Kita dan Ekspektasi
10. Kita dan ekspektasi #10
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

53. INT. KAMAR HOTEL-MALAM HARI

Seluruh crew GA sudah terlihat siap dengan mengenakan dresscode berwarna putih dan cream. Sekitar 30 menit lagi acara resepsi bertema modern akan diadakan secara outdoor di resort milik keluarga Marissa itu.


ERIK

Bad, kok gue tadi kasihan banget ya ngeliat Mas Guntur.


Badra yang sedang sibuk menata rambutnya di depan cermin melirik Erik.


BADRA

Kasihan gimana? Gue sih justru respect. Mas Guntur kuat banget Rik, tadi aja lo liat nggak waktu dia ikut bantuin fotografer buat benerin gaunnya Mbak Marissa biar bagus difoto? Gila sih, kalo gue udah nangis di pojokan Rik!


ERIK

Ya itu, itu bikin gue kasihan tapi salut. Mas Guntur profesional banget, padahal kalo inget gimana bucinnya dia sama Mbak Marissa dulu kayak mustahil banget dia ada disini hari ini


Ditengah pergibahan antara Badra dan Erik. Guntur tiba-tiba muncul dari balik pintu kamar mandi.


GUNTUR

Ekhem (pura-pura batuk)


NINO

Mampus!


Nino spontan tertawa cekikikan tanpa suara kala melihat ekspresi Badra dan Erik yang tertangkap basah.


GUNTUR

Kalo mau gibahin gue, minimal pastiin lah gue beda kota sama lo berdua!


Badra tersenyum canggung. Sedangkan Erik sibuk memukuli bibirnya beberapa kali.



54. INT. TEMPAT RESEPSI PERNIKAHAN-MALAM HARI


BADRA

5 menit lagi kedua mempelai keluar, lighting ready? ganti!


Badra yang berada di samping kedua pengantin mulai memberikan instruksi.


ERIK

Lighting ready, red carpet and musik ready Mas Guntur? ganti!


GUNTUR

(Tak ada suara)


ERIK

Mas? Hallo Mas Guntur?


Erik memukul-mukul HT-nya siapa tahu sedang eror karena sama sekali tak mendengar jawaban dari Guntur yang sedang ada di hadapan paduan suara.


GUNTUR

Iya, apa?


ERIK

Red carpet and musik Mas!


BADRA

Mas guntur jangan ngelamun ganti!


GUNTUR

Sorry sorry, red carpet ready. Gue hitung 5 mundur musik + pintu open!


Guntur menarik nafasnya sedalam mungkin. Sambil mulai mengangkat satu tangannya ke atas dengan menunjukkan kelima jari menghadap ke arah paduan suara yang siap memainkan alunan romantis malam ini.

Rela tak rela, Guntur terus menghitung mundur.


GUNTUR

Tiga...dua...satu


(SFX) suara biola dan sexophone


Gemuruh riuh tepuk tangan menyambut Niko dan Marissa yang mulai melenggang bersama. Sekarang, telinga Guntur seolah tuli dengan suara kenyataan. Menjadi saksi mata pernikahan Marissa dengan orang lain adalah sejarah terburuk dalam kisah cintanya.

Agak lebay, tapi menurut Guntur itu sangatlah sakit.


Guntur memilih berdiri dengan satu tangan memegangi earphone yang ada di telinganya padahal itu hanya cara agar orang-orang memandangnya sebagai sesosok koordinator yang keren. Bahkan kedua matanya terlihat hampir berkaca-kaca.

Sementara itu, dari kejauhan terlihat Hana dan Ajeng memandangi Guntur dengan rasa iba.


GUNTUR (V.O.)

Kalau ada yang nanya apakah setelah kejadian ini gue jadi membenci Marissa? Jawabannya nggak! Gue cuma benci sama keadaan yang serba kebetulan, dunia yang sempit, dan diri gue sendiri. Sebab, jika bukan karena wanita cantik itu, gue nggak mungkin punya GA. Gue nggak mungkin punya pengalaman jadi seorang bos wedding organizer selama setahun ini. Dan gue nggak mungkin ngehidupin tekad untuk bangkit setelah kepergian papa.


(Beat)



55. INT. KAMAR HOTEL HANA-MALAM HARI


Cukup melelahkan, Hana menjatuhkan dirinya ke atas ranjang hotel sambil menelungkupkan wajahnya. Tak peduli jika saat ini seprai yang berwarna putih bersih ternoda dengan riasan Hana yang pasti sudah luntur. 


Hana melihat waktu pada ponselnya sekilas. Sudah jam 21.50. Acara dibawah sana memang belum sepenuhnya selesai. Ayah dan Ibunya bahkan masih mengikuti acara kumpul keluarga besar Marissa dahulu. Acara itu bersifat privasi, sehingga lepas dari tanggung jawab GA WO.


(SFX) suara notif pesan ‘kling’


Hana melihat tulisan 'Guntur send a picture' pada ponselnya.

Ia lalu membuka chat dari Guntur. Padahal kamar mereka saling berhadapan.

Guntur mengirimkan foto jari jempol dan tumit pada kakinya yang terlihat lecet dengan dua kotak pizza disampingnya. Detik berikutnya laki-laki itu menelpon Hana.


INTERCUT SAMBUNGAN TELEPON GUNTUR DAN HANA


HANA

Kaki lo kenapa?


GUNTUR

Lecet


HANA

Iya tau, kenapa? kelamaan berdiri?


GUNTUR

Enggak sih, cuma gue tadi pake sepatu kekecilan. Sepatu gue kan sebagian besar hadiah dari Marissa. Cuma sepatu ini doang yang enggak, hadiah dari papa waktu gue kuliah.


HANA

Astaga, lo kuat beli baju kembaran sama gue tapi nggak kuat beli sepatu?


GUNTUR

Kuat Han, tapi kan tiap gue mau beli sendiri udah keduluan Marissa. Lagian sepatu dari papa masih bagus. Jarang juga gue pake


HANA

Terus? maksudnya ngirim foto kaki lo disandingin sama kotak pizza apa?


GUNTUR

Maksudnya, lo ke kamar gue bawa kotak p3k ntar gue bayar pake sekotak pizza hehe...(Tertawa)


HANA

Gue capek tur belum mandi


GUNTUR

Yaudah mandi dulu gih! Gue tunggu Han. Ntar kalo kaki gue infeksi lo yg tanggung jawab!


HANA

Iyaaa setannnn!


JUMP CUT TO :


56. INT. KAMAR HOTEL GUNTUR-MALAM HARI


Terpaksa, Hana mengetuk pintu kamar Guntur dengan masih melilitkan handuk di rambutnya yang basah. 


HANA

Sini kaki lo!


Tanpa ba bi bu Hana langsung meraih kaki Guntur yang lecet. Setelah itu ia mengobatinya asal.


GUNTUR

Shampo lo masih kayak punya Shena Han?


Guntur memberikan pertamyaan random. Tapi memang benar, malam ini Hana masih setia dengan shampo bayi. Shampo yang sama seperti milik Shena yang aromanya sangat sopan masuk ke indra penciuman.

HANA

Masih


GUNTUR

Owiya, tumben lo nggak disusulin sama Bastian? Biasanya kalo ke luar kota gini Bastian ngikut?


Mendengar nama Bastian, Hana sontak mengobati luka Guntur dengan sangat kasar. Hingga laki-laki itu berteriak kesakitan.


GUNTUR

Awww! perih bego!


HANA

Udah, mana pizzanya?


Guntur lalu meletakkan dua kotak pizza di hadapan Hana.


GUNTUR

Tuh! yuk habisin bareng gue!


Hana pun langsung melahap potong demi potong pizza yang Guntur berikan, begitu juga dengan Guntur yang sepertinya juga kelaparan. Perut Hana memang terasa lapar karena diacara pernikahan Marissa tadi, nafsu makannya tiba-tiba hilang. 


GUNTUR

Lo udah packing kan?


HANA

Uhukkk (batuk)


Hana tersedak dengan ucapan Guntur. Setahu Hana dari Badra CS kalau tim GA WO akan menetap di Bandung kurang lebih 3 hari lagi untuk refreshing. Sebab setelah acara ini, seharusnya WO mereka sudah tidak ada event lagi sampai bulan depan.


HANA

Kita kan disini masih 3 hari.


GUNTUR

Tuh gue udah packing, gue nggak ikut Badra. Males!


HANA

Ya elahhh, healing Tur. Lo nggak stres emang?


Guntur berdiri dan malah terlihat mengambil jaket dan memakainya. 

GUNTUR 

Healing terbaik gue tuh di kamar, kalo disini kelamaan yang ada gue makin stres. Udah yuk, gue tunggu di lobby 15 menit lagi lo udah harus turun! cepet ya Han!


HANA

Ehhh anjing, gue belom jawab yaa mau nggak lo ajak pulang sekarang!


GUNTUR

Pasti mau lah! Gue tunggu ya Hana Shidqia!


Guntur pergi seraya melambaikan tangan ke arah Hana dengan membawa kopernya. Padahal mulut Hana masih dipenuhi dengan pizza.

Hana mendengus kesal. Tapi anehnya, apapun permintaan Guntur wanita itu seperti tak sanggup untuk menolaknya. Seperti sudah tersetting otomatis, tubuhnya memberi respon dengan bergegas menuju kamar dan mulai packing untuk pulang.


CUT TO :

57. INT. SEBUAH RESTORAN MEWAH-MALAM HARI


Di sebuah restoran mewah yang juga masih termasuk milik keluarga Marissa, dua keluarga membaur menjadi satu. Tak terkecuali Pak Candra dan Bu Arini yang malam ini berperan sebagai wali dari Niko. 

Pak Candra terlihat duduk berdua dengan Niko, sedikit berjarak dengan perkumpulan keluarga besar Marissa.


NIKO

Makasih ya Om, Om udah mau jadi saksi pernikahan Niko hari ini. Meskipun Niko tau, kalau Om Candra masih kecewa sama Niko.


PAK CANDRA

(Mengangguk) Om nggak kecewa sama kamu Nik. Om kecewa sama takdir dan ekspektasi Om aja. Kok ya melenceng jauh. Dulu, Om selalu berharap kalau suatu saat kamu sama Guntur bisa akur, hidup rukun layaknya keluarga. Tapi sekarang sepertinya semakin sulit buat kalian berdua.


NIKO

Niko juga nyesel Om sama sikap Niko ke Bang Guntur selama ini. Niko sombong, suka ngerendahin Bang Guntur, dan selalu ngerebut semua dari Bang Guntur. Tapi di sisi lain, Niko nggak punya kuasa buat nolak. Niko anggap pernikahan ini sebagai satu-satunya jalan buat mewujudkan keinginan papa kandung Niko, yang bahkan Niko sendiri belum pernah melihat wajahnya. 


Pak Candra mengusap punggung Niko.


PAK CANDRA

Ya sudah. Yang penting kamu sekarang jalani semuanya dengan baik. Om seneng kamu sudah menyadari kesalahan kamu ke Abangmu nanti seiring waktu, om yakin pasti Guntur bisa menerima semua ini. 


58. EXT. BASEMENT HOTEL-MALAM HARI


Hana dan Guntur kompak menenteng koper mereka menuju sebuah mobil. Namun, setelah Guntur menghidupkan lampu mobil Hana malah mengerutkan keningnya.


HANA

Ini mobilnya Beno kan? mobil lo kemana?


Guntur malah nyengir-nyengir kuda. 


GUNTUR

Bensinnya abis


HANA

Kebiasaan! Tapi lo udah bilang Beno kan?


GUNTUR

(Menggeleng) Udah...

Didalam hati

Hana meliriknya tajam. 

HANA

Astaghfirullah Guntur Atmaja! Kalo Beno nyariin gimana? biar gue telfon


Guntur menarik tangan Hana yang otw memencet tombol call pada ponselnya.


GUNTUR 

Ehhh jangan! Nggak papa Han. Orang Beno juga pulang masih besok. Lagian kunci mobil gue udah gue titipin Erik tadi suruh kasih ke Beno. Marah dikit dia palingan!


HANA

Yaudah, kalo Beno marah gue nggak ikutan!


Guntur membalas dengan mengacungkan ibu jarinya.


CUT TO :


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar