Keluar Jalur
11. ACT 3-FINAL: Drop Off

52. EXT. STASIUN PENELITIAN KETAMBE — DAY

Cast: Manajer Stasiun, Profesor Banta, Jagawana, Asisten Jagawana, Mak Cut, Mak Wa

Kita melihat PLANG NAMA Stasiun Penelitian Ketambe. Semua orang berada di halaman stasiun dengan wajah khawatir. Mereka melepas keberangkatan tim penolong yang menyusul Kendra dan Rubi. Jagawana, Asisten Jagawana, dan MAK CUT (35/P) berkerudung lebar, sudah siap dengan perlengkapan mereka.

JAGAWANA
(ke Profesor Banta)
Kami akan mencari asisten Anda, Prof. Tunggu saja kabarnya di sini sambil beristirahat.
MANAJER STASIUN
(ke Jagawana)
Ranger Satu, harap selalu berkomunikasi dengan pusat.
JAGAWANA
Siap, Pak!

Jagawana kemudian menghadap timnya. Mak Cut baru saja selesai berpamitan dengan MAK WA (45/P) berwajah keibuan dalam kerudung instan.

JAGAWANA

Kita berangkat!

Mereka pergi diiringi tatapan orang-orang yang tinggal di stasiun dari kejauhan. Tampak Profesor Banta masuk ke kantor manajer lebih dulu, baru diikuti oleh yang lain.

Jagawana berjalan di depan. Asisten Jagawana menyusul di sisinya. Mak Cut beberapa langkah di belakang.

ASISTEN JAGAWANA (CONT'D)
(bingung)
Kenapa kita tidak mencari langsung ke titik lokasi terakhir di GPS, Pak?

Jagawana menoleh sekilas ke arah aistennya.

JAGAWANA (CONT'D)
Posisinya di-update berjam-jam lalu dan tidak sesuai dengan suar yang kita lihat tadi. Firasat saya, GPS Rubi pasti terjatuh.
ASISTEN JAGAWANA (CONT'D)
Kalau saya, mustahil menghilangkan benda sepenting itu. Tapi Mbak Rubi malah membawa pistol suarnya. Menurut Bapak, apakah terjadi sesuatu?
JAGAWANA (CONT'D)
Semoga saja tidak. Lagi pula, akan lebih mudah mengikuti petunjuk suar lebih dulu karena ada di jalur normal yang biasa dilalui Rubi. Jika tidak ada hasil, baru kita ke barat (BEAT, menatap Asisten Jagawana)
Kembali ke posisi sweeper, Ranger Dua.
ASISTEN JAGAWANA (CONT'D)
Baik, Pak.

Asisten Jagawana berhenti. Ia mengambil posisi di belakang Mak Cut. Kita melihat Stasiun Penelitan Ketambe makin mengecil di kejauhan.

FADE OUT.

FADE IN:

53. EXT. KEBUN SAWIT. TEPI HUTAN — AFTERNOON

Cast: Jagawana, Asisten Jagawana, Mak Cut

Mereka melewati kebun sawit kecil yang dikelola warga. Kita melihat beberapa orang petani sedang sibuk mendirikan pagar yang roboh akibat ditabrak gajah. Mereka menoleh karena tertarik.


CUT TO.

53A. EXT. KEBUN SAWIT. TEPI HUTAN — MOMENTS LATER

Cast: Jagawana, Asisten Jagawana, Mak Cut, Petani

Jagawana melakukan panggilan radio, sementara Asisten Jagawana dan Mak Cut berbicara dengan para petani di belakangnya.

JAGAWANA (CONT'D)
(berkomunikasi di handy talky)
Ada gajah masuk kebun di jalur yang biasa dilewati Seruni. Ganti (BEAT)

SFX: bunyi bising radio.

MANAJER STASIUN (V.O)
Ada petunjuk Seruni?

SFX OFF.

JAGAWANA (CONT'D)
Dari laporan setempat, Seruni tidak terlihat. Kami akan melanjutkan pencarian lagi.

Jagawana menurunkan handy talky dan menyimpannya dalam saku. Wajahnya tetap terlihat tenang dan terkendali.

JAGAWANA (CONT'D)
(ke Asisten Jagawana)
Ranger Dua!
ASISTEN JAGAWANA (CONT'D)
(mendekat)
Siap, Pak.
JAGAWANA (CONT'D)
Titik lokasi terakhir Seruni satu mil ke barat. Mereka pasti tidak jauh dari sini. Kita jalan lagi.
ASISTEN JAGAWANA (CONT'D)
Siap.
JAGAWANA (CONT'D)
(ke Mak Cut)
Mak Cut!

CUT TO.

54. EXT. PINGGIR SUNGAI. TEPI HUTAN — AFTERNOON

Cast: Kendra, Rubi, Pemburu 1 & 2

Kendra duduk di tanah. Bengkak di wajahnya sudah mulai berkurang. Napasnya juga sudah tidak kepayahan. Rubi bersimpuh di dekatnya. Pemburu 1 dan Pemburu 2 berdiri di hadapan mereka.

PEMBURU 2
(menunjuk Kendra)
Kenapa tuh wajah cowoknya merah-merah?
RUBI (CONT'D)
Kami kabur dari serangan lebah, Bang. Sepertinya rekan saya alergi sengatan lebah.
PEMBURU 1
Kalian dari hutan?
RUBI (CONT'D)
Iya. Kami (BEAT, menatap ragu pada pemburu)
Jalan-jalan di hutan. Buat liputan media.

Pemburu 1 & 2 berpandangan sebentar dengan tingkah mencurigakan.

PEMBURU 1
Berdua saja?

Rubi lekas menggeleng. Sementara Kendra memandang Rubi heran.

RUBI
Tadinya, kami pergi rombongan. Lalu berpisah. Sebentar lagi mungkin kawan-kawan kami akan datang.
PEMBURU 1 (CONT'D)
(tersenyum ke Rubi)
Kalau begitu, kami temani sampai kawan-kawan kalian datang.
RUBI (CONT'D)
(gelisah)
Tidak usah, Bang. Abang berdua pasti punya urusan yang lebih penting. Kami tidak mau merepotkan.
PEMBURU 2
(melecehkan)
Ah. Pasti kalian berdua mau pacaran ya? Jangan-jangan tanda merahnya bukan karena disengat lebah, tapi digigit macan betina.

Pemburu 2 mengedip pada Rubi, lalu bertukar pandang jahat dengan Pemburu 1. Rubi balas menatap mereka kesal.

PEMBURU 1
Kalian mau pacaran juga kami temani.

Pemburu 2 tertawa keras. Pemburu 1 hanya tersenyum simpul. Wajah Rubi memerah. Kendra mulai marah.

KENDRA (CONT'D)
(ke Rubi)
Mbak. Saya udah enakan buat jalan lagi. Kita balik aja ke stasiun sekarang.

Kendra terhuyung saat berusaha bangkit. Rubi menatap Kendra serbasalah karena tidak bisa memapah. Rubi mengambil paket dan pistol suar yang tergeletak di tanah. Ia mengambil posisi di belakang Kendra.

PEMBURU 1
(bergeser ke hadapan mereka)
Mau ke mana? Cari tempat pacaran lain?
KENDRA
(menatap tajam)
Bang, kami nggak punya masalah sama kalian. Biarin kami lewat.
PEMBURU 2
(ke Pemburu 1)
Jangan percaya, Kak. Mereka pasti mau kabur karena sudah tertangkap basah.
RUBI (CONT'D)
Masalah Abang berdua apa, sih? Abang wilayatul hisbah? Kita sama-sama punya kepentingan di hutan ini. Tolong jangan saling mengusik.
PEMBURU 1
Kami hanya tidak senang dengan pengunjung yang berbuat tidak senonoh.
KENDRA
Abang barusan ngelecehin rekan saya.
PEMBURU 2
Biar pasangan muda-mudi macam kalian kapok.
RUBI
(berbisik ke Kendra)
Ken. Kayaknya kita miskomunikasi sama mereka.

Kendra menenangkan Rubi. Lalu berbicara lebih ramah dengan Pemburu 1 & 2.

KENDRA (CONT'D)
(mengangkat tangan)
Gini, Bang. Biar nggak ada fitnah di antara kita, saya ngomong jujur aja deh. Perkenalkan, nama saya Kendra. Saya kurir. Saya harus mengirim paket ke atasan Mbak ini. Namanya Profesor Banta. Dan sekarang beliau ada di hutan.

Pemburu 1 terheran-heran mendengarnya, lalu tertawa keras. Pemburu 2 ikut tertawa.

PEMBURU 1
(ke Kendra)
Kamu? Kurir?

Pemburu 1 menatap Kendra dari kepala sampai kaki.

LANJUTAN
Mana ada kurir di hutan? Kurir gading? Kulit harimau?

Kendra tersenyum lantas mengeluarkan ponselnya yang tergantung di lanyard dari balik baju. Ia mengangkat ponsel itu ke depan.

KENDRA
Berhubung saya sedang nggak bawa kartu nama, saya kasih ini aja sebagai bukti buat Abang berdua ya?


CUT TO.


54A. PINGGIR SUNGAI. TEPI HUTAN — MOMENTS LATER

Cast: Kendra, Pemburu 1 & 2

Kita melihat Kendra sedang memegangi ponsel. Wajahnya masih agak bonyok tapi tampak serius. Di belakangnya ada Pemburu 1 & 2 ikut menonton.

PAK BOS (V.O)
Nggak usah banyak gaya. Kamu itu kurir, bukan artis! Nggak butuh eksis di sosmed!


CUT TO.

54B. PINGGIR SUNGAI. TEPI HUTAN — MOMENTS LATER

Cast: Kendra, Rubi, Jagawana, Asisten Jagawana, Mak Cut

Kendra berjalan terhuyung sambil menenteng paket di tangan. Rubi melangkah gontai di sisinya.

RUBI (CONT'D)
Buang-buang waktu dan energi saja kamu meladeni orang-orang tadi, Ken. Mereka juga nggak mau mengantar kita ke stasiun.
KENDRA (CONT'D)
Nggak apa-apa, Mbak. Prospek baru. Syukur-syukur jadi follower. Jadi kreator konten emang harus licin ngadepin orang. Nggak boleh pake otot.
RUBI (CONT'D)
Segitu amat. Buat apa kamu melakukan semuanya? Biar ngartis? Terkenal? Punya akun centang biru terus kebanjiran endorse di mana-mana?
KENDRA (CONT'D)
(tersenyum lebar)
Centang biru memang impian sih, Mbak. Tapi, sebenarnya bukan itu (BEAT, tertunduk)
saya hanya ingin ketemu sama orang-orang yang senasib, Mbak. Karena berjuang sendiri itu sulit (BEAT) Mbak Rubi pernah nggak bicara, tapi nggak ada yang peduli? Atau terseret arus, tapi nggak ada yang menolong?
RUBI (CONT'D)
(terkejut)
Kamu merasa begitu?
KENDRA (CONT'D)
Sering. Tapi Mbak Rubi mungkin nggak bakal paham karena Mbak Rubi sudah bekerja di tempat impian.
RUBI
Siapa bilang?

Kendra dan Rubi sama-sama berhenti melangkah. Keduanya tertunduk menatap tanah. Kendra lalu menoleh ke arah Rubi. Mata Rubi tampak merah. Sebelah tangannya menyeka mata.

LANJUTAN
Pekerjaan impian saya ternyata malah bikin mamak saya tidak bahagia. Apa gunanya? Capek-capek kuliah ke seberang kalau akhirnya jadi kuli orang katanya. Sakit hati saya, Ken ....

Rubi berjongkok. Ia menangis dengan wajah tertelungkup. Sebelah tangannya memegang pistol suar dalam posisi siap menarik pelatuk. Kendra kemudian ikut berjongkok, lalu duduk menekuk lutut di sisinya. Kendra membuka dan memutar sebuah video.

KENDRA (CONT'D)
Apa kabar semua, wahai Pejuang Nafkah? Hidup terus maju, Gengs. Jadi kita harus melaju.

Kendra melirik Rubi yang masih tertelungkup.

KENDRA (CONT'D)
Buat kalian yang merasa tinggal di planet ketidakbahagiaan, selamat ... Kalian tidak sendiri. Jalan-jalanlah lebih jauh agar kalian bisa tahu ...
Bahwa masih banyak tempat di sekitar kita yang berlubang dan tidak sempurna.
Dan saat kamu sadar tidak sendiri, tiba-tiba saja kamu merasa lebih bahagia. Karena berbagi perasaan itu membuat segalanya lebih ringan.
Hingga kamu sadar. Ukuran kebahagiaan itu relatif. Dan ukuran tiap orang tidak sama.
Makin cepat kamu sadar, jalan kamu untuk bahagia makin terbuka lebar.

Kendra menatap ke depan sambil tersenyum lalu tertawa sendiri. Rubi mengangkat wajah dan menoleh heran.

RUBI
Apa yang lucu, Ken?
KENDRA
Saya merasa lucu sendiri, Mbak. Sementara saya ngobrol ngalor ngidul di hutan begini, orang-orang mungkin pada ribut nyari saya. Saya lupa kasih kabar ke keluarga saya dan harus konfirmasi kepulangan sore ini.
RUBI (CONT'D)
Kendra! Kamu itu memang pantas dipecat yah!
KENDRA (CONT'D)
Kebahagiaan itu memang bikin lupa diri, Mbak. Saking bahagianya ketemu Mbak Rubi, saya lupa yang lain.
RUBI
Udah. Diem! Kamu masih harus antar paket, jangan main-main terus, Kendra.
KENDRA
Ish. Yang bikin kita keluar jalur sampai ketemu harimau, siapa coba?

Rubi salah tingkah. Ia bangkit berdiri.

RUBI (CONT'D)
Tau dari kemarin, kamu titip saja paketnya di stasiun. Ayo balik biar kamu bisa cepat hubungi keluarga kamu.
KENDRA
Istirahat bentar, Mbak. Saya masih capek dan dari kemarin malam baru makan secuil.
RUBI
Kalau kamu tinggal di sini, bisa-bisa kamu yang dimakan sama harimau! Ayo bangun, Kendra!

Kendra mengulurkan tangannya meminta bantuan kepada Rubi, tapi Rubi tidak mau.

RUBI
(kesal)
Modusmu itu emang nggak kelar-kelar juga ya? Bangun! Atau kamu aku tinggal di sini.
KENDRA
(kecewa)
Fine. Saya cuma becanda, Mbak.

Kendra mencoba bangkit tapi ia kemudian terhuyung. Kendra memegangi kepalanya yang berputar-putar. Ia kembali duduk.

KENDRA (CONT'D)
Mbak. Kayaknya aku nggak sanggup gerak sekarang deh. Aku betulan lemas. Baru sekali ini survival di hutan. Mbak Rubi duluan aja balik stasiun. Aku tunggu di sini.
RUBI
Jangan main-main, Kendra!
KENDRA
(tersenyum kecut)
Apa tampangku keliatan main-main, Mbak? Dari tadi aku mau-

Mata Kendra hilang fokus, mendadak ia terkulai jatuh hilang kesadaran.

RUBI (CONT'D)
(mendekat panik)
Kendra!

CUT AWAY: Jagawana, Mak Cut, dan Asisten Jagawana terlihat di kejauhan berjalan menyusuri sungai. Lalu Mak Cut menunjuk ke depan. Kita melihat Rubi sedang berusaha membangunkan Kendra dengan menepuk-nepuk pipinya lalu mengguncang bahunya, tapi tidak berhasil. Jagawana, Mak Cut, dan Asisten Jagawana segera menyongsong ke arah mereka.

MAK CUT
Rubi!

Rubi terkejut dan langsung menoleh. Tampangnya khawatir luar biasa.

RUBI
Mak Cut!


CUT TO.

54C. EXT. PINGGIR SUNGAI. TEPI HUTAN — AFTERNOON

Cast: Kendra, Rubi, Jagawana, Asisten Jagawana, Mak Cut

Kita melihat Kendra terbaring dengan mata terpejam di tanah. Kepalanya disiram air hingga basah. Ia segera terbangun dan mengerjap-ngerjap mata kaget. Kita melihat asisten jagawana di atas berdiri memegang nasting besar. Lalu wajah cemas Rubi dan wajah lega Mak Cut sedang memandanginya. Kendra berusaha bangun dan mereka membantunya.

KENDRA (CONT'D)
(kebingungan mengusap wajah)
Kenapa ini?
RUBI (CONT'D)
(mengomel)
Kamu susah sekali dibangunkan. Mesti disiram air dulu.
KENDRA (CONT'D)
(menoleh bahagia ke Rubi)
Mbak Rubi nggak ninggalin saya?

ZOOM OUT: Mak Cut dan Asisten Jagawana tampak geli menyaksikan Rubi sedang mengomeli Kendra (SOUND OFF).

Jagawana berdiri agak jauh dari mereka dan sedang berbicara di handy talky.


FADE OUT.

FADE IN:

55. EXT. RUMAH MAMI TIRI — DUSK

Mami Tiri dan Ayah berdiri dengan wajah lesu di depan pintu rumah yang terbuka. Ada koper di sisi Ayah dan penampilannya sudah siap bepergian dalam jaket. Lalu ia mengangkat telepon. Wajahnya kemudian terlihat sangat lega. Ia berpandangan senang dengan Mami Tiri.


CUT TO.

56. INT. KANTOR MANAJER. STASIUN PENELITIAN KETAMBE — NIGHT

Kendra telah berganti baju. Ia sedang menemui Profesor Banta di kantor manajer. Mereka berdiri berhadapan. Ada Rubi dan Manajer Stasiun juga di ruangan. Duduk di depan meja sambil memperhatikan.

KENDRA (CONT'D)
(menyerahkan paket)
Ini, Prof. Paket buat Profesor.
PROFESOR BANTA (CONT'D)
(menerima paket)
Terima kasih, ya. Sudah jauh-jauh antar ke sini mempertaruhkan nyawa kamu-

Lampu FLASH menyala mengenai wajah Profesor Banta. Ia terkejut.

KENDRA
(tersenyum)
Minta fotonya buat laporan serah terima paket, ya, Prof.

Profesor Banta mengangguk dengan wajah jengkel. Rubi di belakang menahan tawa menyaksikan.

PROFESOR BANTA
Sudah boleh saya buka paketnya?
KENDRA
Silakan unboxing, Prof.

Profesor Banta meminjam pisau lipat di meja Manajer Stasiun untuk merobek kemasan waterproof paket. Tampak amplop cokelat berukuran kuarto. TANGAN Profesor Banta membuka segel amplop lalu mengeluarkan DOKUMEN berupa print out surat tiga rangkap dan jurnal cetak satu eksemplar.

Profesor Banta menjatuhkan begitu saja amplop ke lantai. Ia membolak-balik jurnal di tangannya dengan cepat dengan tampang antusias. Lalu membaca surat. Mata Profesor Banta melebar dan tampak sangat senang.

PROFESOR BANTA
(euforia)
Jurnal saya dimuat. Dan saya dapat undangan dari yayasan internasional.
(berpaling ke Rubi)
Rubi! Saya diminta ikut penelitian tingkat internasional di Flores. Beberapa hari lagi, saya sudah harus menyelesaikan urusan administrasi di Udayana.
RUBI (CONT'D)
(bingung)
Eh, i-iya. Tapi, Prof. Gimana-
PROFESOR BANTA (CONT'D)
(sambil membereskan dokumen)
Karena itu, saya nggak bisa mengajak kamu dalam penelitian lagi. Kamu bisa cari rekomendasi penelitian sama dosen lain. Dan nggak usah khawatir, fee kamu tetap saya bayar.
RUBI (CONT'D)
(berdiri syok)
Prof!
PROFESOR BANTA
(ke Manajer Stasiun)
Saya titip mantan asisten saya, ya, Pak!

Manajer Stasiun terperangah bingung. Profesor Banta lalu memeluk Kendra senang sebentar.

PROFESOR BANTA (CONT'D)
(menepuk bahu Kendra)
Terima kasih! Saya pasti kasih bintang lima buat perusahaan kamu karena sudah mengantar paket saya tepat waktu.
(ke semua orang)
Sampai jumpa semuanya!
(ke Rubi)
Nanti fee kamu saya transfer. OK?

Wajah Rubi tampak frustrasi memandangi Profesor Banta yang keluar ruangan. Kendra tampak serbasalah menyaksikan. Rubi bermaksud mengejar Profesor Banta, tapi Manajer Stasiun memanggilnya.

MANAJER STASIUN (CONT'D)
(serius)
Mbak Rubi (BEAT)
Silakan duduk dulu. Kita masih harus mengurus pertanggungjawaban perlengkapan yang hilang di hutan.
RUBI
(berkedip-kedip)
Sekarang banget, Pak?
MANAJER STASIUN
Iya.


CUT TO.


57. EXT. KAMAR RUBI. KAMP PENELITI — MORNING

Cast: Kendra, Rubi, Pak Amin

Kendra memasang ransel di bahu. Masih ada sisa sengatan lebah di wajahnya. Matanya agak sembab karena lelah. Ia lalu mendekati Rubi yang berdiri di depan pintu.

RUBI
(berpura-pura baik-baik saja)
Kamu balik sekarang?
KENDRA (CONT'D)
(mengangguk)
Iya. Lebih cepat lebih baik karena kita nggak tau ada apa di jalan kan?

Rubi mengangguk maklum. Keduanya terdiam sejenak.

KENDRA/RUBI (CONT'D)
(berbarengan)
Mbak./Ken.
RUBI (CONT'D)
(sedih)
Hati-hati.
KENDRA (CONT'D)
(memaksa tersenyum)
Sama. Mbak juga hati-hati. Saya pamit dulu, ya. Assalamu'alaikum.
RUBI
(memaksa tersenyum)
Wa'alaikumussalam.

Kendra berjalan mendekati Pak Amin yang sudah menunggu di halaman.

PAK AMIN (CONT'D)
Rencananya mau ke mana sekarang, Mas?

Kendra dan Pak Amin mulai berjalan menyusuri halaman stasiun.

KENDRA (CONT'D)
Langsung ke terminal aja, Pak. Cari bus ke Medan.
PAK AMIN (CONT'D)
(bingung)
Loh? Nggak jadi rafting susur sungai?

Kendra berhenti sebentar, tersenyum pada Pak Amin, lalu berbalik ke belakang. Kita melihat Rubi masih berdiri di depan pondok kamp dan melambaikan tangan perpisahan.

KENDRA
(sambil memandang Rubi)
Kapan-kapan lah, Pak.

CUT IN: Rubi balas menatap dengan perasaan berat melepaskan kepergian Kendra.

ZOOM IN: Tangan Rubi menggenggam sebuah amplop.

KENDRA (V.O)
Ambil saja buat Mbak Rubi. Saya ikhlas. Kebaikan Mbak Rubi nggak bisa saya ganti berapa pun.


FADE OUT.

KENDRA (O.S)
Jangan lupa follow, ya, Mbak ....

FADE IN:

58. EXT/INT. MINIBUS. KUTACANE — DAY

Cast: Kendra, Penumpang Laki-laki

Dalam kamera, kita melihat Kendra duduk satu kursi bersama keponakan Amin yang pernah ia jumpai tempo hari. Kendra sedang LIVE perjalanannya dalam minibus.

KENDRA (CONT'D)
(ceria)
Halo, Gengs! Ketemu lagi dalam drama-dramaan hidup bareng Kendra. Cius merapat! (BEAT)
Kali ini, Bang Ken nggak sendirian. Saya bersama seorang kawan dari Kutacane.

Penumpang laki-laki ikut melambai ke kamera.

LANJUTAN
(menepuk pundak penumpang laki-laki)
Selain Abang tampan satu ini, saya juga bertemu banyak kenalan baru yang nggak bisa saya sebutin satu-satu di sini. Kalau disebutin semua jadinya absen arisan, dong.

Kendra tertawa. Penumpang laki-laki ikut tertawa.

LANJUTAN
(membacakan komentar) Ada ketemu orang spesial nggak, Bang?

Kendra tersenyum salah tingkah sambil menggaruk kepala.

LANJUTAN
Mau tau aja .... Ntarlah, nanti Bang Ken ceritain deh kalau udah lega tiba di jekardah. Oce?
(BEAT, tersenyum)

Kening Kendra berkerut ketika membaca komentar lagi. Lalu menyentuh dahinya.

LANJUTAN
Keliatan ya masih bonyok? (BEAT) Iya ... ini abis disengat lebah (BEAT) Ya ... bisa, lah. Namanya juga di hutan. Masih untung Bang Ken bisa kabur dari harimau dan keluar dari hutan.

Penumpang laki-laki menoleh terkejut.

LANJUTAN
Kalau nggak, Bang Ken nggak ada di sini buat menyapa kalian semua.


CUT TO.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar