Kita dan Ekspektasi
7. Kita dan ekspektasi #7
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

35. INT. APARTEMEN GUNTUR-SORE HARI

Guntur sedang duduk di depan TV, bersama Hana yang sibuk dengan laptopnya. Selain kerja di kantor GAWO, Hana juga sering mengambil kerja freelance di internet. Lumayan kalau lagi sepi job wedding bisa buat pemasukan.


GUNTUR

Han, gue nanti diajakin Ica ketemuan.


HANA

Terus? Gue harus kasih lo selamat gitu? Kayak baru kencan pertama lo Tur! 


GUNTUR

Bukan gitu bego! Tadi suaranya Ica di telpon tuh serius banget. Katanya ada sesuatu yang mau dia sampein. Jangan-jangan dia mau ngelamar gue Han? Terus dia mau ngasih tau kalo orang tuanya udah bisa nerima gue?


Hana geleng geleng kepala.


HANA

Ya bagus kalo lo cepet nikah! Gue jadi nggak perlu lagi repot-repot ngurusin manusia kayak lo!


GUNTUR

Siapa suruh ngurusin gue


Guntur berkata itu dengan lirih, namun masih bisa didengar oleh Hana.


HANA

(Melirik tajam sambil mengepalkan tangan) Owhh okeee mulai sekarang...


Guntur yang melihat itu sontak memotong kata-kata Hana sambil menyilangkan kedua tangan di depan wajah seperti orang yang akan kena bogem mentah.


GUNTUR

Nggak Han, nggak!!! Gitu doang langsung emosi lo!


HANA

Lagian, lo lancar banget otaknya kalo halu! Giliran mikirin masa depan ZONK!!!


Guntur mengerucutkan bibirnya tanda kesal.


GUNTUR

Lo nggak tau aja tiap malem gue overthinking mikirin gimana caranya biar bisa kaya raya dalam hitungan bulan! Rasa-rasanya tuh masalah di hidup gue bakalan kelar kalo seandainya gue dapet giveaway duit 1 triliun deh. Mau miara tuyul haram lagi


Hana tak bergeming. Hanya sesekali melirik Guntur dengan malas.


HANA

Lo daripada bacod terus mending mandi, ganti pakaian, nahh abis itu otw ketemu bebeb lo! Gue masih mau disini ngabisin makanan lo di kulkas.


Guntur malah memenye-menyekan bibirnya menirukan Hana yang sedang nerocos. Seketika Hana mengangkat remot tv yang sempat ia gunakan untuk menyambit Guntur waktu itu.

Guntur langsung berlari kencang menuju kamarnya .


36. INT. SEBUAH CAFFE-MALAM HARI


Guntur duduk berhadapan dengan Marissa. Sudah sekitar 15 menit mereka disana. 


GUNTUR

Kamu kangen aku ya Ca? (Tersenyum lebar)


Marissa menampilkan wajah datar. Sejak datang, Marissa hanya membalas celotehan khas Guntur dengan hanya tersenyum simpul.


MARISSA

Tur, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.


GUNTUR

Apa sih sayang? Aku tau, kamu pasti mau bilang kalau kamu cinta mati sama aku, iya kan?

CUT TO:

37. INT. APARTEMEN GUNTUR-MALAM HARI


Hana sedang makan mie instan dengan telur setengah matang di meja makan. Sambil scroll scroll sosmed seperti biasanya. Ditinggal Bastian bekerja hingga larut malam memang semembosankan itu. Ditengah- tengah kegiatannya, Beno tiba-tiba menelpon


HANA

Kenapa Ben?


INTERCUT SAMBUNGAN TELEPON BENO DAN HANA


BENO

Guntur masih dirumah Han?


HANA

Guntur? Lagi keluar katanya mau nemuin bebebnya tercinta, kenapa?


BENO

Gue boleh minta tolong nggak? Gue sharelock, terus lo kesana sekarang! Penting!


HANA

Bentar ada apa dulu?


BENO

Lo bakal tau sendiri kalo udah nyampe, Plisss gue minta tolong. Cepet ya Han, gue takut Guntur ngelakuin hal aneh-aneh!


Jika sudah mendengar kalimat berbahaya yang mengarah ke Guntur. Secara otomatis Hana langsung bergegas mengambil jaket dan kunci motornya karena dibuat penasaran dengan Beno. Baru saja Beno mengirimkan alamat sebuah Caffe yang Hana tau persis bahwa tempat itu adalah tempat biasa Guntur pacaran dengan Marissa.


CUT BACK TO:

#INT. SEBUAH CAFFE-MALAM HARI


MARISSA

(Menggeleng dengan mata berkaca-kaca) Aku... Ak... Aku minta putus!


Guntur sontak tertawa kencang sampai-sampai beberapa pengunjung caffe itu menoleh ke arahnya.


GUNTUR

(Mengusap air matanya yang keluar karena tertawa) kamu jangan bercanda dong sayang, mau bikin konten prank kayak artis-artis itu?


Sorot mata Marissa masih terlihat sedih.


MARISSA

Aku serius, Aku minta putus!


Guntur kembali tertawa mendengar ucapan kekasihnya. Kali ini dirinya bahkan sampai memukul-mukul meja beberapa kali.


GUNTUR

Gini deh Ca, kalau aku tiba-tiba bilang besok mau nikah sama Hana kamu percaya? Enggak kan? Udah ya sayang, ini bukan hari ulang tahun aku, jadi jangan main prank-prank an ah!


Marissa beralih memegang tangan Guntur.


MARISSA

Guntur...Aku DIJODOHIN!


Raut wajah Guntur masih menunjukkan ketidakpercayaannya pada ucapan Marissa. Tidak ada angin tidak ada hujan, mustahil sekali pikirnya jika Marissa mengatakan hal semacam ini.


GUNTUR

Ya anggep aja aku percaya deh! Emangnya kamu mau? Kan bisa nolak, orang kamu cintanya sama aku, kan kan?


Marissa menggigit bibir bawahnya menahan tangisan, padahal air matanya baru saja terjatuh.


MARISSA

Papa sakit, hari ini aku baru tahu kalau Papa mengidap penyakit kanker. Aku takut Tur hiks... hiks...hiks


Akhirnya tangisannya pecah. Sementara Guntur mulai melemas. Ekspresinya seketika berubah padam.


GUNTUR

Siapa Caa? Yang mau dijodohin sama kamu?


CUT TO :


38. EXT. JALAN RAYA-DEPAN HALTE-MALAM HARI


Langit terlihat begitu gelap. Bahkan banyak pengendara dari lawan arah yang sudah memakai jas hujan. Hana tetaplah Hana, orang yang males ribet. Menerjang hujan hanya berbekal helm memang sudah menjadi kebiasaanya. 


Setelah dikirimi sebuah lokasi oleh Beno tadi, Hana mengendarai motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Jalanan jelas licin, tapi sepertinya perasaan Hana mulai tidak enak.


Ditengah perjalanan Hana merasa ponselnya berdering. Hana menepikan motornya di depan sebuah halte.


HANA

Iya Bas? Kenapa?


39. INT. MOBIL BASTIAN-MALAM HARI


Selesai bekerja, Bastian tiba-tiba merasa rindu dengan kekasihnya. Dirinya berencana untuk mengajak Hana keluar, entah nonton atau ngopi sebentar.

INTERCUT TELEPON HANA DAN BASTIAN

BASTIAN

Kamu dimana? Diluar ya?


HANA

Maaf Bas, ini aku lagi di jalan. Buru-buru!


BASTIAN

Kamu mau kemana Han malem-malem gini? Bentar lagi hujan deres loh


HANA

Aku mau nyusulin Guntur!


BASTIAN

Kemana? aku susul!


Hana langsung mematikan telepon Bastian secara sepihak. Lalu Bastian mendapat sebuah lokasi dari Hana. Bastian bergegas menghidupkan mobil lalu berangkat menuju tempat itu.


CUT TO:


40. INT. SEBUAH CAFFE-MALAM HARI


Hana yang sudah sampai dalam keadaan basah langsung masuk tanpa melepas helm.

Hana mengedarkan pandangannya ke segala penjuru caffe. Dan menemukan seorang laki-laki yang sedang memegang sebotol bir yang ia tenggak beberapa kali.


HANA

(Berlari) Guntur lo ngapain?


Guntur menoleh dengan keadaan setengah sadar alias mabuk.


GUNTUR

Hana? (Tertawa stresss)


HANA

Lo kenapa mabok? Lo bilang miara tuyul haram, terus lo pikir mabok-mabokan kayak gini halal hah???


Guntur meletakkan botol bir dan beralih memeluk tubuh Hana. Badan Guntur yang cukup besar mampu membuat Hana sedikit terhuyung, syukurlah ada meja bar dibelakangnya.


GUNTUR

Hiks... Ica Han hiks... Ica mutusin gue... hiksss hahahhahahah (tertawa sambil menangis)


Hana tetegun untuk sesaat. 


(Beat)


Hana yang sempat diam mengetahui bahwa baru saja Guntur diputuskan oleh Marissa lalu terkejut dengan kehadiran Bastian di tempat itu. 

Bastian berlari dari arah pintu mendatangi Hana yang sedang kesusahan memapah tubuh Guntur yang lebih tinggi.


BASTIAN

Ada apa Han?


HANA

Guntur mabuk berat Bas!


Tanpa bertanya lagi, Bastian langsung mengambil alih tubuh Guntur untuk ia gendong di punggungnya.


BASTIAN

Aku bantu anterin Guntur ke apartemennya. Kamu titipin aja mobil Guntur sama motor kamu di caffe ini. 


Hana mengangguk lalu menghampiri salah seorang pelayan.


HANA

Mas, saya bisa nitip mobil sama motor disini? Besok pagi saya ambil!


PELAYAN 1

Iya Mbak bisa. Boleh minta kartu identitasnya?


Dengan Gusar, Hana lalu memberikan kartu namanya pada pelayan itu. Setelah dirasa beres, Hana langsung berlari menuju mobil Bastian untuk membawa Guntur pulang.


CUT TO:


41. INT. APARTEMEN STUDIO GUNTUR-MALAM HARI


Bastian dan Hana susah payah memapah Guntur ke kamar atas, lalu menjatuhkannya di atas tempat tidur. Dengan piawai Hana langsung melepas sepatu, jam tangan, serta jaket yang masih dikenakan oleh Guntur. Sementara itu, Guntur masih mengigau meneriakkan nama Marissa berulang kali.


GUNTUR

Caaa... aku sayang sama kamu Caaa...

Hana menatap Guntur yng terus meracau.

HANA (V.O.)

Kali terakhir gue ngeliat Guntur yang sekacau ini itu saat papanya meninggal. Dunianya benar-benar hancur. Alhasil gue sadar, bahwa ungkapan untuk jangan menggantungkan kebahagiaan pada seseorang itu memang benar adanya.


Bastian yang melihat aktivitas Hana hanya bisa diam seribu bahasa. Bastian dapat melihat dengan jelas betapa pedulinya Hana pada Guntur. 


HANA

Bas kamu pulang duluan aja! Udah malem.


BASTIAN

Kamu nggak ikut sekalian biar aku anter?


Hana yang sedang menyelimuti tubuh Guntur lalu menggeleng.


HANA

Aku nggak bisa ninggalin Guntur kayak gini, Bas. Bahaya! Kamu hati-hati ya kalau pulang.


BASTIAN

Yaudah, kalau nanti ada apa-apa telpon aku!


Hana mengangguk.

Bastian lalu berbalik untuk mulai beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Namun Hana kembali memanggilnya.


HANA

Bas? Makasih ya


(Beat)


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar