LUBANG HILUM: TANDA LAHIR (SEASON 2)
10. Scene 101-116

101. EXT. RUMAH MALIKA - DEPAN RUMAH - SORE

Cast: Hilman, Malika

Hilman berdiri di depan rumah Malika. Tidak lama setelah itu Malika muncul.

MALIKA

Hilman.

HILMAN

Surat kemarin.

MALIKA

Hmm ... belum ada balasan dari Yumna sih.

Hilman terlihat hanya diam lalu menundukkan kepalanya.

MALIKA (CONT'D)

Yang sabar Hilman, mungkin Yumna butuh waktu dulu.

Malika terlihat memegangi kedua pundak Hilman.

MALIKA (CONT'D)

Entar juga pasti dia balas.
(Beat)
Semangat ya.

Malika terlihat tersenyum kepada Hilman.

Hilman tampak kurang nyaman pundaknya dipegang Malika. Lalu Malika melepaskkan tangannya dari pundak Hilman.

MALIKA (CONT'D)

Semangat.
(Tersenyum)

Hilman hanya diam dan terlihat mengangukkan kepalanya.

CUT TO:

102. EXT. KANTIN KAMPUS — SIANG

Cast: Yumna, Malika, Lana Nugraha

Yumna dan Malika duduk di meja kantin.

Kita melihat di meja mereka ada dua mangkuk bakso dan dua gelas es teh.

YUMNA

Eh iya ini.

Yumna terlihat menyerahkan surat.

MALIKA

Apa nih? balasan surat kemarin.

YUMNA

Iya.
(Tersenyum)

MALIKA

Ya ampun udah hampir satu minggu baru dibalas
(Beat)
Hmm aku, boleh baca juga ga?

Yumna terlihat salah tingkah dan tersenyum.

YUMNA

Janganlah.

MALIKA

Iya enggalah, bercanda aja.

Malika terlihat tertawa dan Yumna terlihat tersenyum.

Tiba-tiba Lana Nugraha datang menghampir Yumna dan Malika.

LANA NUGRAHA

Hi Yumna ....
(Tersenyum)

YUMNA

Hi ....
(Tersenyum)

MALIKA

Duh jadi apa aku di sini ya.
(Beat)
Eh kita satu kelompokkan tugasnya Pak Yanto. Tar di mana kita ngerjain tugasnya?

LANA NUGRAHA

Di rumah aku aja.
(beat)
Entar Yumna aku jemput deh.

MALIKA

Lah aku gimana ga dijemput juga.

LANA NUGRHARA

Rumah kita kan berseberangan ya, tinggal jalan kaki ajakan bisa.

MALIKA

Hmm iya ... iya

Malika terlihat cemberut sambil terlihat menyuap mie baksonya.

CUT TO:

103. EXT. JALANAN — PAGI

Cast: Hilman, Malika

Kita melihat Hilman berjalan pelan sambil membawa jualannya.

HILMAN

Kue kacang, kacang tanah, kacang polong.

MALIKA

Hilman ....
(Teriak)
Terlihat Malika melambaikan tangan ke arah Hilman. Lalu berlari menghampiri Hilman.

MALIKA

Ini surat balasan dari Yumna.
(Tersenyum)

Malika menyodorkan surat ke arah Hilman.

HILMAN

Eh, terima kasih ya.

Hilman terlihat menyambut surat dari tangan Malika. Lalu menyimpannya dalam kantong bajunya.

MALIKA

Kenapa ga langsung dibaca aja?

HILMAN

Entar aja, pas udah sampai rumah.

MALIKA

Oh, eh iya mana kue kacang gratis buatku?

HILMAN

Bentar ....

Hilman terlihat berjalan ke arah pinggir jalan. Begitu juga dengan Yumna.

Hilman duduk jongkok di pinggir jalan membuka tobles lalu memasukan beberapa kue kacang dan beberapa bungkus kacang tanah dan polong ke dalam bungkusan plastik.

Hilman lalu memberikannya ke Malika.

HILMAN

Ini buatmu.

MALIKA

Wah banyak banget. Makasih ya.

Terlihat Malika menyambut bungkusan dari tangan Hilman.

HILMAN

Iya, aku juga berterima kasih denganmu, karena kamu aku bisa ngungkapin perasaanku ke Yumna.

Malika terlihat tersenyum sumringah.

CUT TO:

104. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — PAGI

Cast: Hilman, Yumna, Lana Nugraha

Hilman terlihat duduk bersandar di dinding tembok kamarnya. Sedang memandangi surat dari Yumna.

Hilman kemudian menyintip keluar lewat lubang.

Kita melihat dari lubang ada Yumna yang sedang dijemput Lana Nugraha.

Yumna terlihat sedang dibonceng Lana Nugraha menggunakan motornya.

Wajah Hilman langsung terlihat sedih dan murung.

Hilman dengan cepat membuka surat dari Yumna.

CU: ke arah surat; Hi Hilman, makasih ya udah nulis surat untukku. Oke aku bakalan cintai diri aku sendiri. Tapi aku ga bisa mencintaimu Hilma, karena udah ada pria lain yang mencintaiku dan aku juga mencintainya. Aku harap kamu bisa ngerti ya. Semangat Hilman, hmm tentunya kita bisa jadi sahabat aja kan.

Dari Yumna untuk Hilman

Kita melihat Hilman mematung dan wajahnya tampak sedih. Hilman jatuh terbaring di lantai.

Hilman kembali teringat kata-kata dari dua pembeli kacang pertama

CUT TO:

105. EXT. PINGGIR JALANAN — SIANG (FLASHBACK)

Kembali ke scene 61

Cast: Hilman, 2 pembeli kacang

PEMBELI KACANG KEDUA

Ih apaan sih harusnya dia bisa sadar diri ya, mana mau aku sama cowok jelek kaya dia.
(Beat)
Pada kenyataannya, orang jelek cocoknya sama orang jelek juga.

PEMBELI KACANG PERTAMA

Bener juga sih.

CUT TO:

106. INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU — PAGI

Cast: Bapak Kamaludin, Ibu Markonah

Bapak Kamaludin duduk di lantai memasukkan kue kacang ke dalam toples jualannya dari loyang kue.

Bapak Kamaludin sesekali menoleh ke arah pintu kamar Hilman.

Ibu Markonah muncul dari pintu tempat cucian. Membawa keranjang pakaian plastik yang terisi penuh dengan pakaian.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman udah lari pagi ya Bu?

IBU MARKONAH

Ga tau, belum ada liat dia keluar kamar perasaan.

Bapak Kamaludin menoleh ke arah pintu kamar Hilman.

Tidak lama Bapak Kamaludin berdiri lalu berjalan menuju pintu Hilman setelah sampai di depan pintu kamar Hilman, ia lalu mengetok pintunya.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman ....
(Beat)
Masih tidur Nak?
Hilman ....

IBU MARKONAH

Udahlah Pak, paling dia juga bakal keluar sendiri kalau udah kelaparan.

Bapak Kamaludin menatap Ibu Markonah.

BAPAK KAMALUDIN

Baiklah ..., bapak berangkat jualan dulu.

Kita melihat Bapak Kamaludin mengangkat dua tobles dan berjalan menuju pintu keluar.

CUT TO:

107. INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU — SIANG

Cast: Ibu Markonah

Ibu Markonah duduk di lantai sedang melipat pakaian lalu menoleh ke arah jam dinding.

Kita melihat ke arah jam di dinding yang sudah menunjukan pukul 13.00.

Wajah Ibu Markonah marah lalu menoleh ke pintu kamar Hilman, kemudian ia meletakkan pakaian di lantai.

IBU MARKONAH

Bahaya ini.

Lalu berjalan cepat menuju pintu kamar Hilman setelah sampai di depan pintu kamar Hilman, ia lalu mengedor pintunya.

IBU MARKONAH (CONT'D)

Hilman ....
(Teriak)
Kamu ga jualan, siapa yang akan bayar hutangmu.

IBU MARKONAH (CONT'D)

Bahaya ini.
(Wajah kesal)
Kalau kamu tidak keluar. Maka kita semua di sini akan mati.
(Teriak)
Heh siap-siap aja diusir dan mati kepanasan tinggal di jalan.

CUT TO:

108. INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU/RUANG MAKAN — MALAM

Cast: Bapak Kamaludin, Ibu Markonah

Bapak Kamaludin dan Ibu Markonah duduk di lantai berdua sambil makan.

Di lantai kita melihat ada dua piring berisi nasi dan satu piring kosong, sebakul nasi, ada beberapa ikan di piring, dua gelas air putih dan satu gelas kosong.

Bapak Kamaludin dan Ibu Markonah terlihat sedang menyuap nasi mengunakan tangannya.

Sesekali Bapak Kamaludin menoleh ke piring kosong, begitu juga dengan Ibu Markonah.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman hari ini ada keluar kamar ga Bu?

Ibu Markonah hanya diam dan wajahnya tampak cemberut lalu menggelengkan kepalanya sambil menyuap nasi mengunakan tangannya.

Bapak Kamaludin terlihat menoleh ke arah pintu kamar Hilman.


CUT TO:

109. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM

Cast: Hilman

Hilman terlihat terbaring di lantai tanpa bantal sorot matanya kosong.

Hilman kembali teringat kata-kata dari dua pembeli kacang pertama, anak kecil dan Ibu Markonah

CUT TO:

110.EXT. PINGGIR JALANAN — SIANG (FLASHBACK)

Kembali ke scene 61

Cast: Hilman, 2 pembeli kacang

PEMBELI KACANG KEDUA

Ih apaan sih harusnya dia bisa sadar diri ya, mana mau aku sama cowok jelek kaya dia.
(Beat)
Pada kenyataannya, orang jelek cocoknya sama orang jelek juga.

PEMBELI KACANG PERTAMA

Bener juga sih.

CUT TO:


111. EXT. JALANAN — SIANG (FLASHBACK)

Kembali ke scene 94

Hilman terkejut dan dengan cepat menutupi pipi kanannya dengan tangan.

ANAK KECIL KETIGA

Di pipinya ada tanda lahir besar.

ANAK KECIL KETIGA

Iya buruk rupa kaya di cerita-dongeng itu.

CUT TO:

112. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM (FLASHBACK)

Kembali ke scene 58

IBU MARKONAH (O.S.)

Emang ga bisa diandalkan punya anak, yang ada malah nambahin beban orang tua aja.

CUT TO:

113. INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU — PAGI (FLASHBACK)

Kembali ke scene 68

Ibu Markonah kemudian berdiri dan berjalan cepat menuju pintu kamar Hilman lalu menggedor pintunya.

IBU MARKONAH

Dasar anak, bisanya cuman nyusahin orang tua aja.

CUT TO:

114. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM (FLASHBACK)

Kembali ke scene 64

IBU MARKONAH (O.S.)

Biarin aja dia Pak, mungkin udah bosen hidup.

CUT BACK TO:

115. INT. RUMAH HILMAN - KAMAR HILMAN — MALAM

Lanjutan scene 109

Cast: Hilman

Hilman terlihat terbaring di lantai tanpa bantal sorot matanya kosong.

Hilman tiba-tiba berdiri merapa di atas lemari.

Kita melihat ada gunting di atas lemari.

Tangan Hilman mengambil gunting itu.

Wajahnya terlihat sedih dan putus asa. Ia kemudian menusuk perutnya dengan gunting itu.

Hilman terjatuh, kita melihat di perutnya banyak keluar darah.

CUT TO:

116. INT. RUMAH HILMAN - RUANG TAMU - PAGI

Cast: Bapak Kamaludin, Ibu Markonah

Bapak Kamaludin berdiri lalu berjalan menuju pintu Hilman setelah sampai di depan pintu kamar Hilman, ia lalu mengetok pintunya.

BAPAK KAMALUDIN

Hilman ....
(Beat)
Masih tidur Nak?
Hilman ....

Bapak Kamaludin dan Ibu Markonah saling menatap.

Ibu Markonah duduk di lantai sambil melipat pakaian.

BAPAK KAMALUDIN (CONT'D)

Hilman ... Hilman

Bapak Kamaludin terus saja mengetok pintu kamar Hilman.

Bapak Kamaludin dengan cepat berjalan ke arah dapur.

Tidak lama setelah itu Bapak Kamaludin terlihat membawa beberapa obeng menuju pintu Hilman

Ibu Markonah duduk di lantai sambil melipat pakaian lalu berdiri menghampir Bapak Kamaludin.

Bapak Kamaludin kita lihat sedang membuka baut di gagang pintu.

IBU MARKONAH

Bapak mau apa?

Bapak Kamaludin hanya diam ia tetap membuka baut di gagang pintu.

IBU MARKONAH (CONT'D)

Ya ampun, kalau rusuk siapa yang betulin kembali Pak.

Kita melihat gagang pintu terlepas. Bapak Kamaludin dengan cepat membuka pintu kamar Hilman.

Kita melihat Hilman berbaring miring di lantai menghadap ke arah lemari.

CUT TO:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar