Derai Lara
8. Jeritan Tolong

49.INT. RUMAH DIPTA - RUANG KELUARGA - NIGHT

Dipta sedang bernyanyi dan bermain ukulele di sofa. Tiba-tiba pintu terbuka. Hendra terlihat kesulitan membawa koper dan beberapa tas lainnya. Dipta langsung berdiri dan mengambil setengah bawaan Hendra ke dalam rumah.

Hendra terlihat terkejut, tapi tersenyum lebar.

HENDRA

Eh, Dipta...

DIPTA

Ayah udah makan?

HENDRA

(terkejut) Eh.. Belum sempet

DIPTA

Aku beli pempek tadi. Mau dipanasin?

Hendra terdiam seakan tidak percaya. Melihat Hendra hanya terdiam, Dipta langsung menuju dapur untuk memanaskan bakso.

DIPTA

Sebentar, Yah. Mandi aja dulu nanti aku siapin.

Hendra hanya mengangguk. Ia segera masuk ke kamarnya.

50.INT. RUMAH DIPTA - MEJA MAKAN - MOMENTS LATER

Semangkok pempek panas beserta es teh manis terhidang di hadapan Hendra. Dipta duduk di sofa, bermain ukulele dan berdendang kecil. Hendra menatap Dipta dengan tatapan hangat. Ia tersenyum, lalu segera makan.

51.INT. RUMAH ALIN - RUANG KELUARGA - DAY

Alin yang duduk di sofa langsung berdiri ketika melihat Mona keluar dari kamar dengan didorong Mbak Ningsih.

ALIN

Mama berangkat sekarang?

Mona mengangguk.

ALIN

Sebentar ya, Alin pesenin taksi.

Alin berkutat dengan handphonenya untuk memesan taksi online.

MONA

Kamu gak papa di rumah sendiri?

ALIN

Gak papa, Ma. Ga usah khawatir.

Mona mengangguk, namun wajahnya terlihat risau.

MONA

Papa akan balik besok malam. Gio balik besok pagi. Mama akan balik lusa.

Alin menganggukkan kepala.

MONA

Kamu yakin gak mau ikut Mama nginep di rumah Nenek?

ALIN

Aku banyak tugas yang belum selesai, Ma. Lain kali aja deh ya, kirim salam untuk Nenek!

SUARA KLAKSON terdengar dari luar.

ALIN

Eh, itu udah nyampe!

Alin menghantar Mona dan Mbak Ningsih sampai keluar rumah dan masuk mobil.

MONA

Jaga diri.

Alin tersenyum dan mengangguk.

ALIN

See you, Mom!

52.INT. RUMAH ALIN - KAMAR ALIN - DINI HARI

Suara KETUKAN PINTU yang kencang membuat Alin terjaga dari tidurnya. Ia mengucek matanya. Jam dinding menunjukkan angka 4 pagi.

ALIN (V.O)

Siapa itu? Gio udah pulang?

Alin bangkit dari kasur dan menuju pintu depan.

53.INT. RUMAH ALIN - RUANG KELUARGA - MOMENTS LATER

Suara KETUKAN PINTU semakin kencang. Alin mengintip dari lubang yang ada di pintu. Irfan berdiri di depan pintu. Alin langsung membukakan pintu. Irfan segera masuk dan duduk di sofa. Penampilannya berantakan.

ALIN

Papa bukannya keluar kota?

Irfan tidak menjawab. Ia justru menangis. Alin terlihat ketakutan, tetapi duduk di sebelah papanya. Hidungnya mengernyit ketika berada di dekat Irfan.

ALIN

Papa... mabuk?

Irfan semakin menangis kencang. Alin mulai khawatir. Ia menyentuk pundak Irfan perlahan.

IRFAN (terisak)

Papa bodoh banget, Lin. Papa ditipu. Beratus juta Papa berikan pada dia. Tapi kabur! Kabur! Hilang! Dia bawa duit Papa!

Irfan terus menangis. Ia lalu menatap Alin. Matanya merah.

IRFAN

Maafin Papa, Lin. Maafin Papa. Maafin Papa. Maafin Papa.

Irfan meraih tangan Alin, merengkuh Alin dalam pelukkannya. Alin memeluk Irfan. Ia mengusap punggung Irfan perlahan.

ALIN

Iya, Pa... Alin maafin. Alin maafin Papa.

Tak berapa lama, tangis Irfan mereda. Ia melepaskan pelukkan Alin.

IRFAN

(dengan pelan) Ini salah kamu. Semua salah kamu.

ALIN

Hah?

IRFAN

Semua salah kamu. Kalau kamu enggak ada... Papa, Mama, dan Gio bakalan hidup bahagia! Kamu tuh beban! Kuliah mahal, tapi kamu jadi apa? Ngehasilin uang tidak bisa! Malu sama Gio yang belum kuliah tapi sudah punya banyak kerjaan!

Alin tersentak. Irfan berdiri, lalu menjambak Alin dan menyeretnya dari sofa. Alin menjerit. Ia lalu memukul dan menendangi Alin tanpa ampun. Mulutnya bersumpah serapah.

IRFAN

Dasar pembohong! Papa lihat kamu masih berhubungan dengan lelaki amburadul itu!

Irfan menarik Alin agar berdiri, lalu menampar Alin dengan kencang sampai Alin jatuh tersungkur. Darah mengalir dari hidung Alin dan menetes membasahi baju tidurnya.

IRFAN

Pembawa sial! Anak tidak tahu diuntung! Lebih baik kamu mati!

Irfan menginjak tangan Alin. Alin menangis dan menjerit.

ALIN

Tolong! Tolong!

Irfan semakin marah. Ia menendang kepala Alin, lalu mengangkat vas bunga yang ada dan membantingnya kepada Alin. Alin terbaring lemah. Memar dan darah di mana-mana. Melihat Alin yang tergeletak tidak bergerak, Irfan pergi meninggalkannya dan masuk ke kamar.

Alin terbaring lemah sendiri. Air matanya mengalir deras.

ALIN

Tolong...

Ia pun memejamkan matanya.

54.INT. KAMAR DIPTA - MORNING

Dipta menguap dan meregangkan badannya. Layar PC Dipta menunjukkan file animasi yang dinamakan FINAL. Galih tidak berkata banyak. Ia langsung membaringkan tubuhnya di kasur tambahan yang terbentang. Ferdi dan Reza langsung tepar. Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Dipta bangkit dari kursi dan membanting dirinya ke kasur.

DIPTA

Akhirnya selesai juga! Gue mau ngabarin Alin, ah.

Ferdi, Reza, dan Galih tidak menjawab. Suara DENGKURAN terdengar.

Dipta mengambil handphonenya dan menelfon Alin. Panggilan tidak terjawab. Dipta mencoba lagi, namun tetap tidak terjawab. Dipta mulai terlihat gelisah. Ia menelfon Gio.

PERCAKAPAN DI TELFON.

DIPTA

Halo, Gio? Kamu di mana?

GIO (O.S)

Ini on the way pulang, Bang. Abis syuting webseries. Kenapa?

DIPTA

Di rumah gak ada orang?

GIO (O.S.)

Ada Kak Alin doang sih harusnya. Mama sama Bibi nginep di rumah Nenek, Papa ada kerjaan di luar kota katanya.

DIPTA

Oh ya udah, thanks Gio.

PERCAKAPAN DI TELFON SELESAI.

Dipta segera mengambil kunci motor dan jaketnya dan bergegas keluar kamar.

CUT TO:

55.EXT. RUMAH ALIN - DEPAN PAGAR - MOMENTS LATER

Gio turun dari mini van dan melambaikan tangannya dengan ceria. Van itu melaju. Gio terkejut melihat Dipta yang sudah berdiri di depan pintu.

GIO

Loh, Bang Dipta?

DIPTA

Alin gak angkat telfon. Dichat gak dibales. Kebetulan pagar enggak dikunci. Aku ketuk pintu dari tadi Alin engga keluar.

Ekspresi ceria Gio langsung hilang. Ia langsung membuka kunci pintu dan segera masuk bersama Dipta. Mereka memanggil-manggil nama Alin, namun sepi.

Ada pecahan vas dan tetesan darah yang mengering.

Dipta dan Gio terlihat semakin panik. Gio menuju kamar Alin. Pintu tidak dikunci. Kamar Alin kosong, namun Dipta menyadari pintu kamar mandi yang sedikit terbuka.

DIPTA

Alin??? Alin ini Dipta. Kamu di dalem?

Dengan hati-hati, Dipta membuka pintu kamar mandi. Ekspresinya berubah ketakutan. Dipta langsung meraih tubuh Alin yang terendam di bath up dengan air berwarna merah. Dipta mendengar Gio berteriak, namun fokus Dipta hanya pada wajah Alin yang pucat membiru. Suara SIRENE AMBULANS terdengar.

FADE TO BLACK.

56.INT. RUANG TUNGGU RUMAH SAKIT - NIGHT

Ruang tunggu rumah sakit terlihat suram. Gio memeluk Mona yang menangis tersedu-sedu di atas kursi rodanya. Reza sibuk menenangkan Wina yang menangis sesenggukan. Dipta terlihat seperti sudah menangis. Matanya basah dan merah. Ia memeluk lututnya sendiri. Galih dan Ferdi duduk di sebelahnya, menepuk-nepuk pundaknya. Dipta membenamkan kepalanya di lutut.

Waktu seolah berjalan lambat bagi Dipta. Ia tidak bergerak, sementara orang di sekitarnya datang dan pergi.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar