Derai Lara
7. Alin dan Lukanya

43.EXT. RUMAH ALIN - TAMAN BELAKANG - THE NEXT DAY

Mona terlihat duduk di kursi rodanya dan memperhatikan kolam ikan. Namun tatapannya kosong. Alin datang membawa makanan. Ia meletakkannya di meja sebelah Mona.

MONA

Terima kasih, Sayang.

ALIN

Mama mau teh anget? Aku minta Mbak Ningsih buatin ya?

Mona menggeleng. Alin pun duduk di sebelah ibunya dan ikut memperhatikan ikan-ikan yang berenang. Ia menatap Alin penuh rasa bersalah. Tangannya membelai rambut Alin. Matanya menangkap memar biru di sudut bibir Alin. Alin meringis ketika jari Mona menyentuh memar itu.

MONA (V.O)

Maafkan Mama, Lin. Mama tersiksa lihat kamu begini, tapi Mama juga takut. Takut sekali.

Mona menarik tangannya menjauh. Mereka terdiam beberapa saat.

ALIN

Ma, apa Mama pernah menyesal nikah sama Papa?

Mona menggeleng.

MONA

Kalau Mama tidak menikah dengan papamu, Mama engga bakal punya anak gadis secantik dan sebaik kamu.

Alin tersenyum, namun sorot matanya sedih. Ia memperhatikan langit yang mendung.

FLASHBACK STARTS.

– Alin, Mona, Irfan, dan Gio terlihat bahagia bermain di pantai.

– Mona jatuh sakit. Mereka terlihat sedih.

– Mona diamputasi. Ia duduk di kursi roda yang didorong oleh Irfan. Wajah Mona terlihat sedih. Irfan terlihat dingin.

– Irfan berteriak dan membanting barang. Ia mendorong Mona jatuh dari kursi roda. Mona menangis. Mbak Ningsih terlihat ketakutan. Alin yang baru pulang langsung menghalangi Irfan. Irfan menampar Alin. Alin tetap berdiri menghalangi Irfan untuk kasar pada Mona.

– Alin menjadi sasaran Irfan ketika marah. Ia selalu ditampar Irfan jika ada hal kecil yang tidak berjalan dengan kemauannya.

– Gio selalu berusaha melindungi Alin.

– Alin duduk di bathup dengan baju lengkap dan menangis terisak.

FLASHBACK ENDS.

Hujan mulai turun.

44.EXT. PARKIRAN MOTOR KAMPUS - DAY

Dipta duduk di atas motornya sambil bersenandung. Suasana kampus terlihat mulai sepi karena mahasiswa sudah mulai kembali pulang.

Dari kejauhan, Alin dan Wina berjalan sambil ngobrol. Bersama dengan mereka, ada beberapa teman lelaki Alin dan Wina. Mereka terlihat begitu akbrab.

Alin tidak menyadari Dipta yang berdiri menunggunya. Wina menatap Dipta, lalu menyenggol Alin. Alin langsung menoleh pada Wina.

WINA

Dipta... Dipta...

Alin menatap Dipta dan menghampirinya. Senyum Dipta menghilang ketika melihat Alin dikelilingi oleh banyak teman lelaki. Animasi makhluk berwarna hijau tiba-tiba muncul dan duduk di bahu Dipta.

ALIN

Dipta!

Dipta belum sempat menjawab, tapi KIKI, seorang laki-laki teman Alin, ikut datang dan menatap Dipta dari atas sampai bawah.

KIKI

Siapa, Lin?

ALIN

Temen aku, Ki, ini Dipta.

Animasi makhluk hijau itu berbisik dan hanya Dipta yang bisa mendengarnya.

MAKHLUK HIJAU

Wah, cuma dianggep temen.

Dipta mendengus pelan.

KIKI

Oh, temen. Hai Dipta, gue Kiki. Calonnya Alin.

MAKHLUK HIJAU

Calon loh calon!

Kiki tersenyum miring. Alin protes, memukul pelan lengan Kiki.

ALIN

Apaan sih kamu, Ki? Gih sana pulang!

KIKI

Mau aku anter gak?

Alin menggeleng dan mendorong Kiki.

MAKHLUK HIJAU

Yah... udah aku-kamu, susah, Dip. Susah.

ALIN

Gak usah! Gih sana!

Kiki tertawa lalu mencubit pipi Alin gemas. Dipta terdiam menatap Kiki tidak suka.

MAKHLUK HIJAU

Yah, uwu banget sih cubit-cubitan gitu.

KIKI

Ya udah, hati-hati ya.

Kiki melirik Dipta.

KIKI(CONT'D)

Kalo ada apa-apa langsung telfon aku aja.

ALIN

Iyaaa. Udah ih sana!

Kiki akhirnya berlalu meninggalkan Alin dan Dipta berdua.

DIPTA

Gebetan kamu, Lin?

ALIN

(tertawa) Kiki? Engga lah! Dia tuh temen aku dari kecil.

Makhluk hijau itu tiba-tiba hilang.

ALIN (CONT'D)

Tapi sebentar... ini kenapa kita jadi aku kamu juga?

Wajah Dipta memerah. Ia salah tingkah. Alin tertawa.

ALIN (CONT'D)

Ga papa deh, aku suka kok!

Dipta tersenyum kecil.

DIPTA

Mau pulang sama...aku?

Alin mengangguk.

DIPTA

Mau makan dulu?

ALIN

Bakso!

DIPTA

(panik) Jangan bakso!

Bayangan Mang Maman yang judes muncul. Dipta bergidik ngeri.

DIPTA

Kita makan pempek, mau? Aku tau tempat yang enak banget.

ALIN

(mengangguk) Boleh deh. Ayo, Mas! Jalan!

45.INT. WARUNG PEMPEK PAK JONI - EVENING

Dipta dan Alin sudah duduk di tempat yang kosong. Semangkuk pempek beserta kuahnya terhidang di situ.

ALIN

Wah, beneran enak nih, Dip!

Dipta tidak menjawab. Ia menatap kosong mangkuknya. Mulutnya mengunyah. Alin memperhatikan Dipta.

ALIN

Dip?

Pandangan Dipta menerawang.

DIPTA

Ini warung pempek favorit Ibu.

Alin terdiam.

DIPTA (CONT'D)

Dulu Ibu maksa aku buat makan pempek ya di sini.

Dipta tertawa. Alin tersenyum.

ALIN

Kamu dulu gak suka ikan, ya?

DIPTA

Sampe sekarang juga masih kurang suka, kecuali yang udah gak berbentuk ikan.

ALIN

(tertawa) Hah, gimana?

DIPTA

Aku gak makan ikan yang bener-bener bentuk ikan. Makannya yang udah jadi pempek, siomay, bakso, pokoknya yang udah gak amis.

ALIN

Manja!

DIPTA

Enak aja!

Alin dan Dipta tertawa lalu melanjutkan mengobrol dan makan.

46.INT. RUANG TARI - THE NEXT FEW DAYS

Alin berputar dan mengakhiri tariannya. Galih, Ferdi, dan Reza bertepuk tangan. Dipta tersenyum bangga.

GALIH

Selesai! Tugas Alin udah selesai!

REZA

Harus kita rayain gak sih?

FERDI

Wajib dong! Theme Park, yuk?

Semua bersorak riang.

REZA

Weekend ini ya? Gue ajak Wina, ah.

GALIH

Gue juga mau ngajak Yona! Asik yuhuuuu!

FERDI

Aduh ini kenapa pada bawa pacar?!

Ia melirik Dipta, mencari dukungan. Dipta justru sedang menatap Alin. Mereka berpandangan sambil tersenyum. Ferdi menepuk jidatnya, menyesal atas ajakannya untuk ke theme park.

FERDI

Salah Hamba apa ya, Tuhan? Jadi terjebak triple date gini sih?! Ahhhhh!

Ferdi mengacak-acak rambutnya.

47.EXT. THEME PARK - DAY

Suasana theme park cukup ramai. Banyak orang yang mengantri suatu wahana. Banyak sepasang kekasih di sana-sini. Ferdi menggaruk tengkuknya. Alin dan Dipta berjalan paling depan, diikuti Yona dan Galih juga Reza dan Wina. Ferdi berjalan paling belakang.

GALIH

Bro, lo ngapain jalan paling belakang sendirian kayak jomblo gitu?

FERDI

Lo mentang-mentang ada Yona, jadi songong ye.

Semua tertawa. Alin langsung berinisiatif menggandeng Wina dan Yona agar berjalan bersama. Dipta merangkul Ferdi. Galih dan Reza juga saling berangkulan.

MONTAGE.

– Mereka semua bermain bianglala. Dipta mengambil foto mereka.

– Mereka semua masuk rumah hantu dan ketika keluar, wajah para lelaki shock dan ketakutan sedangkan para wanita terlihat ceria.

– Mereka bermain ontang-anting.

– Mereka beberapa kali berhenti untuk foto.

– Mereka bermain kora-kora.

– Mereka berhenti untuk membeli gulali kapas.

MONTAGE ENDS.

48.EXT. BANGKU TAMAN - TAMAN BERMAIN - SORE HARI

Alin menatap roller coaster yang dinaiki Ferdi, Reza, Galih, dan Yona, melaju cepat. Ferdi dengan wajah datar, sedangkan Reza menggenggam tangan Wina, Galih menggenggam tangan Yona. Mereka berteriak menikmati permainan.

Angin menerbangkan helaian rambut Alin. Senyum manis terpampang di wajahnya. Dipta sibuk mengambil foto Alin dengan pocket kameranya. Alin menoleh, menatap Dipta lamat-lamat.

ALIN

Dip...

Dipta menurunkan kameranya dan menatap Alin lembut.

ALIN

Mungkin kamu akan marah kalau aku ngomong gini... tapi... (beat) kamu harus maafin diri kamu sendiri. Kamu engga salah. Ini semua bukan salah kamu. Sama sekali bukan.

Dipta terdiam. Ia mengalihkan pandangannya menatap roller coaster. Alin tersenyum, lalu berdiri. Ia mengulurkan tangan pada Dipta. Dipta meraihnya lalu ikut berdiri dan tersenyum. Alin melepaskan tangan Dipta lalu berdiri di depan wahana roller coaster dan berpose.

ALIN

Fotoin dong, Dip!

Dipta terkekeh pelan dan mengangkat kameranya lagi. Setelah itu, Alin meraih kamera Dipta lalu menarik Dipta mendekat. Ia mengambil foto selfie berdua dengan Dipta. Wajah mereka terlihat bahagia.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar