Emong
6. ACT 2 Pt.3

87 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - NIGHT

Samiah menutup korden-korden jendela. Endah membersihkan meja makan, mengangkat piring dan gelas kotor dan pergi dari ruang makan. Samiah masuk ke ruang tamu, menutup korden-korden ruangan itu. Ada mobil lewat di depan rumah, Samiah mengintip keluar. Mobil itu pergi menjauh. Samiah terus memerhatikan keluar.

BEGIN FLASHBACK.

Samiah muda menyelimuti Miranty kecil di kamar Miranty yang redup. Sebuah lampu kecil menyala di meja kecil samping tempat tidurnya. Samiah mengusap kepala Miranty yang tertidur, dan keluar kamar.

Samiah masuk ke ruang tamu, menutup korden-korden ruangan itu. Ia melihat sebuah mobil sedan putih parkir di depan rumah. Mesin mobil itu menyala. Jendela mobilnya gelap. Samiah membuka pintu. Ia melangkah keluar sampai bisa melihat mobil itu lebih jelas. Samiah membuka pagar. Orang di dalam mobil itu tetap tidak terlihat olehnya. Samiah baru akan mendekat ke mobil itu ketika sebuah tangan menyentuh pundaknya. Samiah menoleh cepat ke belakang.

Anita muda, berdandan cantik, mengenakan pakaian blus dan rok span selutut. Tas cangklong menggantung di pundaknya. Bunyi hak sepatunya berkelatuk di paving halaman.

ANITA

Yu, kalau bapak telepon bilang saya sudah tidur.

Samiah baru membuka mulutnya. Anita segera menyela.

ANITA

Nggak usah ditunggu. Saya bawa kunci.

Anita keluar pagar dan membuka pintu depan kursi penumpang mobil itu dan masuk ke dalamnya. Mobil itu segera berjalan pergi.

Samiah terdiam di tempat sejenak, sebelum kemudian menutup pagar dan menggemboknya.

ENDING FLASHBACK.

Samiah tua berdiri di depan jendela ruang tamu. Memandang keluar jendela.

SAMIAH

Ibu pergi sama siapa?

88 INT. TANGGA RUMAH - NIGHT

Miranty menuruni tangga. Ia berpapasan dengan Endah saat mencapai dasar tangga.

MIRANTY

Bibik mana, Ndah?

ENDAH

Di depan kayanya, Mbak.

Miranty berjalan ke bagian depan rumah.

89 INT. RUANG TAMU - NIGHT

Miranty masuk ke ruang tamu. Ia melihat Samiah berdiri di ambang pintu. Pintu depan terbuka. Samiah memandang keluar. Samiah tiba-tiba berjalan keluar. Miranty menyusulnya. Samiah membuka pagar.

MIRANTY

Bik? Mau kemana?

Samiah melongok ke jalan depan rumah. Beberapa kendaraan lewat di depan rumah. Samiah tampak mencari-cari sesuatu.

MIRANTY

Bik?

SAMIAH

Ibu pergi. Ibu pergi sama siapa?

Miranty ikut melongok keluar.

MIRANTY

Udah yuk, Bik. Masuk, yuk.

SAMIAH

Tapi ibu pergi! Ibu pergi sama siapa tadi?

Samiah mulai gelisah. Melangkah ke tengah jalan. Menengok ke kanan ke kiri. Miranty menariknya.

MIRANTY

Bik!

Miranty menariknya ke pinggir jalan. Menariknya masuk ke halaman rumah.

Cut to:

90 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - NIGHT

Anita keluar dari kamarnya. Berjalan melewati ruang tengah. Dari tempatnya berdiri, ia melihat pintu depan terbuka. Terdengar suara Miranty dan Samiah dari luar. Anita berjalan ke pintu depan. Suara Samiah dan Miranty semakin jelas ketika Anita masuk ke ruang tamu.

MIRANTY (O.S.)

Ayo, masuk, Bik. Ibu nggak pergi. Ibu ada di dalem.

SAMIAH (O.S.)

Ibu pergi. Tadi ibu pergi naik mobil sedan putih.

Anita berhenti di tempat. Menyimak percakapan Samiah dan Miranty.

91 EXT. HALAMAN RUMAH - NIGHT

Miranty merangkul Samiah, membimbingnya masuk ke halaman. Miranty menutup pagar dan menggemboknya. Miranty menuntun Samiah masuk rumah.

SAMIAH

Tadi ada sedan putih, jemput ibu. Katanya kalau bapak telpon bilang ibu sudah tidur.

Miranty dan Samiah sampai di depan ambang pintu depan. Di dalam, di ruang tamu, Anita berdiri memandang ke arah mereka.

MIRANTY

Itu ibu ada di dalem, kan, bener kan?

Samiah berhenti di tempat. Balas menatap Anita.

SAMIAH

(berbisik, menoleh depan rumah)

Tapi tadi ibu pergi--

Anita meninggalkan ruang tamu.

92 INT. RUANG KERJA ANITA - DAY

Anita duduk di kursi kerjanya. Menempelkan HP-nya ke telinga.

ANITA

Gimana? Kamu sudah jadi ke rumahnya? Yang masih keponakannya Yu Sami itu?

Anita mengambil kertas dan bolpoin.

ANITA

He-eh? Nomor teleponnya yang aktif ada?

Anita menulis di kertas.

ANITA

Alamat lengkapnya?

Anita menulis di kertas.

ANITA

Ok. Makasih ya, Mul.

Anita mematikan telepon genggamnya.

93 INT. KAMAR MIRANTY - NIGHT

Miranty menelungkup di atas karpet. Telepon genggamnya terpasang padang dudukan telepon genggam di hadapannya. Miranty menyangga kepalanya dengan satu tangan. Wajah Bobby tampil di layar telepon gengamnya.

PERCAKAPAN TELEPON - MIRANTY/BOBBY.

MIRANTY

Harusnya sih setelah ketemu dokter Bibik ngejalanin beberapa tes. Tapi Bibik nggak mau. Emang kalau dari yang aku denger dari dokternya dan dari yang aku baca-baca sih lumayan makan waktu tes-tes itu, aku nggak ngebayangin Bibik tahan ngejalaninnya. Ada tes lab, ada tes tanya jawab gitu lah, ini aku udah cek di Youtube, kayanya Bibik nggak akan tahan ditanya-tanya kaya gitu--

LAYAR. Bobby mengangguk-angguk.

MIRANTY (Cont'D)

Terus... MRI.

Miranty mengangkat alisnya. Menghela napas panjang.

BOBBY

Jadi sekarang penanganannya gimana?

Miranty menggeleng.

MIRANTY

Ya, harus didampingin terus. Diturutin aja dia maunya apa, sebisanya. Tadit tiba-tiba ngajak ke warung, ngapain tau?

Bobby menyendok makanan ke mulutnya, mengunyah dengan mulut penuh dan mendekatkan wajahnya ke layar.

BOBBY

(mulut penuh)

Ngapain?

MIRANTY

Beli layangan!

BOBBY

Serius? Trus?

MIRANTY

Serius. Trus kita main layangan beneran! Di tempat dulu kita main biasa main layangan.

BOBBY

Kita? Aku nggak pernah diajak main layangan. Jaman aku belum ada kali.

Miranty termenung sejenak.

MIRANTY

Ah iya. Jaman kamu belum ada. Karena--

Miranty terdiam.

MIRANTY

Karena akhirnya ibu ngelarang main layangan lagi. Kamu tahu kan ceritanya? Aku belum pernah cerita?

Bobby menggeleng-geleng.

MIRANTY

Terakhir aku sama Irwan main layangan sama Bibik di lapangan itu, belum sampai selesai main ibu pulang kantor lewat lapangan itu. Tumben-tumbennya. Trus, ibu nyuruh kita semua masuk ke mobil. Abis itu sampe rumah, ibu bilang ke Bibik, jangan lagi bawa-bawa aku sama Irwan main sama anak kampung.

Bobby menatap Miranty dengan mulut terbuka. Bobby mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi.

BOBBY

Wow.

(beat)

Ibu banget sih.

MIRANTY

Yah. Ibu banget.

Mereka sama-sama diam beberapa saat.

BOBBY

Mbak.

MIRANTY

Hm?

BOBBY

Yakin nggak mau memertimbangkan rencana bapak ibu aja? Ya aku tahu kalau buat Bibik mungkin akan nggak nyaman kalau tinggal sama saudara jauh yang dia juga nggak familiar. Nggak tau juga apakah saudara jauh ini mau nerima Bibik. Tapi apa nggak mau dicoba dulu.

Miranty menggeleng-geleng.

BOBBY

Mbak. Mbak baru aja mengakhiri pernikahan. Mbak lagi dalam proses perceraian. Mbak sendiri belum tuntas dealing sama diri sendiri. Apa iya, dalam keadaan ini Mbak bisa ngurusin orang. Ini butuh energi besar lho. Bukan hanya fisik. Mentally. Mbak. You need to take care of yourself now.

Mata Miranty berkaca-kaca. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Mengusap-usap wajahnya.

MIRANTY

Aku nggak punya energi buat ngurusin diri aku sendiri sekarang, Bob. Makanya aku pulang kesini. Aku kira aku bisa ngadu ke Bibik. Diurusin sama Bibik. Sementara.

Bobby menatap Miranty. Lekat. Miranty menyeka air matanya. Mereka diam.

MIRANTY

Tapi--

Mata Miranty melihat ke sudut-sudut kamarnya.

MIRANTY

Nggak segitunya, kok. Aku pulang kesin, ngebayangin aku akan bisa bermanja-manja disini sama Bibik. Seperti waktu kecil dulu kalau lagi sakit. Dimasakin, dibawain makan ke kamar, ditemenin seharian di kamar sambil nonton TV, diceritain tentang kampungnya--

Miranty berhenti bicara.

MIRANTY

Tapi ternyata aku malah harus ngemong perempuan yang ngemong aku dan ternyata rasanya lebih rewarding daripada dimanja-manja.

Miranty mengalihkan tatapannya pada Bobby. Bobby menatapnya. Skeptis.

BOBBY

Rewarding?

MIRANTY

Ya!

BOBBY

Walaupun ketemu ibu tiap hari?

BOBBY

You still need to take care of yourself.

MIRANTY

I am taking care of myself. By taking care of Bibik.

Bobby menghela napas.

BOBBY

Sabtu ini aku free. Aku jemput yah. Kita jalan-jalan. Kita ajak Bibik jalan-jalan deh.

Miranty tersenyum lebar. Ia membuka mulut. Ia melihat baju seragam tujuh bulanan Irine yang digantung di pintu kamarnya. Miranty meringis.

MIRANTY

Sabtu ini tujuh bulanannya Irine.

Miranty menyigar rambutya. Bobby mengerutkan mulutnya. Tertawa.

MIRANTY

Wait, kamu dateng, kan Bob?

Bobby meringis.

MIRANTY

Mau alesan apa lo? Barusan udah bilang free!

Miranty terbahak.

MIRANTY

Awas ya kalo sampe nggak dateng. At least, kamu harus nemenin aku dalam penderitaan nanti.

Miranty terbahak lagi. Bobby tertawa kesal.

BOBBY

Iya. Iya. Aku dateng.

94 INT. RUANG TENGAH KELUARGA AHMAD - DAY

Miranty duduk di meja makan. Di hadapannya, laptop terbuka dan Miranty mengetik cepat. Fokus pada layar. Samiah mengelap buffet. Pesawat telepon rumah diatas buffet berbunyi. Samiah tersentak.

95 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD, RUANG TENGAH - DAY

Pesawat telepon di buffet yang sama, model gagang tanpa kabel tahun 90-an. Berbunyi beberapa kali. Samiah muda meletakkan bayi ke dalam stroller, di ruang tengah. Miranty (5) berdiri di sebelah stroller, memandangi bayi didalamnya sambil menekan-nekan pipi bayi itu dengan jarinya. Samiah bergegas menghampiri pesaat telepon. Tangannya mengangkat gagang telepon, dering telepon berhenti.

SAMIAH

Halo?

Suara WISNU, 8th, terderngar di seberang. Samiah tersenyum lebar.

SAMIAH

Wisnu? Eh, opo le? (Apa, nak?)

Cut to:

96 INT. DESA ASAL SAMIAH, RUMAH TETANGGA - SAME TIME

Wisnu berjinjit di sebuah rumah joglo besar, permukaan dinding dan tiang kayunya mulus mengilap. Wisnu berdiri di depan meja tinggi tempat pesawat telepon model lama diletakkan. Satu tangan Wisnu memegang gagang telepon yang lebih besar dari wajahnya itu ke telinganya. Sebelah tangannya memainkan kabel ulir pada telepon.

Seorang perempuan tua duduk di kursi goyang di tengah ruangan itu, Memakai kebaya kutu motif bunga dan kain jarik, rambut putihnya digelung sederhana.

Sumiyem berdiri di teras rumah itu, mengawasi cucunya di dalam. Sesekali mengangguk dan tersenyum pada perempuan tua yang duduk di kursi goyang.

WISNU

Buk. Kapan kondur? (Kapan pulang?)

INTERCUT - PHONE CONVERSATION

SAMIAH

Sabar ya. Suk Bakda. (nanti Lebaran.)

WISNU

(merajuk)

Bakda kan sih suwe. (Lebaran kan masih lama).

SAMIAH

Sabar. Sabar. Sekolahmu piye, le? Pinter to? Bijine apik-apik ra? (Sabar. Sabar. Sekolahmu bagaimana, nak? Pinter, kan? Nilainya bagus-bagus tidak?)

Di belakangnya, bayi di stroller mulai menangis. Miranty kecil memanggil-manggil Samiah. Samiah menengok ke belakang. Ia berdiri menghadap ke arah Miranty dan adiknya berada.

WISNU

Bijine apik-apik. Aku pinter, kok.

SAMIAH

Alhamdulillah. Iki tilpon ning ndaleme Bu Pur yo? Ojo lali ngko matur nuwun karo Bu Pur yo. (Alhamdulillah.Ini telepon dari rumahnya Bu Pur, ya? Nanti jangan lupa terima kasih sama Bu Pur ya.)

Terdengar samar ucapan Wisnu di seberang telepon. Tangisan bayi semakin keras. Miranty mencoba menggendong si bayi dengan canggung.

SAMIAH

Le, iki tutup sik yo. Maaf ya. Adike nangis. Ya? Kowe sing pinter yo. Manut Embah yo. (Nak, ini tutup dulu ya. Maaf ya. Adiknya menangis. Ya? Kamu yang pinter ya. Nurut sama Embah ya.)

Samiah menutup telepon.

97 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Samiah berjalan cepat ke stroller dan mengangkat si bayi dari sroller.

98 INT. RUMAH TETANGGA SAMIAH DI DESA - SAME TIME

Wisnu masih memegangi gagang telepon ke telinganya. Suara telepon ditutup di seberang.

WISNU

Buk? Halo?

Wisnu meletakkan gagang telepon. Menurunkan tumitnya ke lantai. Separuh wajahnya terhalang meja, memandangi pesawat telepon. Wisnu berkedip-kedip cepat. Memejamkan matanya kuat-kuat. Ia menoleh ke eyangnya di teras. Sumiyem memberi isyarat ke arah Bu Pur, yang masih duduk di kursi goyang.

SUMIYEM

(pada Bu Pur)

Sampun, Bu Pur. Matur nuwun sanget. Ngapunen niki ngrepotaken terus. (tertawa) (Sudah, Bu Pur. Terima kasih banyak. Maaf ini merepotkan terus.)

BU PUR

Ora popo. Mesakke bocahe. (pada Wisnu) Kangen ibuk yo le? Mesakke. (Tidak apa-apa. Kasihan anaknya. Kangen ibu ya nak? Kasihan.)

Wisnu berjalan menghampiri Sumiyem. Ia berhenti, berbalik menghadap Bu Pur.

WISNU

Matur nuwun, Bu Pur. (Terima kasih, Bu Pur)

Bu Pur mengangguk dan tersenyum pada Wisnu.

END FLASHBACK.

99 INT. RUANG TENGAH KELUARGA AHMAD - DAY

Samiah berdiri di depan buffet, menatap pesawat telepon tanpa berkedip. Miranty masih sibuk mengetik di meja makan, di belakang Samiah.

SAMIAH

Kasihan Wisnu.

Miranty berhenti mengetik, melirik Samiah. Ia diam memerhatikan.

MIRANTY

Apa, Bik?

SAMIAH

Kasihan Wisnu.

(beat)

Wisnu minta Bibik pulang. Bibik repot ada bayi. Bobby masih bayi.

(beat)

Bobby bapaknya mana?

Miranty mengamati Samiah sambil mengerutkan keningnya. Perlahan ia berdiri dan berjalan menghampiri Samiah.

MIRANTY

Kenapa, Bik?

Samiah menoleh pada Miranty perlahan.

SAMIAH

Harusnya Bibik pulang. Wisnu kepingin Bibik pulang.

Miranty mengambil lap di tangan Samiah, meletakkannya diatas buffet.

100 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD, RUANG TENGAH - DAY

CLOSE UP PESAWAT TELEPON. Dering telepon berbunyi. Tangan mengangkat gagang telepon.

Wajah Samiah muncul, menggenggam gagang telpon ke telinganya. Ia menyapu sambil bertelepon.

WIDE SHOT.

Samiah menyapu lantai ruang luas itu dengan cekatan.

SAMIAH

Opo, Le? (Apa, Nak?)

WISNU (O.S.)

Buk! Panen, Buk! Ibuk boten kondur? (Bu! Panen, Bu! Ibu nggak pulang?)

SAMIAH

Ck. Ora sah. Kan wis akeh wong sing ngewangi to. (Ck. Nggak usah. Kan sudah banyak orang yang bantu.)

WISNU (O.S.)

Sanes ngeten. (Bukan begitu.)

(beat)

Ibuk kondur to bu. Pun boten sah damel malih. Sakniki kulo sing kerja. (Ibu pulang dong bu. Sudah nggak usah kerja lagi. Sekarang saya yang kerja.)

SAMIAH

Ibu sih dibutuhke neng kene, Ngger. Yen aku mulih, pensiun, trus omah kene sopo sing ngurus? Sing ngeladeni bapak ibu-e kene sopo. (Ibu masih dibutuhkan disini, Nak. Kalau aku pulang, pensiun, lalu siapa yang mengurus rumah ini? Siapa yang meladeni bapak ibu disini siapa.)

Hening.

WISNU (O.S.)

Bapak ibu yo mesthi golek rewang anyar to bu. Lha aku kan ra iso golek ibu anyar. (Bapak ibu kan pasti cari pembantu baru kan bu. Lha aku kan nggak bisa cari ibu baru.)

Samiah tertawa.

SAMIAH

Kowe ndang goleko bojo kana. (Kamu cepat cari istri sana.)

WISNU (O.S.)

Halah! Kuwi meneh! (Halah! Itu lagi!)

Samiah tertawa keras.

101 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD, KAMAR MIRANTY - NIGHT

Miranty terbaring miring, memeluk guling, di tempat tidur. Hanya ada penerangan dari layar telepon genggam di tangannya. Cahayanya menerangi wajahnya.

Ia meletakkan telepon genggamnya di tempat tidur, memandang langit-langit kamar.

Miranty menyalakan lampu duduk di meja samping tempat tidurnya. Ia mematikannya lagi.

Ia menyalakannya lagi.

Mematikannya lagi.

Nyala.

Mati.

Nyala.

Mati.

Miranty berguling ke sisi lain.

Miranty mengambil telepon genggamnya. Membuka chat-nya dengan Bobby. Miranty mengetik di chat box:

MIRANTY

Bob, bangun/tidur?

Miranty menghapusnya. Menaruh kembali telepon genggamnya.

Ia kembali berbaring terlentang.

POV dari langit-langit kamar. Miranty terbaring menatap lurus.

102 EXT. RUMAH KELUARGA AHMAD, HALAMAN - DAY

Langit siang terik. Miranty menemukan Samiah di halaman. Samiah berdiri diam, memandangi layang-layang yang tersangkut di kabel telepon.

Keran air menyala, mengalirkan airnya ke ujung selang yang tergeletak diatas paving block. Miranty memerhatikan air yang keluar dari selang.

FLASHBACK.

Miranty kecil dan Irwan kecil bermain air di halaman. Samiah menyirami mereka dengan air dari selang. SLOW MOTION. Memutar-mutar selangnya. Miranty dan Irwan melompat-lompat, sengaja mengenai siraman air, terbahak.

END FLASHBACK

CLOSE UP tangan Miranty mematikan keran air. Ia menghampiri Samiah. Merangkul bahunya dan mengajaknya masuk.

103 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Tujuh bulanan Irine.

Miranty memandang dirinya di cermin. Seragam tule ungu untuk tujuh bulanan Irine membuatnya kelihatan seperti kado.

Pintu diketuk. Miranty membukanya.

Bobby. Ganteng dan rapi memakai kemeja batik lengan pendek. Bobby memandangi pakaian Miranty sambil tersenyum-senyum.

MIRANTY

(menunjuk telunjuknya ke arah Bobby)

Diem!

Miranty berbalik sambil mengerang. Bobby masuk ke kamar Miranty sambil terawa. Miranty mengambil pashmina abu-abu panjang dari atas tempat tidurnya, memakaikannya di leher sehingga sebagian besar tuniknya tertutup pashmina. Miranty melihat ke arah Bobby.

MIRANTY

Better, kan?

BOBBY

Sekalian aja ditutupin selimut.

Miranty berdecak. Pintu diketuk lagi. Miranty sibuk merapikan pashminanya.

MIRANTY

Siapa?

Pintu dibuka pelan tanpa menunggu Miranty membukanya. Irwan mengintip di celah pintu.

IRWAN

Kamu nggak lagi telanjang, kan?

Irwan melihat Bobby duduk di tempat tidur. Ia menyeringai pada Bobby.

IRWAN

Eh, ada Bobob!

Irwan berlari dan melompat ke atas tempat tidur, menyerang Bobby. Bobby terlambat mengelak. Irwan sudah berada diatasnya, mengapit dan menahannya ke kasur. Bobby berteriak menyuruh Irwan melepaskannya. Irwan tertawa-tawa.

Miranty tetap fokus ke pakaiannya, mengabaikan mereka berdua dan terus melihat ke cermin.

Irwan melepaskan Bobby, beranjak dari tempat tidur sambil terengah menghampiri Miranty. Ia berdiri di samping Miranty sambil melihat ke cermin. Menelengkan kepalanya. Memerhatikan bayangan Miranty di cermin dengan raut serius.

IRWAN

Jelek.

Miranty menoleh cepat pada kakaknya. Meninju perutnya. Irwan membungkuk sambil memegangi perutnya dan meringis.

IRWAN

Ayo cepetan, kata Ibu. (Menoleh pada Bobby) Bob, ayo Bob!

Bobby menurut. Irwan dan Bobby sudah sampai di dekat pintu.

MIRANTY

Tunggu, tunggu! Bareng.

Miranty menyusul. Mereka bertiga menuruni tangga, berbaris.

MIRANTY

Bibik dimana, Wan?

Irwan, paling depan di tangga, berhenti dan membalikkan setengah badannya ke belakang. Memadang Miranty.

IRWAN

Nah, itu. (suaranya melirih) Bibik dari tadi mondar-mandir ikutan sibuk tapi nggak jelas ngapain. Mulai beramah-tamah sama tamu-tamu tapi ngobrolnya nggak nyambung. Ibu nyuruh aku bilang ke kamu buat jagain Bibik. Jangan boleh ke area acara.

Miranty mengangkat alisnya, matanya melebar. Tangannya mendorong-dorong Bobby yang ada di depannya.

MIRANTY

Ayo cepetan.

Mereka menuruni tangga dengan cepat.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar