Emong
5. ACT 2 Pt.2

67 INT. KAMAR MIRANTY - DAY

Miranty berbaring di tempat tidurnya. Jendela kamarnya tertutup korden, membuat kamarnya redup. Miranty menguap panjang. Matanya perlahan terpejam. Napasnya berembus tenang. Lima detik kemudian alarm berbunyi. Miranty terbangun dan langsung terduduk. Tangannya mencari-cari HP. Jarinya menggeser layar tanpa ia melihatnya. Bunyi alarm berhenti. Ia bangun dari tempat tidur dan masuk ke kamar mandi.

68 INT. RUMAH SAKIT - DAY

Miranty dan Samiah duduk bersebelahan di bangku ruang tunggu rumah sakit. Samiah memandangi sekelilingnya, merapatkan baju hangatnya. Ruangan besar itu luas dan terang. Semua kelihatan baru. Tidak lebih dari selusin orang yang duduk menunggu disana. Selebihnya orang-orang berseragam.

SAMIAH

Anty, sakit apa?

Anty mengalihkan perhatiannya dari hp-nya ke Samiah.

MIRANTY

Anty nggak sakit, Bik.

SAMIAH

Kalo nggak sakit kenapa kita ke rumah sakit?

Miranty melipat bibirnya.

MIRANTY

Mau konsultasi aja sama dokter.

(beat)

MIRANTY

Nanti kalau dokternya nanya-nanya Bibik, Bibik jawab aja apa adanya. Yah?

SAMIAH

Kok nanya-nanya Bibik?

MIRANTY

Bik, kan tadi Anty udah bilang, kita ke dokter mau konsultasi soal--ehm, konsultasi kesehatannya Bibik.

SAMIAH

Hah? Ngapain? Bibik nggak sakit, kok! Bibik nggak pernah sakit sampe ke dokter. Kalau sakit paling pusing-pusing, minum obat warung juga sembuh.

Samiah melihat ke sekeliling.

SAMIAH (CONT'D)

Ini kan rumah sakit mahal. Anty, kita ngapain kesini? Bibik sehat! Ayo, pulang aja!

Samiah berdiri. Miranty menahan Samiah.

MIRANTY

Bik, yang namanya orang itu semakin tua semakin harus rajin cek kesehatan. Makannya Anty ajak kesini.

SAMIAH

Orang kaya yang begitu! Bibik nggak perlu.

Samiah menarik diri dari pegangan Miranty.

MIRANTY

Sebentar aja. Sebentar... aja.

PERAWAT (O.S.)

Ibu Samiah!

Miranty dan Samiah menoleh ke arah sumber suara.

69 INT. RUANG DOKTER - DAY

DOKTER

Kalau dari yang disampaikan ibu tadi, bisa jadi itu gejala-gejala demensia, tapi untuk memastikannya perlu dilakukan beberapa tes.

SAMIAH

(cepat)

Tes apa dok?

DOKTER

Ada tes fisik dan ada tes mental. Yang fisik itu nanti dicek kardiovaskuler dan saraf-sarafnya. Kemudian ada esemen psikiatrik untuk mengecek apakah ada depresi--

Samiah memandang Miranty sambil berkerut kening. Ia menggeleng-gelang.

DOKTER

Kemudian nanti ada tanya jawab juga, dan juga tes laboratorium.

SAMIAH

Banyak sekali. Buat apa? (menoleh pada Miranty) Bibik sehat. Nggak usah tes-tes banyak-banyak.

Samiah menggeleng-geleng dan mulutnya mengucap tanpa suara, "Nggak mau." Memohon. Miranty mengusap-usap punggung Samiah.

MIRANTY

Eh, baik, dokter. Akan kami diskusikan dengan keluarga dulu.

Dokter mengangguk sambil tersenyum.

70 INT/EXT. CAFE - DAY

Miranty dan Samiah duduk berhadapan di sebuah meja cafe, di bagian luar dari cafe itu. Payung-payung besar melindungi meja-mejanya. Miranty melipat tangannya di meja, kepalanya berada diatas tangannya. Matanya terpejam.

Samiah memandangi sekelilingnya, dan orang-orang yang lewat di depan cafe. Suasana cafe itu sejuk, tanaman-tanaman hijau memenuhi sudut dan pinggirannya. Kursi-kursi dan meja kayu antik berjajar di sepanjang teras cafe.

Wajah Samiah tenang, tersenyum kecil sambil masih memandangi suasana ketika pelayan datang membawa baki berisi dua cangkir besar.

PELAYAN CAFE

Permisi, Kak.

Miranty tersentak. Bangun. Si pelayan cafe tersenyum padanya.

PELAYAN CAFE

Maaf ya, Kak. Ini yang americano.

Pelayan menurunkan satu cangkir ke meja.

MIRANTY

(menunjuk ke meja bagiannya)

Disini, kak.

Pelayan menaruh cangkir sesuai petunjuk Miranty.

PELAYAN CAFE

Yang ini tehnya, ya.

Pelayan menaruh cangkir di hadapan Samiah.

PELAYAN CAFE

Sudah semua ya, Kak. Maaf, kalau ada tambahan mendingan order sekarang ya, Kak. Karena sebentar lagi jam makan siang, biasanya antriannya panjang.

Miranty menoleh pada Samiah.

MIRANTY

Bibik mau makan?

Samiah menggeleng cepat.

MIRANTY

Nggak ada tambahan, Kak. Makasih ya.

PELAYAN CAFE

Baik, Kak.

Pelayan meninggalkan mereka. Miranty mengusap-usap wajahnya. Jari-jarinya meraba badan cangkir di hadapannya, sebelum kemudian mengangkat dan menyesapnya.

Samiah ikut meminum tehnya.

SAMIAH

Pas. Enak. Nggak kepanasan.

Samiah menyesap tehnya lagi. Miranty tersenyum lebar melihat Samiah.

SAMIAH

Tapi kalau cuma minum teh sama kopi doang ngapain di restoran. Di rumah juga bisa. Mana mahal lagi tadi, ini tehnya tadi berapa? duapuluh ribu?

MIRANTY

Sekali-sekali, Bik. Kopi di cafe beda sama kopi di rumah, Bik. Disini bikinnya pake mesin.

Miranty menunjuk ke arah barista yang berdiri di depan mesin espresso. Samiah menoleh ke arah yang ditunjuk Miranty.

SAMIAH

(sambil mengangguk pelan)

Oooh.

Samiah melihat cangkir tehnya.

SAMIAH

Tehnya juga dibikin pake mesin?

Miranty tersenyum. Meminum kopinya lagi.

MIRANTY

Nggak, Bik. Tehnya sih diseduh biasa.

SAMIAH

Oh... tau gitu Bibik pesen kopi. Biar sekali-sekali ngerasain kopi dari mesin.

Miranty tergelak.

MIRANTY

Mau?

SAMIAH

Nggak, nggak. Ini aja masih banyak.

Samiah meminum tehnya lebih banyak.

SAMIAH

Ternyata enak ya minum teh di restoran mahal.

Samiah tertawa malu. Ia memandangi interior cafe.

MIRANTY

Bik.

Samiah menoleh pada Miranty.

MIRANTY

Kita coba aja yuk tes-tes yang kata dokter tadi.

Samiah segera menggeleng-geleng.

MIRANTY

Buat memastikan aja. Siapa tahu Bibik perlu minum obat, atau terapi.

SAMIAH

Nggak usah. Itu pasti mahal. Apalagi harus obat-obat. Bibik cuma--

Samiah terdiam.

SAMIAH

Bibik cuma mulai pikun aja. Biasa, namanya juga udah tua.

Samiah kembali terdiam. Lebih lama dari sebelumnya.

SAMIAH

Yang Bibik pikirin cuma-- ya takut Bibik pikunnya tambah parah, Bibik nggak bisa kerja lagi. Masak bapak ibu mau bayar orang pikun. Bibik maunya mengabdi di rumah bapak ibu sampai mati. Bibik udah nggak punya siapa-siapa lagi, mau apa? Takdirnya Bibik ya disitu.

Samiah memandangi cangkirnya.

SAMIAH (CONT'D)

Tapi kalau Bibik sampai nggak bisa kerja lagi--

Samiah tidak meneruskan kalimatnya. Ia menoleh ke arah jalanan, menyembunyikan matanya yang basah. Sebuah layangan putus di kejauhan. Pandangan Samiah beralih pada layangan itu.

Cut to:

Layangan melayang-layang di langit.

71 INT. WARUNG - DAY

Miranty Kecil (6) dan Samiah muda berdiri di tengah warung kelontong milik Koh Gun. Macam-macam barang dagangan khas warung kelontong memenuhi tiap sisi sampai ke tengah warung. Sisa ruang untuk berjalan hanya pas untuk satu orang. Miranty berdiri di depan kulkas eskrim. Membungkukkan tubuhnya diatas kulkas yang terbuka. Tangannya mengais-ngais isi kulkas.

MIRANTY KECIL

Yang ini ya, Bik. Sama yang ini. Sama ini.

SAMIAH

Lho, kok, banyak banget. Janjinya kan satu aja.

MIRANTY KECIL

Buat sama besok-besok lagi.

Mata Miranty memelas, menatap Samiah di sampingnya.

SAMIAH

Dua aja. Tapi janji nggak langsung dihabiskan sekarang ya.

Miranty meringis lebar.

SAMIAH (CONT'D)

Mas Irwan dibeliin juga.

Samiah memasukkan tangannya ke dalam kulkas.

SAMIAH

Yang ini, nih. Kesukaan Mas Irwan.

MIRANTY KECIL

Irwan satu aja!

SAMIAH

MAS Irwan. Ih, ya sama-sama dong. Kalau Anty dua ya Mas Irwan dua.

Miranty memberengut. Samiah dan Miranty berjalan ke meja kasir membawa eskrim dan barang-barang lain yang dibeli Samiah. Koh Gun tersenyum pada mereka. Mulai mencatat belanjaan mereka di kertas kecil dan menghitung. Samiah melihat setumpuk layangan tersemat diantara barang-barang lainnya di belakang meja kasir.

SAMIAH

Layangannya dua, Koh.

Koh Gun mendongak, lalu mengambilkan dua layangan dari belakangnya. Mata Miranty melebar.

MIRANTY KECIL

Kita mau main layangan, Bik?

SAMIAH

Iya, yuk! Nanti ajak Mas Irwan, ya.

MIRANTY KECIL

Kita aja! Irwan nggak usah!

SAMIAH

MAS Irwan. Mas Irwan diajak main.

Samiah menyerahkan beberapa lembar uang pada Koh Gun. Koh Gun mengangguk sambil tersenyum setelah menghitung uang itu. Ia menyerahkan seplastik belanjaan pada Samiah.

KOH GUN

Makasih ya, Yu Sami. (Pada Miranty) Anty jangan makan eskrim terus, nanti batuk.

Koh Gun tertawa. Samiah ikut tertawa.

SAMIAH

(pada Miranty)

Tuh, dengerin!

Miranty menggelayut ke badan Samiah.

SAMIAH

Mari, Koh.

Samiah dan Miranty meninggalkan warung Koh Gun.

72 EXT. LAPANGAN RUMPUT - AFTERNOON

Lapangan rumput ramai. Anak-anak kecil hingga orang dewasa bermain layangan. Langit diatas mereka penuh benang layangan. layangan-layangan mereka terlihat kecil-kecil diatas. Matahari hampir terbenam.

Irwan (9), Miranty dan Samiah bermain layangan seperti anak-anak lain disana. Samiah membantu Miranty memegangi benang layanannya. Miranty tertawa-tawa senang melihat layangannya jauh di langit.

Sebuah mobil behenti di pinggir jalan, di samping lapangan itu. Kaca jendela penumpang depannya terbuka pelan-pelan. Wajah Anita tampil disana. Ia mengeluarkan satu tangannya keluar jendela. Melambai. Mengibas-ngibas cepat ketika Samiah dan kedua anaknya tidak kunjung menoleh padanya. Samiah menyadari kehadiran Anita. Ia menoleh ke arah mobil itu. Samiah berhenti tersenyum.

SAMIAH

Udah yuk mainnya. Udah mau Maghrib. Ayo, pulang.

Miranty dan Irwan merajuk. Terus bermain tanpa melihat mobil ibunya.

SAMIAH

Ayo, pulang sekarang. Itu ada ibu dateng. Disuruh pulang. Ayo.

Irwan dan Miranty refleks menoleh ke arah yang ditunjuk Samiah.

Cut to:

73 INT. MOBIL ANITA - AFTERNOON

Irwan dan Miranty masuk ke kursi belakang mobil. Samiah menyusul masuk sambil memegangi dua layangan dan gulungan benangnya.

Miranty masih merajuk, menangis. Menarik-narik tangan Samiah tanpa bersuara. Samiah memberi isyarat jari di depan mulutnya.

Mobil berjalan.

Cut to:

74 EXT. HALAMAN RUMAH KELUARGA - AFTERNOON

Samiah turun dari mobil dan membukakan pagar rumah. Mobil masuk ke dalam halaman rumah. Samiah menutup pagar dan menunggu Irwan dan Miranty turun dari mobil. Anita turun dari mobil, pakaian dan dandanannya masih rapi setelah seharian bekerja. Ia berhenti di hadapan Samiah. Samiah diam menunduk.

ANITA

Anak-anak jangan lagi diajak main sama anak-anak kampung ya, Yu.

SAMIAH

(lirih)

Iya, Bu. Saya minta maaf.

Anita berlalu ke dalam rumah.

75 INT. RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Mainan berserakan di lantai. Irwan (9) menelungkup sambil bermain mobil-mobilannya.

POV dari ruang tengah. Samiah mengawasi Irwan dari dalam dapur sambil menyiapkan makanan ke dalam piring dan mangkuk. Miranty berdiri di dekatnya. Melangkah kemanapun Samiah melangkah, sambil memeluk boneka kelincinya. Terdengar langkah sepatu pantofel.

AHMAD muda (30-an akhir) berpakaian rapi, kemeja lengan panjang dan celana bahan. Ia menarik tas koper dan membawa bungkusan besar di tangan sebelahnya.

Ia menyapa Irwan.

AHMAD

Wan, adeknya mana? Sini lihat bapak bawa apa.

Irwan cepat-cepat mendekat ke ayahnya. Matanya melebar, menatap bungkusan di tangan ayahnya.

Ahmad melepas pegangan kopornya, berjalan ke sofa dan duduk. Irwan duduk di samping ayahnya.

AHMAD

Adeknya mana?

IRWAN

(berteriak ke arah dapur)

Biik... Anty mana, Bik?

Miranty mengintip dari dapur. Tersenyum begitu melihat ada ayahnya di ruang tamu. Ia berlari menghampiri ayahnya di sofa. Ahmad mencium kening Miranty.

MIRANTY KECIL

Bapak bawa oleh-oleh apa?

Ahmad membuka bungkusan. Memberikan kedua anaknya masing-masing satu bungkusan. Irwan dan Miranty cepat-cepat membuka bungkusan itu.

Samiah menghampiri kopor Ahmad.

SAMIAH

(memberi isyarat ke kopor)

Baju kotor semua ini, Pak?

Ahmad menoleh cepat.

AHMAD

Eh, Iya. Iya. Tolong bawa ke belakang, ya, Yu.

Samiah menarik kopor itu, membawanya pergi. Irwan dan Miranty berseru senang setelah bungkusan milik mereka masing-masing terbuka.

AHMAD

Suka nggak? Anty, suka nggak? Sini bapak bantuin.

Ahmad membantu Miranty membuka bagian yang sulit.

IRWAN

G.I. Joe! Makasih, pak!

Irwan membawa mainan barunya ke lantai. Sibuk sendiri. Miranty menyisir rambut boneka Barbie barunya.

AHMAD

Bagus, nggak? Suka nggak?

Miranty mengangguk.

MIRANTY KECIL

Bagus. Makasih, pak.


76 INT. AREA CUCI SETERIKA - DAY

Samiah menyortir pakaian kotor dari dalam kopor Ahmad. Memeriksa saku-sakunya. Mengerluarkan struk, koin, lembaran uang yang tersimpan didalamanya dan menaruhnya di meja seterika, kemudian memasukkan baju dan celana yang sudah diperiksa ke dalam mesin cuci.

Samiah mengambil helai pakaian lain dari dalam kopor. Ia memerhatikannya dengan seksama. Sehelai celana dalam warna hitam dengan renda kecil di tepiannya. Samiah mengerutkan keningnya. Ia mengepal-ngepalkan celana dalam itu di tangannya cepat-cepat. Kepalanya celingak-celinguk mencari sesuatu.

Ia membongkar kantung besar, merogoh ke dalamnya. Ia mengeluarkan kantung plasti kusut dan segepok koran bekas.

Samiah membungkus celana dalam tadi rapat-rapat di dalam kertas koran. Membungkusnya lagi sampai berbeapa lapis bungkusan, sehingga bungkusannya jauh lebih besar dari benda yang tersembunyi di dalamnya. Ia memasukkannya ke dalam kantung plastik dan mengikatnya kencang.

77 EXT. JALANAN KOMPLEK - DAY

Samiah berjalan cepat, kedua tangannya meremas-remas bungkusan tadi. Melewati rumah-rumah, berbelok. Samiah tiba di sebuah sudut. Di sudut jalan itu, asap mengepuk tebal. Seorang laki-laki tua berdiri di dekat api yang menyala-nyala, membakar yang menumpuk. Samiah menghampirinya.

SAMIAH

Maaf, nitip ya, pak.

Laki-laki tua itu mengangguk. Samiah melemparkan bungkusan yang dibawanya ke bakaran sampai. Ia menunggu sejenak, memastikan bungkusan itu sudah terkena api seluruhnya. Napasnya tersengal.

78 INT. RUMAH KELUARGA - DAY

Anita berjalan ke bagian belakang rumah.

ANITA

Yu!

Ia meninggalkan area belakang, menuju kamar Samiah. Ia mengetuk dan membuka pintu kamar Samiah.

Kosong. Anita menutup pintu. Menengok ke kanan dan kiri. Ia memanggil Samiah lagi.

Samiah masuk ke rumah. Berjalan cepat menuju area cuci. Anita melihatnya datang dan mencegatnya.

ANITA

Yu!

Samiah menoleh. Berhenti berjalan. Anita menghampirinya.

ANITA

Yu. Dari mana tadi?

SAMIAH

Habis buang sampah ke depan, Bu.

ANITA

Bapak baru pulang kok belum dibikinin minum? Bikinin kopi ya, Yu.

Anita berlalu meninggalkan Samiah sambil merapikan rambutnya.

Samiah mengawasi Anita pergi.

Cut to:

79 INT. RUANG TENGAH - DAY

Cangkir yang tertutup dibawa di atas baki. Diletakkan di meja pendek di depan sofa, tempat Ahmad dan Anita duduk bersama. Samiah pergi meninggalkan ruang tengah. Di lorong dekat dapur yang menghubungkan bagian tengah rumah dengan bagian belakang, Samiah berhenti. Dari tempatnya berdiri, ia memerhatikan keluarga majikannya. Anita dan Ahmad mengobrol sambil tersenyum sesekali. Anita menaruh tangannya di sebelah paha Ahmad. Miranty dan Irwan kecil tidur-tiduran di lantai sambil memainkan mainan baru mereka masing-masing.

MEDIUM CLOSE UP SAMIAH. Masih memandangi keluarga majikannya. Baki di tangannya. Bibirnya terkatup rapat.

Samiah membalikkan badan dan pergi ke belakang.

80 INT. KAMAR SAMIAH - DAY

Samiah duduk diatas karpet kamar Miranty. Di hadapannya, Miranty duduk sambil mengeluarkan barang-barang dari tas kantung besar.

Semua isi kantung besar itu berjajar diantara Miranty dan Samiah.

MIRANTY

Naaah... ini semuanya buat Bibik!

SAMIAH

Buat Bibik? Apa aja ini? Banyak banget, kenapa buat Bibik?

Miranty tersenyum sambil mengambil puzzle kayu.

MIRANTY

Ini puzzle namanya, Bik. Kaya mainan. Mainan untuk olahraga otak. Nah ini, dicari caranya gimana bagian ini bisa keluar. Trus kalau udah copot semua, dicari gimana caranya bisa terpasang semua lagi.

Samiah memerhatikan puzzle kayu di tangan Miranty sambil berkerut kening dan mulut membuka.

MIRANTY

Mau coba nggak, Bik?

Samiah menggeleng sambil mengangkat bahunya.

SAMIAH

Bibik nggak bisa ah.

MIRANTY

Eh... Coba dulu.

SAMIAH

Nanti aja.

Miranty membuka sebuah kotak. Ia mengeluarkan benda serupa lampu tabung berwarna putih, ada kabel yang tersambung di benda itu.

SAMIAH

Bagus banget, apa itu?

ANITA

Ini namanya lampu terapi, Bik. Coba dinyalain ya.

Miranty mencolokkan kabelnya. Menekan tombolnya. Benda itu menyala dengan cahaya lembut.

MIRANTY

Ini buat ngebantu biar Bibik tidurnya nyenyak. Bibik suka susah tidur kan. Nanti malem coba matiin lampu kamar terus nyalain ini. Ini bisa milih mau modelnya yang ganti-ganti warna atau satu warna. Liatin aja terus. Lama-lama Bibik ngantuk.

SAMIAH

Buat Anty aja itu. Kan Anty yang nggak bisa tidur kalau malam. Bibik nggak usah pake itu ah.

MIRANTY

Udah dipasang aja ah. Nanti aku pasangin di kamar Bibik.

Samiah mengambil salah satu bungkusan bergambar popok.

SAMIAH

Ini apa? Kok kaya popok?

Miranty memandangi bungkusan itu.

MIRANTY

Ehmmm... iiyaa.. itu popok.

Samiah langsung mengerutkan keningnya.

SAMIAH

Buat apa? Masa Bibik disuruh pake popok?

Miranty menggaruk-garuk lehernya.

MIRANTY

Ya... ya... Buat pergi-pergi, buat kalau tidur.

SAMIAH

Ngapain? Kayak bayi aja pake popok.

Samiah melemparkan bungkusan popok ke karpet. Miranty menunduk, matanya menatap Samiah di depannya.

MIRANTY

Bik. Kemarin Bibik--ehm--belum sampe kamar mandi udah--udah basah di celana.

SAMIAH

Ah! Kapan? Mana pernah Bibik kaya gitu? Kok Anty bilang gitu ke Bibik?

MIRANTY

Ya... emang iya, Bik.

Kekesalan di wajah Samiah hilang. Berganti sedih.

MIRANTY

Bibik nggak inget ya?

Samiah menunduk. Miranty beralih pada barang lainnya. Ia mengambil sebuah tabung plastik kecil. Miranty menggoyang-goyangkannya, tabung itu berbunyi kretek-kretek.

MIRANTY

Kalau yang ini diminum ya setiap hari. Ini ada vitamin--


Miranty memerhatikan tulisan pada kemasannya.

MIRANTY

Vitamin B kompleks. Terus ada Folic Acid. Bagus buat kesehatan otak.

Samiah hanya tertegun. Tidak merespon. Miranty meliriknya. Segera mengalihkan pada benda berikutnya. Sebuah jam meja digital seukuran dua telapak tangan.

MIRANTY

Bik, lihat ini, Bik.

Miranty memasang baterai jam meja itu. Seketika layar jam itu menyala. Menampilkan angka yang menunjukkan waktu, tulisan hari tertera diatasnya, dan tanggal.

MIRANTY

Ini nanti taruh di meja sebelah tempat tidur juga ya. Biar setiap bangun tidur, Bibik langsung inget hari apa, tanggal berapa. Bagus nggak, Bik?

Wajah Samiah memelas menatap jam itu. Ia mengangguk pelan.

SAMIAH

Iya. Terima kasih ya, Anty.

Samiah berdiri. Miranty mendongak.

MIRANTY

Bibik mau kemana?

SAMIAH

Bibik mau nyiram tanaman dulu.

MIRANTY

Ini dibawa kebawah sekalian, Bik. Sebentar aku beresin dulu.

Miranty cepat-cepat memasukkan barang-barang itu ke dalam kantung besar. Terdengar suara pintu membuka dan menutup pelan. Miranty menoleh ke arah pintu. Samiah sudah pergi. Miranty menghela napas panjang.

81 EXT. HALAMAN RUMAH KELUARGA AHMAD - DAY

Endah mengintip dari pintu depan. Dari tempatnya berdiri, di siang yang terik, Samiah menyalakan keran dan mengarahkan air dari selang ke rumput.

ANITA (O.S.)

Ndah!

Endah terkejut. Menoleh ke arah suara.

ANITA

Mobil sama Pak Rudi sudah siap?

ENDAH

Sudah bu. Sudah nunggu depan. Mobilnya sudah dikeluarin. Anita berjalan keluar pagar. Samiah menurunkan selangnya ketika Anita lewat. Anita menatap Samiah dan selangya tanpa berkata apa-apa. Anita keluar pagar.

CLOSE UP SAMIAH. Perlahan kepalanya mendongak. Di langit tampak layang-layang putus. Kecil dan jauh. Samiah memerhatikan layangan itu.

Suara pintu mobil diutup dan mesin mobil menderu pergi.

Samiah masih memerhatikan layangan. Air dari selang di tangannya terus mengucur. Mengalir ke rumput. Menggenang.

Cut to:

Layangan semakin jauh di langit. Warna putihnya kontras dengan biru langit. Terus bergerak, menyatu dengan warna awan.

82 INT. KAMAR MIRANTY - DAY

Pintu kamar Miranty. Suara pintu diketuk. Miranty membuka pintu. Samiah berdiri di depan pintu. Samiah mengulurkan tangannya, menarik tangan Miranty.

MIRANTY

Bik? Kenapa, Bik?

SAMIAH

Ayo, cepet. Mumpung ibu pergi.

Samiah semakin menarik tangan Miranty.

MIRANTY

Mau kemana?

SAMIAH

Udah cepetan.

Miranty melepaskan genggaman tangan Samiah, berlari ke dalam kamar.

MIRANTY

Sebentar, sebentar.

Cut to:

Miranty mematikan laptopnya, dan berlari keluar kamar.

83 EXT. WARUNG - DAY

Miranty berdiri di samping Samiah, melewati lorong sempit warung kelontong Koh Gun. Lebih besar dari saat Miranty masih kecil. Barang-barangnya ditata lebih rapi di rak-rak toko yang lebih modern. Samiah mencari-cari sesuatu.

MIRANTY

Mau beli apa sih, Bik?

Samiah tidak menjawab. Terus menelusuri barang-barang yang ada di rak toko.

Cut to:

Koh Gun tengah merapikan susunan barang-barang di etalasi dekat meja kasir. Ia melihat Samiah di dalam tokonya.

KOH GUN

Cari apa, Yu Sami?

Miranty menoleh lebih dulu ke arah Koh Gun. Miranty langsung mengenal laki-laki itu dan tersenyum sambil mengangguk. Koh Gun melihatnya membalas senyuman Miranty dengan ragu. Samiah menoleh dan berjalan menghampiri Koh Gun. Samiah dan Miranty berdiri di hadapan Koh Gun. Samiah dan Miranty bicara pada Koh Gun berbarengan.

MIRANTY

(tersenyum lebar)

Koh Gun? Apa kabar?

SAMIAH

Layangan!

Koh Gun memandang Samiah dan Miranty bergantian.

MIRANTY

(menaruh kedua tangannya di dada)

Anty, Koh Gun!

Koh Gun ternganga, matanya melebar.

KOH GUN

Anty!

Koh Gun mengulurkan tangan kanannya. Anty menyalaminya.

KOH GUN

Apa kabar? Ya ampun! Terakhir ketemu kayanya kawinan kamu.

Koh Gun tertawa. Miranty mengangguk-angguk.

MIRANTY

Baik, Koh Gun. Sehat, Koh?

KOH GUN

Sehat, puji Tuhan. Kamu sekarang tinggal dimana?

MIRANTY

Eh... Saya sekarang tinggal disini lagi, Koh. Di rumah bapak.

KOH GUN

Oh...

Koh Gun berhenti tersenyum. Menatap Miranty beberapa saat.

KOH GUN

Eh, tapi bapak ibu sehat kan?

MIRANTY

Sehat, Koh.

KOH GUN

Kamu sehat?

MIRANTY

Sehat, Koh.

KOH GUN

Ya, ya, ya. Yang penting sehat ya.

Koh Gun tersenyum pada Miranty. Mengangguk-angguk. Menatapnya seakan ingin berkata sesuatu. Miranty melipat bibirnya rapat.

KOH GUN

Ya, ya, ya. Eh--

Koh Gun bertanya pada Samiah.

KOH GUN

Cari apa tadi, Yu Sami?

SAMIAH

Ada layangan?

KOH GUN

Layangan...

Koh Gun membalikkan badannya. Mencari-cari diantara barang-barang lainnya.

KOH GUN

Ada!

Koh Gun tersenyum lebar sambil memegang layangan di tangannya. Samiah tersenyum lebar, mengulurkan tangannya.

84 EXT. JALANAN KOMPLEK - DAY

WIDE SHOT.

Tampak belakang Samiah dan Miranty berjalan berdampingan, masing-masing memegang layangan.

Cut to:

POV yang sama. Tempat yang sama. Samiah muda dan Miranty kecil berjalan berdampingan. Masing-masing memegang layangan.

Cut to:

Tampak depan Samiah tua dan Miranty dewasa berjalan di tempat yang sama.

85 EXT. LAPANGAN RUMPUT - DAY

Lapangan rumput itu kosong. Samiah dan Miranty berdiri di tengah-tengahnya. Miranty menjauh dari Samiah yang memegang layangan, berjalan mundur. Miranty berhenti, memberi isyarat pada Samiah. Samiah melepaskan layangan. Layangan itu jatuh ke tanah. Mereka mencobanya beberapa kali. Layangan terus jatuh ke tanah. Miranty mencoba lagi. Memberi isyarat pada Samiah. Miranty menarik benang. Layangan itu melayang rendah, menurun, Miranty menarik benang. Layangan naik. Terus naik. Berhasil. Samiah dan Miranty tersenyum lebar. Tertawa keras. Miranty terbahak sambil terus memainkan layangan.

86 INT. KAMAR MIRANTY - NIGHT

Samiah membereskan tempat tidur Miranty. Pintu kamar mandi dibuka. Miranty keluar dari kamar mandi memakai kimono mandi, rambut terbungkus handuk. Miranty duduk di kursi meja rias, membuka bungkusan handuk di kepalanya. Miranty memandangi wajahnya di cermin. Samiah berdiri di belakangnya, mengambil handuk di bahu Miranty dan mulai mengeringkan rambut Miranty. Miranty masih terus menatap wajahnya sendiri di cermin. Samiah mengambil sisir di meja rias, mulai menyisir rambut Miranty.

SAMIAH

Mas Kresna kapan nyusul kesini?

Miranty mengambil botol krim dari meja rias, menuangkan isinya di telapak tangan dan mengoleskannya ke wajahnya. Memijat-mijat wajah dan lehernya.

MIRANTY

(ringan)

Kresna nggak akan nyusul, Bik. Kan aku sama Kresna lagi proses cerai. Samiah berhenti menyisir rambut Miranty. Menatap Miranty di cermin.

SAMIAH

Kok Anty baru cerita ke Bibik?

Miranty mengalihkan pandangannya pada Samiah cermin. Tercenung cukup lama.

SAMIAH

Anty?

Samiah menaruh kedua tangannya di pundak Miranty. Mata Miranty mulai basah. Miranty menangis tanpa suara. Tubuhnya membungkuk. Samiah memeluknya. Miranty menyandarkan kepalanya di dada Samiah.

MIRANTY

(lirih)

Aku udah cerita, Bik.

Tangis Miranty meledak.

MIRANTY

Aku udah cerita.
Aku udah cerita.
Aku udah cerita, Bik.

Miranty semakin terisak.

Samiah diam sambil memeluk Miranty yang memeluk pinggangnya. Miranty terus menangis.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar