Lamun
5. Scene 17-19
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

17. Ext. Lapangan Olahraga - Pagi

Cast: Berlina, Flo, Alamsyah, Dino, Joan

Seluruh anak kelas XII IPS 1 olahraga, sekarang melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Namun di sisi lain lapangan sedang digunakan juga untuk tim basket yang melakukan latihan.

Berliana mencari sosok Alamsyah sambil melakukan pemanasan karena tim basket yang sedang latihan terlihat hanya adik kelasnya. Lalu matanya menemukan Alamsyah sedang berjalan menuju lapangan bersama dua sahabatnya. Berliana bernapas lega tetapu wajah Berliana langsung berubah bertanya-tanya.

Berliana

(Menoleh kearah Flo, berbisik)

Kenapa anak basket pagi-pagi pada latihan?

Flo

(Menoleh kearah anak basket)

Ohh itu. Besok ada pertandingan di luar kota. Katanya Dino nanti malam berangkatnya.

Berliana

(Manggut-manggut)

Ohh gitu. Eh.. Sebentar

Berliana menelisik Flo dari atas-bawah bawah menilai ekspresi Flo,mencurigai Flo.

Berliana(Cont'd)

(Menyipitkan mata)

Aku lihat lo kok deket banget sama Dino. Ada apa nih diantara kalian berdua? Ngaku

Flo

(Gelagapan)

Cuman temen doang kok ngga lebih, Na. Dia temen SMP ku.

Berliana

(Tersenyum jail)

Temen apa temen? Ngga ada rasa? Sama sekali?

Flo

(Tangannya membentuk peace)

Ngga ada, suer

Berliana hanya melihat Flo dengan tatapan dan tersenyum geli. Flo bahkan sudah tersipu, tetapi masih ingin menyakinkan Berliana bahwa yang ditodongkan Berliana itu tidaklah benar.

Melihat respon Berliana, dia berhenti melakukan pemanasan langsung menggoyangkan tangan Berliana agar berhenti membuat dirinya terlihat lucu di mata Berliana. Lalu Berliana melihat Alamsyah yang memperhatikannya dan rasanya tetap sama waktu terasa berhenti, tatapan itu memberikan tipuan bahwa dunia hanya milik mereka berdua


Cut to

18. Ext. Halte Bus dekat Sekolah - Sore

Cast: Berliana, Alamsyah

Berliana duduk di bangku halte bus sendirian, merapatkan jaketnya karena udara mendadak dingin. Dia melihat jam tangannya waktu menunjukkan pukul 16.23 dan Ayahnya belum menjemputnya karena hujan deras yang mengguyur kota.

Disaat asyik melihat butiran hujan turun sambil mendengarkan musik dengan earphonenya. Datang-datang seseorang dengan sebuah motor ninja yang suaranya menggema, berhenti tepat di hadapan Berliana terparkir di tepi jalan raya. Tak terlihat dengan jelas wajahnya karena menggunakan helm full face.

Seseorang yang mengendarai sepeda motor ninja itu naik ke trotoar, lalu berlari kecil berusaha berlindung dari hujan. Tanpa melepaskan helmnya duduk di sisi ujung lain bangku halte bus. Orang itu membuka helmnya yang ternyata Alamsyah. Hal itu tak luput dari perhatian Berliana.

Berliana memperhatikan baju basket Alam terlihat basah, sedangkan rambutnya kering mungkin karena terlindung di balik helmnya.

Alamsyah menoleh menemukan Berliana yang memperhatikannya.

Alamsyah

(Tersenyum,menyapa Berliana)

Hai

Berliana tersipu lagi-lagi kepergok memperhatikan Alamsyah. Dengan susah payah Berliana mengeluarkan suaranya

Berliana

(Kikuk)

Hai-juga

Setelah membalas sapaan Berliana membasahi bibirnya lalu menghadap jalanan, memperhatikan butiran hujan yang jatuh dengan duduknya tegang. Sedangkan Alamsyah sibuk membenahi dirinya, setelah selesai lalu menoleh melihat Berliana yang tampak menghayati guyuran hujan. Mereka bergeming melihat hujan ditemani lalu lalang kendaran. lalu suara Alamsyah memecah keheningan

Alamsyah

(Menghadap ke arah hujan yang turun, sambil menghirup udara)

Entah kenapa bau tanah habis hujan jauh lebih baik dari pewangi ruangan, baunya menenangkan

Berliana menoleh memastikan Alamsyah berbicara padanya atau tidak. Namun Alamsyah fokus melihat butiran hujan turun tak mengindahkan tatapan Berliana padanya

Alamsyah (Cont'd)

Pasti enak ditemani sambil minum teh atau kopi (beat) Sayangnya lupa nama keren bau ini

Berliana tahu arah pembicaraan ini. Berliana mencoba merilekskan tubuhnya lalu mencoba berinteraksi dengan Alamsyah.

Berliana

(Menghela napas)

Namanya Petrichor

Alamsyah

(Menoleh ke arah Berliana)

Kok tahu?

Berliana

(Melihat ke depan, melihat butiran air hujan jatuh)

Banyak dibahas di buku bacaan. Apalagi hujan lekat dengan nostalgia, hal-hal yang berbau melankolis

Alamsyah

(Menatap lekat Berliana)

Ahh gitu,ya?(beat)Punya kenangan tentang hujan buat dijadikan nostalgia juga?

Memberikan jeda sejenak kedekatan mereka ketika angin bertiup kencang membawa hawa dingin yang menusuk. Membuat Alamsyah memeluk tubuh sendiri, baju basahnya sama sekali tidak membantu menghangatkan tubuhnya. Ia menggigil dan mendesis kedinginan.

Ketika angin bertiup keras butiran air hujan mengenai Berliana membuat ia merapatkan diri menengah. Lalu menoleh melihat Alamsyah yang kedinginan.

Berliana melepaskan ranselnya di bangku halte dan mencoba berdiri,sedikit terhuyung akibat pijakannya tidak tepat. Lalu berdiri berhadapan dengan Alamsyah yang duduk kedinginan. Alamsyah mendongak ketika menyadarinya, lalu kerutan samar di dahinya, tidak mengerti tujuan Berliana berdiri dihadapkanya seperti itu.

Berliana membuka jaketnya.

Berliana

(Tersenyum)

Ngga punya. Aku ngga punya nostalgia tentang hujan. Tapi akan... (Beat)

Berliana menaruh jaketnya melingkupi tubuh Alamsyah. Alamsyah hanya membeku ditempatnya tidak menyangka Berliana akan seberani ini. Berliana berani mengambil posisi yang dibilang romantis, menimbulkan debaran tak terduga bagi Alamsyah.

Berliana

Badanku udah kepanasan(beat) Tapi jangan lupa dibalikin. Jaket favorit

Berliana menegakkan badannya, lalu mengambil duduk di sebelah Alamsyah. Ranselnya yang agak jauh ia gapai lalu menggesernya dan memakainya di punggungnya. Lalu menghela napas. Tak luput dari perhatian Alamsyah.

Alamsyah

(Menyeringai)

Ahh ya.. aku lupa bahwa kamu memang seberani ini. Seharusnya aku sudah tahu sejak awal..

Berliana menoleh memberikan atensi kepada Alamsyah yang menatap lurus ke depan, memperhatikan dengan jelas dari jarak dekat.

Alamsyah(Cont'd)

(Menoleh ke arah Berliana)

Kalau kamu bukan orang sembarangan. Bahkan kamu sendiri yang pertama kali berani mencoba memperkenalkan diri terlebih dahulu, kan? Btw thanks buat jaketnya

Tatapan mereka mengunci seakan dapat menyalurkan makna sebenarnya. Berliana hanya mengerutkan dahinya bingung,apa yang dimaksud Alam.


Cut to

19. Ext. Halte Bus dekat Sekolah - Continous

Cast: Berliana, Alamsyah

Langit sudah terang, Alamsyah berjalan ke sebelah sepeda motornya. Dia akan pulang karena akan menyiapkan kebutuhan pertandingannya nanti.

Berliana beranjak dari duduknya menghampiri Alamsyah.

Berliana

(Membuka ranselnya, lalu mengeluarkan kotak kecil)

Eh tunggu, ini..

Berliana memberikan kotak kecil itu ke Alamsyah.

Alamsyah

Apaan ini?

Berliana

Emm ya mungkin sejenis greeting?

Alamsyah

(Tersenyum jail)

Jangan-jangan yang kemarin itu, ya?

Alamsyah penasaran dan ingin mengintip isi kotak tetapi tangannya ditahan Berliana. Berliana yang menyadari bahwa dia memegang tangan Alamsyah langsung tersipu dan menarik tangannya, menyembunyikannya di balik tubuhnya.

Berliana

Dibukanya nanti, waktu aku ngga ada

Alamsyah

(Menahan senyum)

Oke, seperti katamu

Alamsyah menyimpan kotaknya di ransel kecilnya.

Alamsyah

(Tersenyum)

Thanks ya (beat) untuk jaketnya juga segera kukembalikkan pastinya

Hanya dibalas anggukan dan senyuman Berliana.

Alamsyah

(Siap memakai helmnya)

Dijemput?

Alamsyah memakai helmnya lalu memegang stir motornya hendak menaikinya

Berliana

Iya, dijemput Ayahku

Alamsyah

(Menaiki motornya)

Oh ..ngga mau bareng,nih? Belakang nganggur ini

Alamsyah memberikan isyarat dudukan motor belakangnya.

Berliana

(Menggelengkan kepala, tersenyum)

Ngga, makasih

Alamsyah menyalakan mesin motor ninjanya lalu menoleh ke arah Berliana.

Alamsyah

Yaudah duluan ya

Berliana hanya memperhatikan Alamsyah yang mengambil kendali motornya. Saat hendak menyebrang menunggu lalu lintas tiba-tiba Berliana berseru.

Berliana

(Berteriak)

Alam!

Alamsyah yang merasa dipanggil menoleh ke belakang ke arah Berliana. Lalu Berliana berseru sekali lagi.

Berliana(Cont'd)

(Berteriak)

Semoga sukses di pertandingan besok

Dari balik helm, Alamsyah menyeringailalu mengangguk ke arah Berliana. Kemudian mengegas motornya ketika jalanan lengang. Berliana hanya memperhatikannya.

Cut to


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar