Rentang Kisah Paling Dalam
3. 3, Cerita Nek Melur, scene 8-22

 

8. INT. RUANG MAKAN–RUMAH AJIDARMA–MALAM

PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, AYU

 

Ajidarma sudah duduk di kursi. Larasati dan Ayu sibuk menyiapkan piring dan meletakkan lauk pauk di atas meja. Ajidarma memecah kesibukan mereka.

 

AJIDARMA

Temanmu tadi cantik ya. Udah punya pacar?

 

AYU

Mmm… Mas Aji jatuh cinta ya?

Tanya saja sendiri. Nggak segampang itu, Mas. Dia bukan tipe cewek yang gampang jatuh cinta.

 

Ayu meletakkan piring untuk Ajidarma.

 

AJIDARMA

Katakan mas Aji kirim salam.

 

AYU

Kenapa gak kirim duit? Bosan kirim salam mulu.

Harus ada sesajennya.

 

AJIDARMA

(mendegut ludah dengan getir)

Mas Aji belum gajian. Lagi tanggal tua.

 

AYU

Tanggal tua ngapain pulang? Mau minta uang lagi sama ibu untuk jajan?

(mengejek)

 

AJIDARMA

Mas Aji kangen ibu, wekk...

 

Ajidarma mencubit hidung Ayu sampai ia memekik.

 

AYU

Aww… Sakit, mas Aji. Ihhh…

Udah hidung pesek dicubit pula.

 

AJIDARMA

Makanya minta hidung itu yang mancung kayak mas Aji.

(meledek sambil cengengesan.)

 

AYU

Emangnya bisa request?

(melirik ke ibu.)

 

Ajidarma cengar-cengir dipelototin Larasati.

 

AYU

Aku gak dirinduin ya?

(sewot sambil duduk di kursinya)

 

AJIDARMA

Gak. Mas Aji cuma rindu ibu.

 

AYU

Rindu duitnya? Huh, manja.

 

AJIDARMA

Biarin. Wek…

(mencibirkan bibir)

 

LARASATI

Sudah-sudah ah. Udah malem juga pada ribut.

Malu tuh di dengerin tetangga.

 

AYU

Mas Aji tuh, Bu. Dia lagi jatuh cinta ama temenku, cuma kirim salam aja. Gak mau kirim duit. Gak punya modal. Hahahaha…

 

Larasati hanya menggeleng-gelengkan kepala.

 

FADE OUT

 

9. INT. TERAS DEPAN–RUMAH AJIDARMA–SIANG

PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI

Ajidarma asik di depan laptopnya. Sesekali ia melamun. Kemudian Larasati keluar dari dalam rumah sambil membawa bungkusan.

 

LARASATI

Ji, temeni ibu yuk. Ibu mau mengantar makanan ini ke rumah Nek Melur.

 

Ajidarma terhenyak dari tempat duduk.

 

AJIDARMA

Nek Melur?

 

LARASATI

Iya. Sudah lama ibu tidak berkunjung ke rumahnya

 

 Ajidarma mematikan laptopnya kemudian menutup layarnya. Ajidarma membawa laptopnya ke dalam rumah, lalu keluar lagi.

AJIDARMA

Kita berangkat sekarang, Bu?

 

Ibu mengangguk. Ajidarma memakai jaketnya, kemudian ia keluar dan menuju sepeda motor.

 

CUT TO

 

10.  EXT. JALANAN AREAL PERKEBUNAN TEMBAKAU–SIANG

PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI

Tampak Ajidarma dan Larasati mengendarai sepeda motor.

 

CUT TO

 

11.  INT. RUANG TAMU–RUMAH MELUR–SIANG

PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, MELUR (75 tahun)

 

Larasati masuk ke rumah Melur sambil menyapa, sedangkan Ajidarma mendekati melur dan berusaha bertanya-tanya.

 

AJIDARMA

Bagaimana kabarnya, Nek?

 

Melur menoleh dan menatap Ajidarma tajam.

 

MELUR

Baik. Kamu siapa?

 

AJIDARMA

Saya Ajidarma, Nek. Cucunya Saman.

 

Melur tersenyum lalu mencomot-comot pipi Ajidarma. 

 

MELUR

Cucu Saman toh… Sudah lajang, ganteng lagi.

 

Ajidarma hanya tersenyum keki. Sementara Larasati ngobrol ngalur ngidul dengan saudara Melur. Melur bercerita kisah masa lalunya setelah Ajidarma bertanya.

 

FLASH BACK TO TAHUN 1933

 

12.    EXT. PERKEBUNAN TEMBAKAU – SIANG

PEMAIN: BEBERAPA BURUH, BEBERAPA SERDADU BELANDA, MELUR (17 TAHUN)

 

Situasi tegang. Ada dua buruh yang ketangkap menyelundupkan daun tembakau. Mereka diikat tangannya, kemudian ditembak mati. Terlihat kapten Belanda yang bengis. Melur tampak ketakutan. Kemudian mereka pergi begitu saja dengan kuda.

 

CUT TO

  

13.    EXT. PERKEBUNAN TEMBAKAU – SIANG

PEMAIN: MELUR (17 TAHUN), SAMAN (22 TAHUN), ABDULLAH (25 TAHUN), BEBERAPA SERDADU BELANDA.

 

Melur berjalan di areal perkebunan. Tiba-tiba ia mendengar suara cuitan dari arah belakang. Melur menoleh dan ia melihat Saman tersenyum padanya. Saman menghampiri Melur, sedangkan Melur masih tampak gelisah.

 

SAMAN

Aku rindu padamu, Melur. Sudah dua Minggu kita tidak bertemu.

 

MELUR

Aku takut, Mas. Tadi ada buruh kebun yang ketangkap.

Mereka dibunuh.

(bergidik)

 

SAMAN

Tapi tidak ada yang bisa memisahkan cinta kita, Melur. Kamu jangan takut. Masih ada mas Saman di sini.

MELUR

Tapi, mas... Aku takut kehilanganmu.

 

Saman memeluk Melur dengan hangat sambil membelai rambutnya yang tergerai. Melur hanya tersenyum. Hatinya bahagia dan dibalut rasa khawatir. Tiba-tiba saja mereka dikepung beberapa serdadu Belanda dan satu pribumi. Mereka terkejut.

 

SERDADU 1

Sedang apa kalian?!

 

Melur tampak ketakutan. Saman melepaskan rengkuhannya.

 

SAMAN

Kami tidak ada hubungan apa-apa dengan kalian.

Apa mau kalian?

 

Saman melirik Abdullah yang sudah bekerja sama dengan Belanda.

 

ABDULLAH

Kau jangan berkilah, Saman. Lepaskan Melur dan pergi dari sini.

SAMAN

Cueh... ternyata kau yang telah menghianati negeri ini Abdullah. Apa mau mu?!

 

ABDULLAH

Kekayaan! Dan lepaskan Melur. Tangkap dia tuan.

 

Ketiga serdadu Belanda itu pun menangkap Saman. Saman merontah.

 

SAMAN

Kau tidak berhak menangkapku, Abdullah!

Bajingan kau!

 

Ketiga serdadu tidak peduli dan terus menggiring Saman. Abdullah membawa Melur. Melur tampak ketakutan dan sedikit meronta ketika Abdullah memegang tangannya.

 

CUT TO

 

14.    INT. PENJARA – SIANG

PEMAIN: SAMAN 

 

Saman terpaku dengan pandangan kosong di dalam penjara.

 

CUT TO

 

15.    INT. RUANG KAPTEN – SIANG

PEMAIN: KAPTEN BELANDA, ABDULLAH

 

Kapten memberi beberapa imbalan ke Abdullah. Abdullah menerimanya dengan sedang hati.

 

KAPTEN

Kerja yang bagus. Kau harus selalu mengawasi laki-laki itu.

 

ABDULLAH

Baik, tuan

 

CUT TO

  

16.    INT. KAMAR MELUR – SORE

PEMAIN: MELUR

 

Melur menangis sedih di kamarnya. Ia cemas dengan Saman. Laki-laki yang dicintainya.

 

CUT TO

 

17.  EXT. PERKAMPUNGAN WARGA – MALAM

PEMAIN: BEBERAPA SERDADU BELANDA, WARGA KAMPUNG 

 

Api berkobar membakar beberapa rumah. Warga berlari menyelamatkan diri. Situasi panas dan tegang. Beberapa warga ditembak mati ketika melarikan diri. Melur ketakutan dan berkumpul di lapangan.

 

SERDADU 1

Jangan memberontak! Atau kalian akan mengalami nasip yang sama seperti mereka!

(sambil menunjuk beberapa mayat di tanah)

 

Beberapa serdadu memperhatikan warga yang duduk di tanah. Kemudian menarik Melur dengan paksa. Melur merota dan berusaha melepaskan diri.

 

MELUR

Lepaskan!!! Lepaskan aku!

 

SERDADU 1

Ayo ikut! Jangan melawan

(bahasa Belanda)

 

Serdadu itu membawa Melur.

CUT TO

  

18.  INT. SEBUAH KAMAR – MALAM

PEMAIN: KAPTEN BELANDA (MISTER BUCH), MELUR 

 

Kapten Belanda berpacuh di atas tubuh Melur yang terus meronta. Melur menangis sambil menggigit bibirnya. Setelah puas, laki-laki itu pun keluar dari kamar dengan penuh keringat. Melur masih tergeletak di tempat tidur.

 

MELUR

Banjingan! Biadab!

 

Tangis Melur pun pecah di malam itu.

 

DISSOLVE BACK TO SC.11

 

19.  INT. RUANG TAMU–RUMAH MELUR–SORE

PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, MELUR

Ajidarma masih asyik mendengarkan cerita melur, tiba-tiba saja Larasati menegurnya dan membuyarkan lamunan Ajidarma.

 

LARASATI

Sudah, Ji..? Ibu mau masak, ayo kita pulang.

 

Dengan berat Ajidarma beringsut dari tempat duduk dan pamit ke Melur.

 

AJIDARMA

Saya pamit, Nek. Besok kita cerita-cerita lagi ya.

 

Nek Melur hanya menganggu dan mengumbar senyum. Giginya sudah habis dan hanya gusinya yang terlihat.

 

CUT TO

  

20.  EXT. HALAMAN DEPAN-RUMAH AJIDARMA–SORE

PEMAIN: AJIDARMA, LARASATI, SALVINIA

Ajidarma memarkirkan sepeda motor di halaman depan. Ia melihat ada sepatu perempuan di teras. Ajidarma buru-buru masuk.

 

CUT TO

 

21.  INT. RUANG TAMU–RUMAH AJIDARMA–SORE

PEMAIN: AJIDARMA, MELUR

Ajidarma masuk ke ruang tamu dan ia melihat gadis cantik duduk dengan manis.

 

AJIDARMA

Assalamualaikum…

 

SALVINIA

Waalaikusallam…

 

AJIDARMA

Ayu di mana?

 

SALVINIA

Ayu lagi di kamar, Mas.

 

AJIDARMA

Mmmm…. Kamu sibuk gak nanti malam?

 

SALVINIA

Enggak…

 

AJIDARMA

Kita nongkrong yuk.

 

SALVINIA

Dimana?

 

Ajidarma menggaruk kepala yang tak gatal.

 

AJIDARMA

Atau kita nonton aja?

 

 

SALVINIA

Dimana?

 

Ajidarma tampak gugup.

 

AJIDARMA

Hhmm… di mana ya? Di bioskop.

 

Salvinia terkekeh sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.

 

SALVINIA

Daerah sini kan gak ada bioskop, Mas. Adanya cuma bangsal. Mas Aji mau nonton di bangsal tembakau?

 

Ajidarma menelan ludah dan semakin mulai gugup. Ajidarma semakin salah tingkah.

 

SALVINIA

Kita keliling perkebunan tembakau aja, Mas.

Kebetulan saya belum pernah keliling perkebunan.

 

AJIDARMA

Oh iya, ya.

(tertawa)

 

CUT TO

 

22.  EXT. PERKEBUNAN TEMBAKAU–SORE

PEMAIN: AJIDARMA, SALVINIA

MONTAGE

 

Tampak sepeda motor Ajidarma dan Salvinia di areal perkebunan. 

 

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar