh diri langsung di depan mata gue.

PRIA DEPRESI

(suara meninggi)

Bacot lo bocah! Percuma kalau mau nyegah gue. Tekad gue udah bulet sekarang.

Ito celingukan mencari orang lain yang barang kali bisa menolong. Tapi mereka benar-benar hanya berdua malam itu. 

ITO (V.O.)

Gue harus bilang apa anjir? Kalau salah ngomong gimana?

Ito menggaruk kepalanya cepat dengan kedua tangan.

PRIA DEPRESI

Lagian lo tau apa cil? Hidup lo tuh masih panjang. Sedangkan gue udah gak punya kesempatan lagi. Gue ini manusia gagal.

Mengengar kalimat itu Ito sempat terdiam. Dengan badan trlegak kaku dan wajah agak menunduk.

ITO

Jangan sekali-sekali-

Ito menarik paksa pria tadi turun dari pembatas, membuatnya jatuh ke lantai jembatan dengan cukup keras. Lelaki itu mencoba berdiri dengan sempoyongan, tangan kanannya mengepal dan mengambil ancang-ancang.

PRIA DEPRESI

Bocil sialan. Attitude lu mana anjing?! Gue ini lebih tuaaa.

ITO

Jangan sekali-sekali bilang kalau lo udah gak punya kesempatan!

Sebuah tinju melayang keras ke wajah si pria depresi. Disusul dengan tendangan lutut tepat di perutnya.

PRIA DEPRESI

Bajingan!

Pria itu balas memukul perut Ito, lalu meng-uppercut dagu Ito.

Kini mereka berdua saling mencengkram kerah baju lawannya, dengan tangan yang lain sudah mengepalkan tinju dan siap memukul.

ITO

Apa yang sebenernya lo pengin bang? Apa penyesalan terbesar lo?

PRIA DEPRESI

Apa peduli lo? 

ITO

Gue gak tau penderitaan yang lo rasain. Gue juga gak bisa ngejamin kalau lo terus bertahan hidup lo akan membaik. Tapi gue tau satu hal, kalau kesempatan kedua itu selalu ada.

EXT. DEPAN MESIN MINUMAN - NIGHT

Pria depresi melemparkan kaleng minuman kepada Ito. Yang ditangkap dengan kesusahan dan hampir terjatuh. 

Lalu pria itu duduk di samping Ito. Ia buka kaleng soda itu, lalu menegaknya. Pria itu tidak mengatakan apapun, hanya memandangi jalan raya jauh di depan yang dilalui banyak kendaraan.

ITO

Bang, sori nih kalau lancang, lo ada penyesalan gitu kah di masa lalu? Sampai kepikiran buat bunuh diri gini.

Pria itu menrauh kaleng minuman di sampingnya. Lalu kedua tangannya ke belakang dan menjadi penyangga tubuhnya yang kini seperti posisi menyender. Kepalanya agak mendongak memandang ke langit depan.

PRIA DEPRESI

Penyesalan kah? Banyak banget kayaknya. Hahaha.

Ia menutup mata, menarik napas dan menghembuskannya, baru kemudian melanjutkan kalimatnya.

PRIA DEPRESI (CONT’D)

Seandainya gue lebih mikirin masa depan gue. Seandainya dulu gue gak ngabisin masa muda buat main game doang. Seandainya gue bisa ngulang semuanya dari awal.

ITO

Lo inget gak waktu spesifik yang jadi titik awal dari penyesalan lo sekarang?

Sang pria depresi kembali ke posisi duduk tegak, ia memegang dagunya.

PRIA DEPRESI

Kapan ya, mungkin umur-umur 19 tahun kali ya, pas gue baru setahunan lulus SMA.

Ito agak tersenyum. 

ITO

Gue punya hadiah buat elo, Bang.

Ito segera mencari hapenya dan membuka aplikasi second chance. 

PRIA DEPRESI

Hadiah? Gajelas banget lu. Tiba-tiba ngasih hadiah.

Ito menyerahkan hapenya.

ITO

Nih.

PRIA DEPRESI

Gue udah punya hape sendiri cil, gak butuh gue.

ITO

Udah pegang dulu aja.

Akhirnya pria itu mau memegang hape Ito. 

ITO (CONT’D)

Pencet tombolnya.

PRIA DEPRESI

Yang mana? Ini?

Ia tekan tombol abu-abu kehitaman itu. Sehingga berubah menjadi hijau.

ITO

Sekarang lo bayangin lagi, waktu spesifik pas umur lo 19 tahun tadi. Sama tempat spesifiknya. Sambil lo tutup mata lo, jangan dibuka dulu sampai, 5 detikan lah.

Mata orang itu terpejam.

PRIA DEPRESI

(ke Ito)

Awas ya lo kalau ngerjain gue.

(ngedumel berbicara sendiri)

Lagian mau-mauan aja dah gue disuruh-suruh sama ni bocah.

INT. WARNET - NIGHT - 11 TAHUN YANG LALU

Ada seorang pemuda 19 tahun yang duduk di dalam salah satu bilik warnet, dengan mata tertutup. Tangannya masih di posisi yang sama seperti saat memegang hape tadi, namun kali ini hape yang dipegangnya berubah menjadi bungkus rokok.

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA

Woi, cil. Udah belum? Udah boleh melek belum nih gue? Ni bocah kemana sih?

Mata pria depresi remaja membuka perlahan, mengerjap-ngerjap.

Di depan kanannya, ada asbak dan puntung rokok yang tinggal setengah. Di depan kirinya ada es kopi yang masih dua pertiga gelas. 

Kepalanya menoleh ke berbagai arah dengan cepat. Pemuda itu lantas berdiri, memperhatikan sekeliling. Belum puas, pemuda itu beranjak keluar dari biliknya dan melihat seluruh penjuru warnet sampai ke pojok-pojok. Cowok itu menampar pipinya sendiri.

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA (CONT’D)

(menggerang sakit)

Aww.

Ucapnya sambil menggosok pipi yang baru ia tampar.

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA (CONT’D)

Ini bukan mimpi.

Terdengar suara notifikasi dan getaran ponsel dari saku celananya. Ia cari, dan akhirnya menemukan sebuah ponsel yang sama dengan milik Ito. 

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA (CONT’D)

Ini hape bocah tadi.

Ia buka notifikasi yang muncul di atas layar. Lalu layar hapenya menampilkan tulisan "Selamat datang di kesempatan kedua. Ingat, selalu ada kesempatan untuk mencoba lagi". Yang kemudian menghilang dan berganti menjadi logo panah melingkar berwarna abu-abu.

Pria itu melihat tanggal di hapenya. Lalu ia lihat-lihat hape di tangannya dari berbagi sisi. 

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA (CONT’D)

Hape ini belum keluar di tahun ini. 

Ia pukulkan pelan hape itu ke tangan.

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA (CONT’D)

Asli.

Ia merogoh sakunya yang lain. Mengeluarkan hape lain. Di sana ada rentetan chat dari Ibunya yang menyuruhnya pulang. Senyum tipis muncul di bibirnya. Lelaki itu kembali ke bilik tadi. Ia ambil jaketnya yang tergantung di bilik dan memakainya, tak lupa ia habiskan es kopinya. 

Lalu ia pun berjalan menuju pintu keluar. Saat hampir sampai di depan pintu, ia sapa seorang cowok lain yang duduk di kursi tunggu.

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA (CONT’D)

Woi bro, itu bilik 5 pakai aja. Sayang paket begadangnya masih aktif. 

PELANGGAN WARNET

Hah, serius bro? Lu mau kemana emang?

Lelaki itu menjawab dengan senyuman lebar.

PRIA DEPRESI VERSI REMAJA

Gue mau memperbaiki hidup gue dan ngulang lagi semuanya dari awal. 

Setelah mengucapkan itu, si pria depresi keluar dari warnet dengan wajah yang berseri.

INT. KORIDOR LANTAI DUA - DAY

Ito berdiri di pinggir koridor, memegang tembok pembatas sebagai sandaran dadanya. Memandangi para siswa ekskul basket yang sedang latihan di lapangan. 

ITO (V.O.)

Setelah gue ngulangin waktu untuk terakhir kalinya, kejadian berikutnya sama aja selama tiga tahun ini. 

Ito menyobek ujung pembungkus coklat batangan.

ITO (V.O.)

Yah, kecuali bagian di mana gue deket sama Imel.

Lelaki itu menggigit ujung coklat dan mengunyahnya.

ITO (V.O.)

Nyebelin juga sih rasanya. Berarti kan, semua kenangan itu bisa dibilang gak pernah terjadi ya? 

Mulutnya bergerak-gerak mengunyah coklat.

ITO (V.O.)

Gue gak pernah ngobrol panjang sama Imel. Gak pernah makan bareng, nonton bareng, pelukan. Intinya gue gak pernah pacaran sama Imel sama sekali. Setidaknya di garis waktu ini.

Ito tertunduk lesu, menelungkupkan wajahnya sampai tak terlihat. Badan dan tangannya menggantung di pagar pembatas.

ITO

Anjir lah, kok kedengerannya menyedihkan banget ya.

Saat kembali mengangkat wajahnya, Ito melihat di bawah ada Imel yang sedang berjalan bersama laki-laki asing dari kelas lain.

Ia hanya memandangi mereka dengan tatapan datar sambil melanjutkan memakan coklat. Senyum tipis muncul dari bibirnya.

ITO (V.O.)

Tapi gue ikut seneng sih bisa ngelihat dia bahagia gitu.

Tiba-tiba ada batang coklat lain yang memukul kepalanya. 

LATSA

Woi, ngapain lu? Masih aja ngintipin cewek dari jauh? Emang freak dasar.

Ito merebut coklat itu dan ingin membalas memukul Latsa.

ITO

Resek lu.

Tapi Ito berhenti setelah melihat ternyata Latsa datang berdua bersama Vivi.

LATSA

Lo kelamaan sih, To. 

ITO

Gak usah mulai deh.

LATSA

Itu coklat buat lu aja, hati gue lagi bahagia soalnya, hahaha.

Latsa sudah akan pergi bersama Vivi, tapi ia berhenti sebentar dan berbalik.

LATSA (CONT’D)

Eh iya, besok jadi lari bareng kan kita?

ITO

Iya gampang.

Ketika Latsa sudah jauh, Ito memandangi coklat pemberian Latsa. Lalu tersenyum lebih lebar.

ITO (CONT’D)

Gak ada yang perlu disesali sih. 

Beberapa saat setelah Latsa pergi, datang Kalya yang membawa beberapa kertas sertifikat. 

KALYA

Nah, ketemu juga. Ito, ini gue mau titip sertifikat buat Maria. Tapi ini sori gak tahu kenapa kok bisa nama lo doang yang gak ada.

Ito menerima sertifikat yang terdapat nama "Maria Vincenciolla". 

ITO

Ya udah sih, Kal. Mungkin kelewat aja nama gue. Kayaknya karena gue cuma karakter sampingan makanya gampang dilupain gitu. Ahaha.

KALYA

Ih, kok gitu sih mikirnya. 

Kalya mencondongkan badannya ke depan, menunjuk tepat di wajah Ito.

KALYA (CONT’D)

Lo itu tokoh utama dalam kehidupan lo sendiri.

Tubuh Ito agak mundur, wajahnya sedikit tersipu. Terlihat dari matanya yang membuka lebar menatap wajah Kalya, namun segera menengok ke samping dan melihat arah lain.

ITO

(dengan suara lirih)

Manisnya.

Kalya yang juga ikut tersipu mundur dan menutup wajahnya dari hidung ke bawah dengan kertas sertifikat.

Ito sendiri dengan panik, dengan tangannya yang bergerak-gerak berusaha menjelaskan kepada Kalya.

ITO (CONT’D)

Eh gak gitu Kal, maksud gue lo gak manis. Eh bukan, maksudnya yang manis itu senyum lo. Eh bukan, aaahhh, kenapa jadi begini sih?

Ito menutup wajahnya dengan salah satu telapak tangan.

KALYA

Lo itu aneh banget sih, To. Kadang-kadang bisa keren, tapi kadang-kadang bisa imut kayak gini. Tapi justru sih, yang bikin gue jadi su-

Begitu sadar, Kalya menghentikkan kalimatnya.

ITO

Hah? apa Kal? Sori gue gak denger.

KALYA

Enggak, gapapa.

KALYA (V.O.)

Kalya bego, lu hampir kelepasan tuh.

Kalya kembali menutup wajahnya dengan sertifikat. Bahkan kali ini matanya juga hampir ikut tertutup.

ITO

Bisa lupain adegan tadi aja gak? Kayaknya ini gue lagi ngelantur karena grogi aja deh. Soalnya berduaan dan ngobrol sedeket ini sama cewek secantik elo.

Ujung bibir Kalya yang sudah tidak lagi tertutup kertas bergerak seperti akan naik, tapi terlihat jelas bahwa dia berusaha keras menahannya agar tidak menyunggingkan senyum. Dia malah memukul Ito dengan kertas sertifikat.

KALYA

Apaan sih, To. Udah lah ya, gue harus cabut dulu. Masih harus ngebagiin ini ke yang lain.

Gadis itu pun pergi.

ITO (V.O.)

Ya Allah malu banget. Seandainya gue masih punya second chance. 

Ito lalu juga beranjak dari sana, ke arah yang berlawanan dengan Kalya. Ia berjalan dengan santai, sambil sesekali melihat sekeliling.

ITO (V.O.)

Tapi iya ya. Kalau diinget-inget, gue hampir gak pernah makai second chance pas ngobrol sama Kalya. Dan entah kenapa, kami bisa ngalir aja gitu. Beda sama pas gue sama Imel. Gimana kalau ternyata...

Di suatu tempat di koridor lantai dua, Ito melihat cowok punchline 2 berlutut dengan membawa bunga mawar. Bunga itu dia ulungkan kepada cowok punchline 1 yang berdiri dengan kaki agak menyilang, kepala sedikit menoleh ke samping bawah, dan satu tangan menutupi mulut. Layaknya pose imut seorang gadis yang sedang tersipu malu.

COWOK PUNCHLINE 2

Saranghae, nae yeojachinguga doeeojwo.

Mata dan mulut Ito sama-sama terbuka lebar melihat hal itu.

Ketika tangan si cowok punchline 1 hendak mengambil bunga, tiba-tiba si cowok puncline 2 tersenyum jahat.

COWOK PUNCHLINE 2 (CONT’D)

Hem, naif sekali. Tanpa sadar kau telah masuk ke dalam perangkapku.

Cowok punchline 1 mengangkat kedua tangan dengan gestur tubuh agak tersentak ke belakang, seperti kaget karakter di sinetron. 

COWOK PUNCHLINE 1

NANI?!

Cowok punchline 2 membuang bunga itu, lalu dengan tangannya yang lain langsung menyerang dan mendorong perut cowok punchline 1. Sampai-sampai tubuh orang itu terdorong menempel ke tembok. 

COWOK PUNCHLINE 2

Chidoriii....

Saat terkena serangan itu, seluruh badan si cowok punchline 1 bergetar seperti orang ayan.

Di sisi lain Ito segera melanjutkan jalannya, dan kini dengan langkah yang lebih cepat. Ketika melewati mereka, Ito menutup wajahnya dari samping, agar tidak terlihat oleh dua orang itu. Sepanjang jalan Ito berbicara sendiri.

ITO

Pahit pahit pahit pahit pahit.

EXT. PARKIRAN BELAKANG - AFTERNOON

Di suatu tempat di tembok, di antara gambar dan tulisan grafiti lainnya. Ada gambar seorang stop contact berjenis kelamin perempuan yang sedang dibonceng oleh garpu laki-laki yang memakai jaket kulit dan kacamata hitam. Lalu di pinggir jalan ada kabel colokan laki-laki membawa bunga mengamati mereka.

Ito memakai helmnya, kemudian menyalakan motornya dan pergi dari parkiran.

INT. GEDUNG PERTUNJUKKAN - NIGHT

Di panggung, sebuah band mengumandangkan lagu pop bernada riang. Satu-persatu murid maju ke depan, berjoget di depan panggung dengan semangat. Teman-teman sekelas Ito juga mulai maju. Latsa mengayunkan tangan mengajak Ito ikut maju, tapi Ito hanya melambai tanda tak mau.

Ito hanya duduk di sana, mengambil gelas lalu meminumnya.

ITO (V.O.)

Sekarang gue paham. Gue emang bukan tokoh utama di dunia ini. Dunia gak akan membengkok dan bergerak sesuai keinginan gue. 

Dari belakang panggung, ada Kalya yang memakai seragam panitia melirik ke arah Ito, meski cowok itu tidak menyadarinya.

ITO (V.O.)

Dan emang, mengakui kalau diri kita ini gak spesial itu menyakitkan, tapi sekaligus melegakan. Mungkin sampai mati pun gue gak akan pernah jadi orang hebat yang ngasih dampak besar ke dunia ini. 

Kalya berjalan seperti akan mendatangi Ito.

ITO (V.O.)

Tapi sekarang gue sadar, bahwa itu gapapa. Karena ternyata, semua orang adalah tokoh utama dalam cerita mereka sendiri, sekaligus jadi figuran di cerita orang lain. Jadi, gue cuma perlu nemuin orang yang nganggep diri gue ini penting.

Kalya duduk pada kursi kedua di kiri Ito. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa, hanya sesekali melirik ke arah Ito. 

ITO (V.O.)

Gue gak butuh benda ajaib apapun. Gue cuma harus membuka mata lebar-lebar, dan gak membatasi diri dari segala kemungkinan yang datang.

Ito berpindah tempat duduk ke kiri, kini ia dan Kalya bersebelahan.

ITO

Hei, Kal. Gue gak tahu kalau lo jadi panitia.

Kalya menatap Ito seklias, sebelum melihat ke arah lain.

KALYA

Ehh iya nih. Iseng-iseng aja gue. Buat nambah pengalaman. Hehe.

Ito sendiri pun yang salting mengambil gelas, meneguk minuman dengan mata tertutup. Dilanjutkan dengan mengatur napasnya. Setelah tenang, ia taruh kembali minumannya. 

ITO

Oh iya Kal, gue boleh minta nomer hape lo gak? Gue belum siap kalau gak bisa ketemu lo lagi setelah lulus nanti.

END

AFTER CREDIT SCENE :

INT. KAMAR ITO - DAY

Latsa memperhatikan Ito yang sedang membuka paket.

LATSA

Bisa-bisanya lo seberuntung ini, To. Masak belum ada seminggu hape lo rusak langsung menang giveaway.

Ito melihat ke arah Latsa dengan tangannya yang masih sibuk berusaha membuka paket.

ITO

Gue abis dari masa depan, Sa. Makanya gue bisa tahu jawaban kuisnya.

Paket itu pun terbuka. Ada sebuah kotak kecil pembungkus handphone. Kemudian dikeluarkannya handphone dari sana.

ITO

Wooo, mantap.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar