Emong
4. ACT 2 pt.1

46 INT. KAMAR SAMIAH - NIGHT

Samiah bangun dari tidurnya.

Duduk di tempat tidur. Kamarnya gelap. Sedikit cahaya dari luar masuk lewat ventilasi kamar. Samiah menatap tembok kamarnya.

CLOSE UP SAMIAH.

Matanya cekung. Rambut panjang lurus tipis tergerai. Rautnya lelah. Beberapa saat ia diam.

Seperti tersadar dari lamunan, ia cepat-cepat menggelung rambutnya sehingga membentuk gulungan sederhana tanpa jepit dan ikat. Ia beranjak dari tempat tidur.

47 INT. DAPUR - NIGHT

CLOSE UP Ceret air diletakkan diatas kompor. Kompor menyala.

48 INT. RUANG TENGAH - NIGHT

Hanya lampu duduk di sudut yang menyala redup.

Jam di dinding menunjukkan pukul 3.10.

Samiah membuka korden-korden panjang yang menutup jendela-jendela ruangan. Langit masih gelap. Samiah mematikan lampu duduk di sudut ruangan.

49 INT. RUANG TAMU - NIGHT

Samiah membuka korden-korden. Membuka pintu keluar.

Gelap ruang tamu kontras dengan cahaya lampu teras. Siluet Samiah membentuk di ambang pintu.

Samiah keluar dari rumah.

Bunyi ceret air mendidih.

50 INT. KAMAR MIRANTY - NIGHT

Miranty duduk berselonjor di atas tempat tidur, memangku laptop.

CLOSE UP layar laptop. Menampilkan artikel kesehatan tentang demensia.

MEDIUM CLOSE UP MIranty. Miranty mengetik sesuatu. Ia diam sejenak, mengamati layar.

CLOSE UP layar laptop.

Miranty menekan pilihan "BUAT PERJANJIAN".

Terdenger suara dengung monoton tanpa henti dari kejauhan.

Miranty mengerutkan keningnya, menoleh ke luar jendela.

Miranty menaruh laptop-nya diatas tempat tidur. Ia berjalan ke jendela, membuka sedikit kordennya dan mengintip keluar. Ia menutup kembali kordennya. Mencari-cari arah suara.

51 INT. TANGGA - NIGHT

Langkah kaki Miranty menuruni tangga. Gelap.

Suara dengung semakin jelas.

52 INT. LANTAI BAWAH - NIGHT

Miranty sampai di dasar tangga. Diam, memastikan asal suara. Ia berjalan cepat.

53 INT. DAPUR - NIGHT

Ceret air berbunyi nyaring. Uap dan air keluar dari lubang ceret. Miranty cepat-cepat mematikan kompor.

Miranty mencari-cari.

54 INT. KAMAR SAMIAH - NIGHT

Pintu kamar terbuka. Miranty memegang gagang pintu, berdiri di ambang pintu. Samiah tidak ada di kamarnya. Miranty berpaling.

MIRANTY

Bik?

Ia bergerak menjauh dari pintu kamar.

55 INT. RUANG TAMU - NIGHT

Miranty memercepat langkahnya ketika melihat pintu depan terbuka, dan keluar dari rumah.

56 EXT. HALAMAN RUMAH KELUARGA AHMAD - NIGHT

Selang air di halaman tergeletak diatas rumput, airnya keluar.

Di latar belakang, Miranty keluar dari pintu rumah dan perhatiannya tertuju pada selang air.

CLOSE UP keran air dimatikan.

Miranty berdiri di dekat selang air, terengah. Mencari-cari.

MIRANTY

Bik?

Miranty melihat pagar rumah terbuka. Ia berlari keluar pagar.

57 EXT. KOMPLEKS PERUMAHAN KELUARGA AHMAD - NIGHT

Miranty berdiri di tengah jalan depan rumahnya. Menoleh ke kanan dan kiri. Panik.

Langit masih gelap. Jalanan komplek sepi, diterangi tiang-tiang lampu jalanan dan lampu-lampu teras rumah.

MIRANTY

BIBIK! BIK!

Ia berlari ke perempatan jalan.

Sampai di perempatan, ia melihat sosok di ujung jalan.

MIRANTY

BIBIK! BIBIK!

Miranty memercepat larinya. Sosok itu terus berjalan.

Cut to:

58 INT. PEREMPATAN JALAN - NIGHT

MEDIUM CLOSE UP SAMIAH

Samiah berdiri persis di bawah lampu jalan. Ia bisa mendengar langkah mendekat dengan cepat, tapi tidak kelihatan olehnya apa atau siapa yang mendekat.

Samiah memercepat langkahnya.

MIRANTY (O.S.)

Bik! Bibik!

Samiah setengah berlari sekarang.

MIRANty Kecil (O.S.)

Bibik! Nggak boleh pergi!

Samiah melambat. Menoleh ke belakang.

Cut to:

59 EXT. HALAMAN RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Miranty (8) menarik-narik tangan Samiah yang berdandan rapi, membawa tas travel dan bungkusan di tangannya. Seorang perempuan berseragam suster menggendong bayi di dekat Miranty. Mengulurkan satu tangannya ke arah Miranty, membujuknya.

MIRANTY KECIL

Nggak boleh pergi! Pokoknya nggak boleh pergi! Bibik jangan pergi. (mulai menangis)

Anita (30-an) berdiri di ambang pintu depan.

SAMIAH

Anty, Bibik cuma pulang sebentar. Cuma seminggu. Nanti Bibik kesini lagi, bawa oleh-oleh buat Anty, ya? Ya?

SUSTER

Tuh, nanti Anty dibawain oleh-oleh tuh. Boleh ya. Bibiknya boleh pulang dulu ya. Anty sama suster dulu ya mainnya ya.

Tangisan Miranty Kecil semakin keras, napasnya tersengal.

MIRANTY KECIL

Nggak ma-mauu. Nggak mauu...

ANITA (O.S.)

Anty! Masuk!

Cut to:

MEDIUM CLOSE UP ANITA.

Anita menatap tajam ke arah Miranty.

Cut to:

Samiah dan Miranty menoleh ke arah Anita.

SUSTER

(berbisik)

Tuh, ibu marah lho. Ayo, Anty masuk cepatan.

Samiah berlutut di depan Miranty.

SAMIAH

Anty masuk dulu yah, disuruh Ibu masuk. Ayo, sana. Bibik cuma seminggu, kok. Nggak lama. Nanti tahu-tahu Bibik udah pulang kesini lagi. Ya? Kan Anty pinter, ya? Ayo, sana masuk.

Suster menggandeng tangan Miranty, menariknya pelan.

ANITA (O.S.)

Udah, Yu. Tinggalin aja.

Samiah melihat ke Anita dan mengangguk. Ia berbalik dan pergi. Miranty mengerang. Suster memererat pegangannya pada Miranty. Anita masuk ke dalam rumah.

Suster memeluk Miranty dengan sebelah tangannya. Miranty terus menangis.

Cut to:

60 EXT. PEREMPATAN JALAN KOMPLEK - NIGHT

Samiah berdiri diam. Tangan Miranty menangkap lengan Samiah.

MIRANTY

Bik!

Miranty membungkuk, mengatur napasnya. Samiah memegang tangan Miranty yang memegangi lengannya.

SAMIAH

Nggak. Bibik nggak jadi pergi.

Samiah menggandeng tangan Miranty, melangkah ke arah yang berlawanan. Ke rumah.

SAMIAH (CONT'D)

Yuk, Anty, yuk. Kita masuk rumah, yuk.

Masih tersengal, Miranty memandang Samiah, berkerut kening. Menurut dan mengikuti kemana langkah Samiah.

61 EXT. JALANAN KOMPLEK - NIGHT

Miranty dan Samiah berjalan bersama di jalanan komplek yang sepi. Pandangan Samiah terus ke depan. Miranty sesekali menoleh pada Samiah, memerhatikannya.

MIRANTY

Bibik tadi mau kemana?

SAMIAH

Mau pulang ke desa. Nengokin Wisnu.

Miranty menatap Samiah. Hidungnya kembang kempis. Ia merapatkan bibirnya.

MIRANTY

Wisnu--Wisnu baik-baik aja kok, Bik.

SAMIAH

Iya, Bibik tahu. Cuma kasihan sendirian. Nungguin Bibik pulang.

Miranty diam. Hanya ada suara langkah mereka berdua.

MIRANTY

Emang Bibik kepengen pulang ke kampung?

Samiah tidak menjawab.

MIRANTY

Bik, Bibik pengen disini atau pulang kampung?

CLOSE UP SAMIAH.

Cut to:

BEGIN FLASHBACK.

62 EXT. TERMINAL BIS - DAY

CLOSE UP SAMIAH MUDA.

Matanya mencari-cari.

WIDE SHOT.

Terminal bis ramai dipenuhi pemudik. Samiah mencari-cari bis yang akan dinaikinya. Tas travel usang ditenteng di satu tangan sebelahnya memegangi mainan mobil besar yang masih terbungkus kotak kemasan dan kantung plastik. Ia berhenti dan menaruh tas travelnya di lantai. Mengatur napas. Ia kembali mengangkat tas travelnya dan berjalan lagi.

Suara kernet memanggil-manggil.

Cut to:

Seorang kernet berdiri di depan pintu bis yang terbuka.

Penumpang-penumpang naik ke bis itu, melewati si kernet.

Cut to:

Samiah bergegas menuju bis itu.

63 INT. BIS - DAY

Bis tanpa AC itu sudah hampir penuh. Samiah sampai diatas bis. Ia menemukan sebuah bangku kosong jauh di belakang. Sambil tas travelnya tersangkut-sangkut kursi dan kaki penumpang, ia berjalan menuju bangku itu.

Setelah menjejalkan tas travelnya diantara kursinya dan kursi depan, ia duduk dan mengangkat kaki ke atas tasnya, memangku kotak mainan besar.

64 EXT. DESA SAMIAH - AFTERNOON

Samiah turun dari ojek di jalan tanah, di depan pekarangan luas sebuah rumah joglo. Tidak ada rumah lain di samping-samping rumah itu. Dari pekarangannya, tampak turunan bukin ke tanah lapang yang dipakai anak-anak bermain layangan di kejauhan. Wisnu, saat itu 12 tahun, ada disana. Samiah berbelok sampai bisa melihat anak-anak itu lebih jelas. Ia menaruh tas travelnya di tanah.

POV anak-anak yang bermain layangan di lahan kosong.

Seorang anak menoleh ke arah perempuan yang melambaikan tangannya ke arah mereka. Meneriakkan sesuatu. Satu tangannya memegang bungkusan besar. Anak itu menyipitkan matanya ke arah perempuan itu.

TEMAN WISNU

(menunjuk ke arah perempuan itu)

Nu! Nu! Kae, lho! (Nu! Nu! Itu, lho!)

Wisnu menoleh pada temannya.

WISNU

(mengangkat dagunya)

Hm?

TEMAN WISNU

Kae, lho! Ibukmu, to? (Itu, lho! Ibumu, kan?)

Wisnu menoleh ke arah temannya menunjuk. Ekspresi wajahnya tak berubah ketika mengenali perempuan yang berteriak dan melambaikan tangan ke arahnya.

Cut to:

POV Belakang tubuh Samiah.

Samiah terus melambai. Ia bisa melihat anaknya balas melihatnya tanpa berhenti bermain layangan dan menghampirinya. Samiah menurunkan tangannya. Berdiri diam sejenak sebelum mengangkat tas travelnya dan berjalan ke arah rumah.

65 INT. RUMAH SAMIAH DI DESA, KAMAR SAMIAH - NIGHT

Samiah memberikan bungkusan oleh-oleh pada Wisnu yang duduk di sampingnya di tempat tidur, di kamar mereka. Wisnu menerima bungkusan itu, membukanya pelan. Tak bersemangat. Sebuah truk mainan besar kelihatan dari balik bagian transparan dari kotak kemasannya. Wisnu memandanginya. Diam. Pelan, Samiah berhenti tersenyum. Wisnu beranjak. Menaruh kotak berisi mainan itu di meja.

SAMIAH

Lho, ora dibuka, le? (lho, nggak dibuka, nak?)

WISNU

Mboten. Ndak reget. (Nggak, nanti kotor)

Wisnu mengambil peci yang tergeletak di meja, di samping mainan truk, dan memakainya. Mengambil sarung di atas tempat tidur dan berjalan keluar kamar sambil memakai sarung. Samiah memerhatikan anaknya. Bibirnya tertutup rapat.

SUMIYEM (O.S.)

Nang ngendi, Le? (Kemana, nak?)

WISNU (O.S.)

Mejid. Traweh. Slamlekom. (Mesjid. Tarawih.)

SUMIYEM

Wa'alaiumsalaam.

66 EXT. TERMINAL BIS DI DESA - DAY

Samiah duduk di bangku panjang. Tas travelnya berada di lantai, di depannya. Di pangkuannya, ada bungkusan plastik berisi kerupuk dan makanan kecil.

Beberapa meter darinya, seorang kernet bis bersandar malas ke badan bis sambil meneriakkan tujuan bis. Samiah tetap duduk di bangku sambil memandangi kernet itu. Jam tua besar tanpa jarum detik di dinding terminal menunjukkan pukul 9.55.

KERNET

Yo, mas, mbak, yang Jakarta. Rambutan rambutan!

PENUMPANG

Badhe teng pundi, Mbak? (mau kemana, mbak?)

Seorang laki-laki yang duduk di sebelahnya bertanya. Samiah refleks menoleh padanya.

SAMIAH

Eh, Ja-jakarta.

PENUMPANG

Lho, Jakarta niko, mbak. Sedhilit malih budhal! (Jakarta yang itu, mbak. Sebentar lagi berangkat)

Laki-laki itu menunjuk ke arah bis yang sedari tadi dipandangi Samiah. Samiah melihat ke arah bis itu. Si Kernet mulai berjalan ke pintu bis. Berteriak, memanggil calon penumpang lebih lantang.

CLOSE UP SAMIAH. Masih memandang ke arah bis tanpa beranjak.

Semua suara di terminal teredam sesaat.

PENUMPANG (O.S.)

Mbak, gek ndang, Mbak! (Mbak, cepat, Mbak!)

Samiah berdiri, mengangkat tas travelnya, dan berjalan ke arah bis.

END OF FLASHBACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar