Emong
3. ACT 1 pt.3

29 INT. RUMAH KRESNA DAN MIRANTY - DAY

Miranty menarik kopor travel dengan satu tangan. Tangan sebelahnya memegangi tanaman sebesar botol sirup. Beberapa helai daunnya kecoklatan. Ia membawa tas ransel besar di punggungnya. Tas cangklong kulit kecil menggantung dari bahunya. Ia berjalan ke ruang depan rumahnya.

Ia berhenti di depan pintu keluar yang tertutup. Dua kardus ukuran besar bertumpuk di dekat pintu. Ia mengeluarkan HP dari tas kecilnya.

Miranty menekan tombol HP-nya.

PERCAKAPAN TELEPON MIRANTY/BOBBY.

MIRANTY

Sampe mana, Bob?

BOBBY

Udah deket, tapi kena macet. Seratusan meter dari gerbang komplek, Mbak. Tunggu ya... sayangku... cintaku...

Miranty mematikan panggilan telepon dengan wajah datar.

Kresna berjalan ke ruang depan. Miranty membuka pintu rumah, bersandar di ambang pintu sambil melihat keluar. Kresna menghampirinya, memerhatikan barang-barang yang akan dibawanya.

KRESNA

Aku anter, ya.

MIRANTY

Nggak usah. Bobby udah on the way.

KRESNA

Nggak enak dong sama bapak ibu.

MIRANTY

Udah. Udah.

Kresna menyerah.

KRESNA

Kamu udah liat surat panggilannya?

MIRANTY

Surat panggilan apa?

KRESNA

Surat panggilan sidang pengadilannya. Kemarin sampe. Ada di tempat biasa naruh paket-paket kecil di buffet. Sebentar aku ambil--

Kresna mulai beranjak.

MIRANTY

Nggak usah. Aku nggak akan dateng.

Kresna memandangi Miranty, yang menatap lurus ke jalan depan rumah mereka.

MIRANTY

Aku nggak perlu dateng, kan. Biar prosesnya lebih cepet. Biar kamu bisa cepet-cepet nikah sama Jenny.

Sebuah mobil mewah berhenti di depan rumah mereka. BOBBY (30-an), adik Miranty, gagah dan bergaya, turun dari mobil.

Bobby berjalan menghampiri kakaknya. Ia langsung mengambil koper dari tangan kakaknya. Miranty menolaknya, menunjuk ke arah kardus yang ada di balik pintu.

Kresna mengangguk ke arah Bobby.

KRESNA

Bob.

Bobby tak menggubrisnya, langsung masuk dan mengambil salah satu kardus, berjalan ke mobil. Berbarengan dengan Miranty berjalan ke mobil.

Cut to:

Bobby menutup pintu bagasi.

Cut to:

Bobby masuk ke mobil, duduk di kursi pengemudi. Ia memeluk Miranty yang duduk di kursi sebelahnya. Sambil merangkul Miranty, Bobby mengeluarkan HP-nya dan mengangkatnya untuk mengambil gambar mereka berdua. Miranty segera melepaskan diri dari Bobby.

MIRANTY

NO! No. No. No--NO!

BOBBY

Whaat... Why?

Bobby menyalakan mesin mobil.

30 EXT. RUMAH KRESNA DAN MIRANTY - DAY

Mobil Bobby menjauh dari rumah Kresna dan Miranty.

MIRANTY (O.S.)

Mau di-caption apa? Hari yang indah untuk menjemput kakakku yang diselingkuhi suaminya?

Cut to:

Miranty duduk di kursi penumpang, memangku pot tanamannya. Bobby berdecak. Miranty memerhatikan interior mewah mobil Bobby.

MIRANTY

Mobil baru, nih. Luar biasa adek aku. Influencer sukses!

Miranty tergelak. Bobby cengengesan.

MIRANTY

Eh, beneran mobil kamu kan ini? Bukan nge-rental buat konten doang?

BOBBY

Mobil aku, lah! Hasil nabung dua taun.

Bobby melirik tanaman yang dipegangi Miranty.

BOBBY

Barang-barang sisanya dikirim kapan?

MIRANTY

Nggak ada. Cuma ini aja.

BOBBY

Serius?

MIRANTY

Barang-barangku, yang beneran aku butuhin cuma ini, dek. Sisanya, semua yang ada di rumah itu, milik Bobby. Atau pilihan Bobby. Barang-barang yang dibeli Bobby, buat aku, yang menurutnya aku suka, yang menurutnya aku butuhin. (beat)
Kresna--dia nggak tau apa yang aku butuhin.

Miranty memainkan daun-daun tanamannya.

MIRANTY (O.S.)

Tapi nggak pernah nanya juga apa yang aku butuhin.

Mobil berhenti di perempatan lampu merah yang ramai.

BOBBY

Trus--sekarang rencana Mbak apa?

Mobil berjalan lagi.

MIRANTY

Aku pengen di rumah dulu aja. Belom mikir jauh-jauh.

BOBBY

Nggak mau liburan dulu? Healing-healing gitu?

MIRANTY

Kamu mau nraktir liburan? Ayo.

BOBBY

Aku sibuk sampe awal taun depan, Mbak.

MIRANTY

Wow. Cuan, cuan, cuan.

Bobby tertawa.

BOBBY

Ajak siapa kek. Ajak temen.

Miranty terdiam.

Bobby melirik Miranty.

BOBBY

Mbak.

Miranty menoleh.

BOBBY

Masih nggak punya temen?

Miranty menepak lengan Bobby keras-keras.

MIRANTY

Aku punya temen! Banyak!

BOBBY

Temen di Instagram?

Miranty mengeplak lengan Bobby lagi.

MIRANTY

Sama temen-temen kuliah masih keep in touch, Bob. Cuma--mereka semua punya anak, dan aku merasa jadi alien aja kalau ketemuan sama mereka. Lost in translation kalau dengerin mereka ngobrolin biaya sekolah yang mahal, dokter anak ini dokter anak itu, ruam popok--
(beat)


MIRANTY

Tapi masalahnya bukan disitu. Aku jadi merasa bersalah karena nggak tertarik dengan topik pembicaraan mereka tentang anak.

BOBBY

Belum nemu circle yang pas aja.
(beat)


BOBBY

Tapi, kenapa pulang ke rumah sih? Lebaran terakhir kemaren aja Mbak nggak ke rumah.

MIRANTY

Kan ikut Kresna mudik ke Jogja.

BOBBY

Empat hari.

MIRANTY

Pulangnya sakit, kan. Kresna sakit duluan, aku ketularan.

Bobby mengangguk-angguk dengan ekspresi meledek.

BOBBY

Satu atap sama ibu?

Bobby menatap Miranty sesaat sebelum kembali melihat ke jalan.

MIRANTY

Beda lantai. Ibu di bawah, aku di atas.

BOBBY

Oke. Setiap hari ketemu sama ibu rasanya bukan ide bagus aja. Aku nggak ngebayangin Mbak bisa tenang di rumah itu.

MIRANTY

Iya sih. Tapi yang paling aku butuhin juga ada di rumah itu.

31 INT. WARUNG - DAY

Samiah berdiri di depan meja kasir sebuah warung kelontong. Si kasir, perempuan usia duapuluhan, seperti baru mengenal kalkulator. Ia menghitung dengan kalkulator dan menuliskan struk belanja secara manual.

KASIR

Deterjen dua, empat puluh. gula sekilo limabelas, jadi--

Si Kasir menghitung ulang di kalkulator.

KASIR

Lima-lima, Bu.

Si Kasir mengecek kembali hitungannya.

KASIR

Empat puluh, sama limabelas... bener kan? Iya, lima-lima.

Samiah membuka dompet pouch-nya, lusuh dan pudar. Samiah mengeluarkan beberapa lembar uang yang terlipat jadi satu. Ia membuka lipatan uang itu. Memilah lembar demi lembar. Dua ribuan, lima ribuan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, seratus ribu. Samiah tidak tahu lembar mana yang harus diberikan.

SAMIAH

Berapa tadi?

KASIR

(sambil membungkus belanjaan ke dalam kantung plastik)

Lima-lima, Bu.

Samiah terdiam, memandangi uang di tangannya. Ia mencuri pandangan Si Kasir, yang memandanginya kebingungan.

Samiah kembali sibuk memilah-milah lembaran uang. Ragu, ia menyerahkan dua lembar uang. Sepuluh ribu dan seratus ribu.

KASIR

Eh, lima-lima, Bu.

Samiah hanya mengangguk sambil memandang Si Kasir.

Koh Gun, pemilik warung, memerhatikan Samiah dari duduknya di sudut warung.

Samiah menaruh uangnya di meja.

Koh Gun menghampiri meja kasir. Wajah dan suaranya ramah.

KOH GUN

(pada Samiah)

Yu Sami, sehat, Yu?

Samiah terhenyak. Membalas senyum Koh Gun sambil mengangguk. Tangannya masih menggenggam lembaran uang kertas.

Koh Gun mengambil uang yang tadi ditaruh Samiah di meja kasir, membuka laci meja berisi uang.

KASIR

Uangnya kelebihan, Koh.

KOH GUN

Sst!

Koh Gun menaruh uang dari Samiah ke dalam laci. Ia mengambil selembar uang limapuluh ribu dan selembar limaribu, diserahkannya pada Samiah.

KOH GUN

Ini kembaliannya ya, Yu.

Koh Gun mengambil kantung berisi belanjaan Samiah.

KOH GUN

Nah, ini belanjaannya, ya. Langsung pulang?

SAMIAH

Iya. Terima kasih.

KOH GUN

Ya, ati-ati pulangnya ya.

Samiah meninggalkan warung. Si Kasir memandangi Samiah yang berjalan keluar warung.

KASIR

Itu kenapa, Koh?

KOH GUN

Hmm. Mulai kaya Mami, kayanya.

32 EXT. JALANAN KOMPLEK - DAY

Perumahan rumah-rumah lama yang tidak seragam. Rumah-rumah besar dan sederhana berdampingan. Jalan kompleknya bisa dilewati tiga mobil sekaligus. Samiah berjalan sambil membawa kantung belanjaan. Keringatnya bercucuran di kening. Ia berhenti di perempatan. Memandang sekelilingnya. Menengok belokan ke kanan dan kiri. Pelan, ia melangkah ke kiri.

Samiah berjalan sambil memandangi rumah-rumah di kanan kirinya. Ia tidak mengenal jalan itu. Ia berjalan sampai ke ujung jalan.

Samiah melewati lapangan kosong. Rumput liar tumbuh disana. Samiah berhenti berjalan. Napasnya terengah. Semakin basah keringat. Ia memandangi lapangan itu.

BEGIN FLASHBACK

Layangan-layangan di langit. Di lapangan yang sama, anak-anak dan orang dewasa ramai bermain layangan. Miranty kecil dan Irwan kecil masing-masing memegang benang layangan, tertawa-tawa sambil memandang ke atas. Samiah membantu Miranty memegangi benang layangannya.

Sebuah mobil berhenti di sisi lapangan. Jendela mobilnya membuka pelan. POV dari dalam mobil. Anita muda melambaikan tangannya keluar jendela. Samiah menyadari isyarat itu, memandang ke arah mobil, dan perempuan yang ada di dalamnya, semakin kencang menggerakkan tangannya.

Samiah mengajak Irwan dan Miranty ke mobil. Seketika raut wajah kedua anak itu berubah. Tidak rela berhenti bermain sekarang.

Cut to:

33 INT. MOBIL ANITA - DAY

Samiah, Miranty kecil dan Irwan kecil duduk di kursi belakang mobil. Mereka berhenti mengeluh begitu masuk ke dalam mobil. Masih dengan wajah cemberut.

Anita melihat Samiah dari spion depan ketika supir menghentikan mobil di depan rumah.

ANITA

Yu. Anak-anak jangan lagi dibawa main sama anak-anak kampung.

SAMIAH

Iya, Bu. Saya minta maaf.

ENDING FLASHBACK.

Cut to:

34 EXT. LAPANGAN KOMPLEK - DAY

CLOSE UP SAMIAH.

SATPAM (O.S.)

Mau kemana?

Samiah menoleh. Seorang laki-laki sebayanya, memakai seragam satpam, berdiri di dekatnya sambil memegangi sepeda tua. Samiah memandanginya tanpa menjawab. Gagal mengenalnya.

SATPAM

(menunjuk ke arah yang berlawanan dengan arah Samiah tadi berjalan)

Kalo pulang kesana, Bu.

Samiah menoleh ke arah yang ditunjuk satpam itu. Samiah melihat ke satpam lagi. Ia mengangguk. Samiah berbalik badan. Berjalan ke arah yang ditunjuk satpam. Satpam menunggu Samiah berjalan lebih jauh, menaiki sepedanya, dan mengayuhnya di belakang Samiah.

Cut to:

WIDE SHOT.

Samiah berjalan cepat. Beberapa meter di belakangnya, Satpam mengayuh sepedanya perlahan. 

35 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - day

Anita duduk di meja makan bersama menantunya, IRINE (28), hamil tua. Anita memotong apel dengan pisau di atas piringnya. Irine menambahkan potongan ayam ke piringnya. Anita meliriknya, tidak berkomentar.

ANITA

Tujuh bulanan udah fix disini, kan ya?

Irine menghentikan kunyahannya.

IRINE

Iya, Bu. Aku udah bujukin Mama. Mama udah setuju, kok.

ANITA

EO-nya yang kamu mau itu bener bisa nyiapin dalam waktu dua minggu?

IRINE

Bisa, Bu. Mereka temen-temen lama aku, aku udah lihat banyak kerja mereka. Bagus, kok. Mereka ada Instagramnya, kalau Ibu mau lihat.

Irine mengetik di HP-nya. Menggeser-geser layarnya. Irine menyodorkan HP-nya pada ibu mertuanya.

IRINE

Ini, bu.

Anita mengambil HP Irine. Memeriksa akun yang ditunjukkan Irine. Anita mengangguk-angguk. Menyodorkan kembali HP Irine, dan kembali pada potongan apelnya.

ANITA

Oke. Kayaknya oke.

Irine menuangkan air minum ke gelasnya. Menyisakan sedikit air di botol.

ANITA

(berteriak)

Ndaaah...!

Endah muncul dengan cepat.

ANITA

(menunjuk botol air di meja)

Ambilin air lagi ya.

ENDAH

Iya, bu.

Endah mengambil botol air dari meja.

ANITA

Yu Sami lagi apa?

ENDAH

Ke warung, Bu.

ANITA

(menghela napas)

Ndah, kan udah saya udah bilang, Yu Sami jangan boleh kemana-mana.

ENDAH

Tadi udah saya larang, Bu. Tapi saya malah dimarahi. Nggak bisa dibilangin, Bu. Dibujukin alus-alus juga terus marah. Katanya bisa sendiri.

ANITA

Udah berapa lama perginya?

Endah melihat jam dinding.

ENDAH

Sudah satu jam.

ANITA

Kamu cepetan ambil air, abis itu kamu susul ke warung.

ENDAH

Iya, Bu.

36 EXT. RUMAH KELUARGA AHMAD - day

Mobil Bobby berhenti di depan pagar rumah. Miranty turun dari mobil, memencet bel rumah. Ia memencet bel sekali lagi sebelum berjalan kembali ke mobil.

Miranty baru akan membuka pintu mobil, matanya menangkap dua orang yang berbaris aneh di kejauhan. Satu berjalan kaki, satu naik sepeda. Ia menyipitkan mata ke arah dua orang itu.

MIRANTY

(pada dirinya sendiri)

Bibik?

Suara pagar dibuka dari dalam. Miranty masih memerhatikan kedua orang tadi. Mereka semakin dekat ke arahnya.

Pagar sudah terbuka sepenuhnya. Miranty memberi isyarat pada Bobby untuk masuk duluan.

Miranty berdiri sambil berkacak pinggang.

MIRANTY

(berteriak)

Bik!

Cut to:

Samiah berhenti berjalan. Satpam berhenti berjalan. Samiah melihat Miranty berteriak memanggilnya. Miranty melambai-lambaikan tangannya. Samiah berjalan lagi. Satpam kembali naik sepeda, berputar ke arah ia datang.

Cut to:

MIRANTY

Bibik!

Miranty memeluk Samiah erat-erat. Samiah termenung sesaat sebelum membalas pelukan Miranty. Miranty melepas pelukannya. Samiah memandangi wajah Miranty.

SAMIAH

Anty.
(beat)

SAMIAH

Anty sakit?

Hodung Miranty kembang kempis. Ia melipat Ia menggeleng. Samiah menengok ke mobil yang baru masuk ke halaman rumah.

SAMIAH

Sama Kresna?

Miranty menggeleng.

MIRANTY

Sama Bobby.

SAMIAH

Bobby? Kresna mana? Sakit?

Miranty menggeleng. Samiah mengelus pipi Miranty.

37 INT. KAMAR MIRANTY - afternoon

Miranty merebahkan diri di tempat tidur. Kamarnya tidak banyak berubah sejak ia tinggalkan setelah menikah dengan Kresna. Foto-foto lama masih ada di sana-sini. Boneka-boneka masih berbaris diatas lemari pakaian, terbungkus plastik.

Korden menutup jendela yang mengarah ke halaman belakang. Miranty beranjak dan membuka korden, dari jendela, ia bisa melihat Samiah menyiram tanaman dibawah. Samiah tidak beranjak dari satu titik. Menatap dan menyiram tanaman yang sama selama beberapa menit.

Suara pintu diketuk. Miranty menoleh cepat ke pintu.

Cut to:

Pintu terbuka pelan-pelan. Kepala Bobby muncul sedikit demi sedikit dari celah pintu, mencari-cari dimana Miranty. Matanya menemukan Miranty di dekan jendela.

BOBBY

(manja)

Hai. Aku pamit ya.

MIRANTY

Makasi banyak ya, bayi.

Miranty menghampiri Bobby dan memeluknya.

BOBBY

Kabarin.

MIRANTY

Oke.

Bobby melepaskan pelukannya.

MIRANTY

Eh, tolong sekalian panggilin Bibik kesini ya.

BOBBY

Oke.

Bobby keluar dari kamar Miranty. Miranty berjalan ke kamar mandi di dalam kamarnya. Membiarkan pintunya terbuka. Terderngar suara keran dinyalakan dari kamar mandi. Pintu kamar dibuka. Anita masuk membawa bungkusan di tangannya dan duduk di tepi tempat tidur.

MIRANTY (o.s.)

Bik?

Suara keran air berhenti. Miranty keluar dari kamar mandi.

MIRANTY

Bik--

Miranty berhenti di tempat. Berdiri canggung di depan pintu kamar mandi, menunduk.

Hening.

Anita memandang anaknya. Menunggu. Miranty tetap diam.

ANITA

Ini kain seragam untuk acara tujuh bulanan Irine dua minggu lagi.

Anita menaruh bungkusan itu diatas tempat tidur.

ANITA

Harus cepat-cepat dijahit. Kalau kamu nggak tahu mau jahit dimana biar ibu bawa ke langganan ibu aja.

Miranty menatap bungkusan itu. Tidak menjawab. Anita mengambil kembali bungkusan itu dan membukanya, mengeluarkan kain tule berwarna ungu muda dan menghamparkannya diatas tempat tidur. Anita menoleh pada Miranty, menunggu komentarnya. Miranty memandangi kain itu.

MIRANTY

Oke.

Miranty berjalan ke meja rias dan duduk di kursinya. Mengeluarkan isi dompet kosmetiknya dan menatanya di atas meja rias.

ANITA

Oke gimana? Mau dijahit di langganan ibu atau gimana?

MIRANTY

Ehm... Belum tahu. Nanti aku pikirin dulu.

ANITA

Ini kalau nggak masuk ke penjahit besok nggak akan keburu.

MIRANTY

Ya udah, di penjahit ibu aja. Modelnya terserah.

MIRANTY

Aku belum tentu dateng juga.

ANITA

Acaranya di rumah ini.

MIRANTY

(kesal)

Lagi nggak pengen ketemu orang banyak, bu.

ANITA

Trus kalau tamu-tamu pada nanya kamu mana, ibu jawab apa? Ada di kamar nggak mau ketemu orang?

Miranty diam.

ANITA

Kenapa Kresna nggak nganter kamu pulang?

MIRANTY

Aku nggak mau. Pengan dijemput Bobby aja.

ANITA

Jadi sebenernya dia mau nganter kamu?

MIRANTY

Iya, tapi aku nggak mau. Ntar pake acara mulang-mulangin aku ke orang tua kaya apa aja.

ANITA

Ya memang harusnya begitu!

Miranty selesai menata meja riasnya. Ia mengambil salah satu botol serum dan memain-mainkannya di tangan.

Anita beranjak dan berjalan ke pintu.

ANITA

Bapak udah pulang. Sebentar lagi makan malam. Anita keluar kamar dan menutup pintu.

Miranty memandang kain seragam di tempat tidur dari cermin meja rias.

38 INT. HALAMAN RUMAH KELUARGA AHMAD - NIGHT

Bobby berpapasan dengan Samiah saat akan masuk ke mobilnya.

BOBBY

Eh, Bik. Dipanggil Mbak Anty ke kamarnya.

SAMIAH

Anty di kamarnya?

BOBBY

Iya.

SAMIAH

Sama Mas Kresna?

BOBBY

Eh... nggak, Bik.

SAMIAH

Oh, iya. Iya.

Samiah berlalu masuk ke rumah.

39 INT. TANGGA RUMAH - NIGHT

Samiah menaiki tangga menuju kamar Miranty. Ia berhenti melangkah ketika sampai di puncak tangga. Tercenung. Ia mengerutkan keningnya, melihat ke sekeliling, dan kembali menuruni tangga.

40 INT. RUANG MAKAN - NIGHT

Endah mondar-mandir dari dapur ke meja makan. Membawa piring atau mangkuk berisi makanan.

Anita dan Irine duduk di meja makan. IRWAN (40), santai, memakai kaus polos dan celana selutut, keluar dari kamarnya dan berjalan ke meja makan. Irwan duduk di sebelah Irine.

IRWAN

Anty udah dateng, ya?

IRINE

Udah, ada diatas.

IRWAN

(pada ibunya)

Ikut makan nggak?

Anita mengangkat bahunya.

IRWAN

(pada istrinya)

Aku keatas sebentar.

Irwan beranjak dari kursinya. Anita memerhatikan Irwan yang berlalu keatas. Samiah masuk ke ruang makan, membawa botol air. Ia menaruhnya di meja. Ia melihat ke arah Irine dan mengangguk sambil tersenyum padanya. Samiah mendekat ke Anita. Berbisik.

SAMIAH

Bu, maaf, tamunya berapa orang?

ANITA

Tamu?

Anita menatap Samiah. Ia langsung mengerti.

ANITA

Nggak ada tamu, Yu.

Samiah menoleh ke Irine pelan-pelan.

ANITA

(santai, menuangkan air minum ke gelasnya)

Itu Irine. Istrinya Irwan.

Samiah memandangi Irine.

IRINE

(menaruh tangannya di dada)

Irine, Yu.

Samiah mengangguk, kembali ke dapur.

Irine dan Anita saling pandang. Anita mengangkat alisnya sambil menghela napas.

41 INT. LANTAI ATAS - NIGHT

POV Bagian luar pintu Miranty. Tangan Irwan mengetuk pintu.

MIRANTY (O.S.)

Siapa?

IRWAN

Hey.

Pintu dibuka dari dalam. Miranty muncul di ambang pintu. Ia langsung kembali masuk ke kamar, membiarkan pintu kamar terbuka.

Irwan masuk ke kamar.

Cut to:

42 INT. KAMAR MIRANTY - NIGHT

Miranty merebahkan diri di tempat tidur. Irwan merebahkan diri di samping Miranty. Keduanya memandang langit-langit.

IRWAN

Dua bulan lagi aku jadi bapak,Ty.

MIRANTY

Salah siapa itu?

Irwan menoleh ke adiknya.

Cut to:

CLOSE UP bantal menutup wajah Miranty. Miranty memberontak.

Cut to:

WIDE SHOT.

Irwan menutup wajah Miranty dengan bantal. Miranty menendang Irwan. Irwan melepaskan cengkeramannya sambil terbahak, menjatuhkan diri ke tempat tidur di sebelah Miranty terbaring. Miranty menarik napas dalam-dalam setelah terbebas dari bekapan bantal. Ia memukuli kakaknya dengan bantal itu. Irwan semakin terbahak. Miranty ikut tertawa, kembali merebahkan diri di tempat tidur. Tawa mereka reda.

IRWAN

Kamu beneran jadi cerai?

MIRANTY

Yep.

Irwan memandang adiknya. Miranty menatap langit-langit. Irwan bangun dari tempat tidur.

IRWAN

Ayo makan.

Miranty membalikkan tubuhnya, memunggungi kakaknya. Irwan menarik memegangi pergelangan salah satu kaki Miranty dan menariknya. Miranty menjerit.

43 INT. RUANG MAKAN - NIGHT

AHMAD (60-an), sudah duduk di meja makan saat Miranty dan Irwan tiba di ruang makan. Miranty mencium tangan ayahnya sebelum mengambil tempat duduk jauh dari ibunya.

AHMAD

Kamu datang jam berapa tadi, Ty?

MIRANTY

Siang. Sekitar jam dua-an, pak.

AHMAD

Katanya kamu nggak diantar Kresna?

MIRANTY

Iya.

AHMAD

Kenapa kok dia nggak ngantar baik-baik kesini?

Miranty tidak langsung menjawab. Ia bertukar tatapan dengan Kresna sesaat.

MIRANTY

Aku nggak mau diantar.

AHMAD

Kenapa? Kok kamu nggak menghargai diri kamu sendiri?

Miranty diam. Semua diam. Ahmad mengisi piringnya.

AHMAD

Terus sekarang rencana kamu apa?

MIRANTY

Masih menulis.

AHMAD

Sudah ada yang laku naskahmu?

MIRANTY

Belum.

Semua mulai mengambil nasi dan lauk setelah Ahmad mulai menyendok.

AHMAD

Kamu nggak mau memertimbangkan bisnis apa gitu?

Irine menyodorkan botol air minum pada Miranty sambil tersenyum.

MIRANTY

(pada Irine)

Makasih.

(pada Ahmad)

Aku masih mau nulis aja.

Ahmad menatap Miranty. Kembali pada makanannya. Irine menuangkan sisa air di botol ke gelasnya. Irine beranjak membawa botol kosong itu ke dapur.

Terdengar suara ribut Samiah dan Endah di dapur, disusul suara sesuatu pecah.

ENDAH (O.S.)

Mbak Irine, awas, Mbak!

Irwan bergegas ke dapur. Miranty menyusul cepat-cepat.

44 INT. DAPUR - night

Irine berdiri di ambang pintu dapur. Samiah duduk di lantai, sementara Endah berjongkok di sebelahnya, memunguti pecahan kaca ke atas kain pel. Sebagian kecil lantai basah, pecahan kaca bertebaran. Samiah meratap.

SAMIAH

Aku bisa, aku bisa.

ENDAH

(lembut)

Udah nggak apa-apa, nggak apa-apa. Biar sama saya aja.

MIRANTY

Kenapa, Ndah?

Endah mendongak, tersenyum sungkan pada Miranty dan Irwan.

ENDAH

Nggak apa-apa, Mbak. Cuma gelas pecah.

Irwan memegang lengan Irine yang masih berdiri membawa botol kosong, mengajaknya kembali ke meja. Miranty berjongkok di samping Samiah.

MIRANTY

Bik, ayo. Biar diberesin sama Endah. Yuk.

Miranty memegangi kedua lengan Samiah, menuntunnya untuk berdiri. Endah cepat-cepat berdiri dan mengambil alih Samiah.

ENDAH

Sama saya aja, Mbak.

Endang memegangi lengan Samiah. Miranty melepaskan Samiah. Endah menuntun Samiah ke kamarnya.

SAMIAH

Aku bisa!

Endah melepaskan Samiah, tapi tetap berjalan di sampingnya. Miranty memerhatikan Endah dan Samiah menjauh;

45 INT. RUANG MAKAN - night

Miranty kembali ke tempat duduknya di meja makan.

AHMAD

Kenapa itu tadi?

IRWAN

Bibik nggak sengaja mecahin gelas.

AHMAD

Linglung lagi? Semakin sering, ya?

IRINE

Tadi nggak ngenalin aku. Dikiranya aku tamu.

IRWAN

Oya?

Irine mengiyakan.

ANITA

Tadi siang sampai satu jam ke warung. Kata Endah, Pak Satpam cerita nemu Yu Sami di deket lapangan. Lupa lagi jalan pulang kayanya.

Miranty menyimak percakapan keluarganya. Merasa asing.

MIRANTY

Bibik kenapa?

Semua menoleh pada Miranty. Baru ingat kembali ada orang yang bukan penghuni rumah itu.

IRWAN

Beberapa bulan ini Bibik kayanya agak... linglung gitu.

ANITA

Sudah hampir setahun.

IRINE

(memandang Miranty)

Nggak lama sejak anaknya meninggal, sih, Mbak.

Anita

Kompor nyala ditinggalin, ember ditinggal di ruang tamu, kerjaan nggak diseleaikan, lupa jalan kalau pergi-pergi. Untuk di komplek sini orang lama semua. Jadi semua tahu Yu Sami. Ketahuan orang kalau dia pas lagi lupa jalan.

Miranty menyimak tak percaya.

AHMAD

Itu alamat keluarganya, siapanya itu, sepupunya? Sudah ketemu?

ANITA

Keponakannya. Tapi bukan keponakan langsung, anak dari sepupunya, katanya. Tinggalnya katanya jauh sih, dari desanya Yu Sami. Alamatnya lagi dicari. Kemarin Si Mul sudah ngasih nomor HP-nya, tapi nggak bisa dihubungi. Sudah mati nomornya, kayaknya.

IRINE

Tapi itu bener keponakannya, Bu? Si Mul dapet info dari mana?

ANITA

Ya dia ke kampungnya Yu Sami, nanya-nanya sama orang disana. Di desanya memang sudah nggak ada samasekali keluarganya. Biasanya orang desa itu, satu desa itu ya masih saudara semua, tapi kalau keluarganya Yu Sami agak aneh memang. Dia nggak punya keluarga lagi di desanya.

MIRANTY

Ini soal apa lagi?

ANITA

Lagi nyari-nyari keluarganya Yu Sami. Di desanya sudah nggak ada lagi keluarganya ternyata. Rumah sih masih ada katanya. Kosong. Yu Sami sendiri ditanya masih ada saudara dimana, nggak inget.

MIRANTY

Buat apa?

ANITA

Kondisinya Yu Sami mulai nggak memungkinkan untuk dia kerja. Kalau sudah seperti itu, semakin lama akan semakin parah. Dia sudah nggak bisa lagi ngurusin rumah, malah jadi kita yang harus ngurusin dia nanti.

Endah datang membawa botol berisi air minum dan menaruhnya di meja. Anita berhenti bicara sampai Endah pergi.

ANITA (CONT'D)

Jadi ini lagi dicari keluarganya, supaya Yu Sami bisa dipulangkan ke keluarganya, kalau pulang ke desanya, dia nggak ada yang ngurusin. Kasihan.

Miranty ternganga. Ia menoleh pada Irwan. Irwan membalas tatapannya, mengerti. Irwan kembali menaruh perhatian pada makanannya.

MIRANTY

Maksudnya ibu mau nyerahin Bibik ke keluarganya, cuma gara-gara sekarang dia suka lupa-lupa, kerjanya nggak seberes kaya dulu. Ya maklum lah kalau dia udah nggak sekuat dan segesit dulu. Ya nggak bisa gitu aja trus nyerah-nyerahin dia ke keluarganya yang kita juga nggak tahu siapa. Yang kemungkinan besar juga asing sama Bibik.

ANITA

Ini kamu apa lagi? Kita disini yang ngerasain apa aja dampaknya dengan kondisi Yu Sami kayak sekarang ini. Kita udah berusaha menerima kondisi dia kaya gini. Tapi makin lama makin nggak aman, makin lama malah nambah-nambahin kerjaan kita untuk untuk ngurusin dia. Endah nggak bisa fokus ngurusin rumah karena dia juga harus ngurusin Yu Sami.
Kamu tahu? Udah berapa kali Yu Sami pergi ke warung, atau lagi nyiram rumput tahu-tahu pergi, trus nggak bisa pulang? Kamu tahu, udah tiga kali Yu Sami ninggalin wajan gosong sampai hampir kebakaran gara-gara dia lupa lagi masak? Sekarang kita lagi susah payah cari keluarganya, demi bisa dia itu ada yang ngurusin, nggak nelantarin dia begitu aja di kampungnya.
Kamu dateng-dateng, nggak ikut ngurusin, nggak tahu masalahnya separah apa, tapi nentang begitu aja.

MIRANTY

Bu, Bibik itu kerja disini udah puluhan tahun, dari aku masih bayi. Bibik nggak punya siapa-siapa lagi. Ya tinggal kita ini lah keluarganya. Kalau sekarang kondisinya kaya begitu, ya kita ini yang harus ngurusin.

Anita menatap Miranty. Tajam. Anita baru akan membuka mulutnya, Ahmad menahannya dengan menaruh tangannya di lengan Anita.

AHMAD

Yu Sami dulu kita beri pekerjaan disini karena jasanya. Karena kecekatannya, kebisaannya untuk diandalkan. Ngurusin kamu, kakak kamu, adek kamu. Ngurusin rumah.
(beat)


AHMAD

Sekarang, kondisi Yu Sami sudah tidak memungkinkan untuk menjalankan semua pekerjaan itu. Akan menyiksa dia kalau terus-terusan dituntut untuk mengerjakan itu semua. Ya sudah waktunya dia istirahat. Dengan cara yang baik-baik, tentunya. Kita semua tahu Yu Sami sudah tidak punya keluarga di desa. Ayah ibunya sudah tidak ada, anak satu-satunya sudah tidak ada. Dia anak tunggal. Ya kita upayakan untuk mencari keluarga terdekatnya.

MIRANTY

Ya kalaupun ada kelarga terdekat juga kan bukan orang-orang yang familiar sama Bibik, Pak. Orang puluhan tahun Bibik tinggal disini, udah jadi keluarga disini. Ya kita ini keluarga terdekatnya.

ANITA

Lalu diantara kita, keluarga terdekatnya ini, siapa yang menurut kamu akan mengurus Yu Sami? Nanti kalau sudah tambah pikun, dia harus sampai diurusi segala urusan sehari-harinya.

CLOSE UP MIRANTY

ANITA (O.S.)

Makan harus disuapi, urusan ke kamar mandi harus dibantu. Siapa yang mau ngurusi? Kamu?

Hening. Irwan dan Irine menunduk, menatap piring masing-masing. Miranty membalas tatapan ibunya.

MIRANTY

Ya. Biar aku yang ngurus Bibik.

Miranty beranjak dari duduknya.

AHMAD

Anty, duduk.

Miranty berhenti bergerak. Perlahan kembali ke posisi duduknya.

AHMAD (CONT'D)

Sebentar, Ty. Kalau memang begitu maumu, silahkan kamu merawat Yu Sami sebisamu. Tapi kalau tetap ada--dampak ke keluarga ini dari kondisi Yu Sami yang sekarang, Bapak tetap pada rencana semula untuk memulangkan Yu Sami ke keluarganya.

Miranty menahan kekesalannya dengan diam. Ia mengangguk dan pergi meninggalkan ruang makan dan piring bersih.



 

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar