mengantarkan pada kebahagiaan
4. Mengantar Pergi #4

17. (Int) Bandara keberangkatan Internasional. Siang

Pras, Yoga, Tara, dan Angga mengantar keberangkatan Dika yang sudah diterima untuk kuliah di Amerika. Suasana ramai. Mereka berkumpul bersama.

Dika memegang satu koper besar, koper kabin, tas gendong. Kedua orangtua asuh Dika dan adik perempuannya.

Tara: mini dress lengan panjang, rambut bondu.

Pras: kemeja lengan pendek dan celana jeans pake jam tangan, sepatu covers.

Angga: jaket kulit coklat, daleman kaos, rambut spike panjang, sepatu kulit bertali.

Yoga: celana jeans, polo shirt, sandal sepatu gunung.

Dika memeluk satu per satu temannya bergantian, mengucapkan beberapa pesan.

Angga

Sukses ya Bro!

Angga memeluk Dika, Dika membalasnya.

Dika

Lo juga, adem pikiran di sana. Gua balik jadi ustad ya.

Angga

Minimal bisa ngaji sama sholat dulu, biar bisa do’ain ortu gua.

Dika melepas pelukan Angga dilanjutkan dengan memeluk Pras.

Pras

Jangan di asrama melulu di sana, ikut organisasi.

Dika

Ya ya ya, buat itu gua ga janji ada nilai yang harus gua kejar.

Lepas dari Pras, Dika memeluk Yoga.

Yoga

Ahh, sobat gua ini paling keren. Dik gua bangga sama lo sumpah, aset sekolah yang berhasil jadi aset negara dan sekarang menuju aset dunia.

Dika

Lo juga keren, jaga diri lo baik-baik. Gua titip Tara.

Seketika yoga terdiam, namun ia langsung mengambil alih pembicaraan ketika yang lain mulai memperhatikan.

Yoga

Pastinya.

Dan yang terlahir Tara, Dika memeluk Tara. Pelukan yang tidak biasa, Tara pun tanpa sadar air matanya sudah mengalir, pelukan paling lama tidak ada yang mencoba mengakhiri sekalipun orangtua angkat Dika. Beberapa orang lalu lalang memperhatikan namun berlalu begitu saja.

Dika

Ra ... Tara 

Tara hanya menangis, semua membiarkan pelukan terbaiknya ia berikan pada Dika.

Dika sambil memegang kedua wajah Tara dengan kedua tangan.

Dika

Tara dengar aku, ada Yoga yang bisa jagain kamu. Ada Yoga yang bisa nemenin kamu kemanapun kamu mau, dan ada Yoga juga yang bakal sama kamu terus.

Dika dan Tara melihat ke arah Yoga, semua mendengar apa yang dikatakan Dika. Dan lagi-lagi tidak ada yang menghalau keduanya. Mereka dibiarkan begitu saja, berbicara. Yoga pun hanya kembali melihat tatapan Dika dan Tara tanpa bisa berkata apapun.

Dika

Ra, aku pamit ya.

Tara hanya mengangguk, air matanya masih mengalir. memejamkan mata sedalam mungkin, lalu menghirup nafas. Tara pun berupaya bicara dengan terbata-bata.

Tara

Di sini kita bukan mengantar lo pergi aja Dik, di sini kita saling mengantarkan ke tujuan masing-masing. Pertemuan kita yang sama-sama kena hukum waktu ospek karena sama-sama terlambat masuk, pertemuan yang gak baik-baik. Di sini maafin gua, karena gak bisa baik-baik buat mengantarkan ini semua.

Pras tak kuasa menahan air matanya, ia pun tanpa sadar meneteskan air mata tersebut.

Angga ia pun sama menahan air matanya, kepalanya ia tenggakan ke atas walau air mata itu tetap mengalir.

Yoga mengambil alih Tara, di peluknya, di usap bagian kepala Tara. Lalu disusul dengan Pras, Dika, dan Angga.

Pras

Gua gak kuat nahan sedih gua dari tadi asli. 

Angga

Gua apalagi, Ra lu yang paling bisa bikin ketawa-ketawa elu juga yang bisa bikin kita melow gini. Playboy ikan cupang bisa nangis.

Angga sambil mengusap air mata dari pipinya.

Pras

Napa lu takut di lihat mantan?

Yoga

Lu takut di lihat senior hahaha.

Mereka saling tersenyum.

Dika

Ngga, buat besok udah beres persiapan mondoknya?

Angga

Udah boss aman.

Tara

Siapa yang nganterin?

Angga

Supir sama bu Nani yang jagain gua dari kecil.

Yoga

Gua anterin ya, ada mobil kok.

Angga

Ga usah, makasih Ga. 

Dika

Hmmh.

Dika menghela nafasnya.

Dika

Ini bukan perpisahan, kita bertemu dalam doa gak ada yang lebih romantis dari itu, raga tak bertemu tapi doa tak surut. 

Dika

Gua jalan, kalian juga.

Dika melambaikan tangannya dan masuk dalam ruang tunggu penumpang, Tara, Yoga, Pras dan Angga pun melambaikan tangan dan berpisah satu sama lain.

Nadin Amizah Rumpang: banyak yang tak ku ahli begitu pula menyambut mu pergi.

Tara (VO)

Pertemanan kami bukan sekedar teman anak remaja, seperti kulit dan urat nadi. Begitu dekat dan saling merasakan, mengangkat beban bersama nafas mereka juga nafasku. Empat sehat lima sempurna, kata satu sekolah. Kami tidak pernah menamainya, gak ada namanya, banyak yang iri, aku sendiri pernah hampir di bully karena terlalu dekat dengan Angga yang banyak cewenya, padahal Angga semalem abis di tampar sama ayahnya karena belain ibunya. Kami Saling melindungi, tidak boleh ada yang terluka, jika luka itu ada membasuh bersama walau tak benar-benar sembuh.

Sambil berjalan menelusuri setiap lorong bandara, menaiki mobil, menaiki mobil menelusuri tol cipularang arah ke Bandung bersama kedua orangtua Tara.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar