Derai Lara
2. Mengenal Dirinya

7.EXT. KAMPUS - TAMAN - THE NEXT FEW DAYS

ALIN berdiri di atas batu besar, lalu merentangkan tangannya. Angin menerbangkan helaian rambutnya. Ia menarik napas panjang kemudian membuangnya perlahan.

ALIN

Aku adalah ratu dari kerajaan ini!

(berdehem) Kok anehnya?

Alin melihat lagi skrip yang berada di tangannya, lalu kembali menghayati peran.

ALIN

Aku adalah ratu dari kerajaan ini!

Sampaikan ini pada Raja Stevan,

bahwa tidak akan pernah aku menerima lamarannya!

WINA, sahabat Alin, yang baru saja sampai di taman, bertepuk tangan. Wajahnya semringah.

WINA

Turun, Lin, turun! Udahan dulu

latihan perannya. Gue ada kabar bagus!

ALIN

(menuruni batu) Apaan? Lo jadian

sama anak animasi itu?

WINA

Hush! Bukan! Tapi emang berhubungan dengan Reza sih.

(beat) Lo tau kan dia udah semester akhir?

Nah, dia lagi nyari seorang penari buat

jadi model animasinya! Lo aja, Lin!

ALIN

Hah? Model animasi?

WINA

Iya, jadi tuh mereka mau buat animasi pendek

tentang seorang penari. Nah, tapi disuruh

sama dosen pembimbing mereka untuk nyari orang

yang bisa dijadiin model referensi animasinya gitu.

Biar lebih hidup katanya. Lo mau 'kan?

Alin berpikir sejenak, lalu menggeleng.

ALIN

(ragu) Enggak deh, gue gak sejago itu.

Lagian malu ah!

WINA

Ih! Alin! Ini kesempatan banget lho,

lo kan suka banget nari! Terus juga bakal dibayar...

dan yang lebih menariknya lagi, lo bakal jadi

karakter animasi sekalian nolongin mereka buat lulus!

Kapan lagi ya 'kan?

ALIN

(berpikir) Hm... yaudah deh, gue coba dulu.

Wina bersorak senang.

WINA

Ya udah, gue pulang duluan ya.

Udah ditungguin Reza nih! Nanti gue kabarin lagi!

ALIN

Oke, ati-ati!

Wina berjalan meninggalkan Alin sendiri. Tak lama, Dipta datang sambil membawa makanan kucing.

DIPTA

Meong! Bubu, Olen, Tamtam! Meong!

Dipta mencari kucing. Akhirnya Dipta melihat 3 ekor anak kucing yang bermain di dekat semak. Dipta menghampiri anak kucing itu.

DIPTA

Hai, Bubu. Hai, Olen. Hai, Tamtam.

Liat nih, aku bawain makanan.

Ini limited edition lho rasanya! Pasti enak.

Alin hanya memperhatikan Dipta yang memberi makan dan mengelus-elus ketiga anak kucing itu. Alin tersenyum.

ALIN (V.O)

Ah... akhirnya dia muncul.

FLASHBACK.

8.EXT. TAMAN KAMPUS - DAY

Alin sedang duduk sendiri ketika Dipta berjalan dengan murung. Ia memperhatikan Dipta yang kemudian duduk di gazebo. Dipta mengeluarkan drawing block dan mulai menggambar. Terdengar SUARA MEONGAN. Dipta mencari-cari suara itu dan menemukan 3 anak kucing yang masih kecil berada di bawah gazebo.

Dipta berjongkok dan mengelus anak kucing itu. Wajahnya terlihat dingin berubah hangat. Dipta tersenyum pada 3 anak kucing itu. Alin ikut tersenyum.

FLASHBACK ENDS. BACK TO PRESENT.

DIPTA

Bubu, Olen, Tamtam... Aku tinggal dulu ya.

Besok aku bawain makanan lagi. Dadah!

Dipta menepuk pelan kepala ketiga anak kucing itu lalu melangkah menjauh.

Alin menghampiri ketiga anak kucing yang masih makan.

ALIN

Kelabu! Jingga! Bleki! Kalian gak mau

ngasih tau abang yang tadi nama

kalian yang sebenarnya?

Alin tersenyum geli.

9.INT. RUANG TARI - THE NEXT FEW DAYS

Wina memeluk Alin lalu menangkup pipi Alin gemas.

WINA

Lo pasti bisa! Semangat ya!

Nanti kabarin gue gimmana-gimananya!

ALIN

Iya, iya! Lepasin! Dah sana gih!

Wina tertawa lalu melambaikan tangannya dan berlalu. Alin menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

Alin memasuki ruangan dan duduk di kursi. Sudah ada 2 orang perempuan yang tidak ia kenali duduk di sebelahnya. Ferdi dan Reza menyambut kedatangan mereka semua. Tak lama, Galih dan Dipta berjalan memasuki ruangan.

Dipta menuju depan ruangan sambil menatap tajam Alin dan dua orang lainnya. Pandangan Dipta dan Alin beradu.

ALIN (V.O)

Loh, cowok itu! Ya ampun!

Galih tersenyum ramah dan menyapa mereka semua.

GALIH

Halo semuanya! Makasih udah mau ngeluangin waktu untuk datang. Gue seneng banget kalian mau berpartisipasi. Nanti kalian diseleksi berdasarkan kesesuaian tarian kalian untuk animasi kami ya. Yang gak kepilih bukan berarti jelek, cuma belum sesuai aja. Nah, kami akan putar lagu dan nanti kalian boleh langsung menari bebas aja berdasarkan gaya tarian kalian.

Alin dan kedua kandidat lain mengangguk.

FERDI

Ada yang mau mengajukan diri untuk tampil pertama?

KANDIDAT #1 yang duduk di sebelah Alin mengangkat tangannya dengan penuh percaya diri. Galih mempersilakan KANDIDAT #1 untuk berdiri di depan mereka. Reza menyalakan lagu.

KANDIDAT #1 menari dengan anggun. Semua orang bertepuk tangan.

Sesekali, Alin mencuri pandang ke arah Dipta yang wajahnya tidak berekspresi memperhatikan penari.

Kini gantian KANDIDAT #2 yang menari dengan begitu passionate. Semua orang bertepuk tangan.

GALIH

Oke sekarang giliran Alin. Silakan.

Alin meletakkan skrip animasi yang sedari tadi dibacanya, lalu berdiri di hadapan semua orang. Alin menarik napas panjang dan menghembuskannya. Matanya terpejam.

ALIN (V.O)

Mulai detik ini, gue adalah Stella. Gue menari untuk melarikan diri dari masalah yang gue hadapi. Hanya dengan menari, gue bisa merasa lebih baik.

Musik mulai mengalun. Alin bergerak mengikuti irama lagu dengan indah. Seolah ada lampu sorot yang mengikuti gerakan Alin. Semua orang terlihat terpesona. Alin tersenyum sepanjang menari. Musik mulai habis, Alin berputar dan mengakhiri gerakannya dengan anggun. Suara tepukan tangan bergemuruh menyadarkan Alin. Alin membuka matanya dan membungkuk hormat.

GALIH

Alin! Luar biasa indah!

ALIN

Terima kasih.

Alin lalu kembali ke tempat duduknya.

GALIH

Oke, kami telah melihat tarian-tarian indah kalian semua. Kalian boleh tetap berada di ruangan ini dulu. Kami sudah siapkan air minum dan snack. Saya dan tim akan keluar sebentar untuk berdiskusi.

Ferdi dan Reza membagikan air dan snack pada para kandidat. Alin merasa dirinya diperhatikan. Ia lalu menoleh dan bertemu pandang dengan Dipta. Dipta langsung mengalihkan pandangan dan keluar dari ruangan.

10.EXT. LORONG KAMPUS - MOMENTS LATER

Dipta dan teman-temannya berdiri melingkar untuk berdiskusi.

FERDI

Gila, semuanya bagus sih.

REZA

Iya! Gua sampe gak bisa milih. Yang pertama anggun banget, kayak penari balet.

FERDI

Yang kedua juga... Cantik banget.

GALIH

Yeh buaya!

DIPTA

Kita nyari penari ya, bukan pacar.

Ferdi langsung menggaruk kepalanya sedangkan Reza dan Galih tertawa.

GALIH

Pak Ketua, menurut lu siapa?

DIPTA

Alin.

FERDI

Alin yang mana?

GALIH

(tersenyum penuh arti) Yang tadi terakhir. Feelingnya paling cocok jadi karakter kita ya?

DIPTA

Dari awal, gue tau dia memposisikan diri dia sebagai Stella. Di saat yang lain gak bawa skrip dan langsung nari, Alin baca skrip berkali-kali dan mencoba mendalami karakter.

REZA

Wah, keren juga ya... dan emang gua bisa ngeliat Stella di dia.

FERDI

Hm... Setuju sih.

11.INT. RUANG TARI - MOMENTS LATER

Dipta, Galih, Ferdi dan Reza masuk ke ruang tari. Alin dan para kandidat lain yang asik berbincang langsung terdiam.

GALIH

Jadi... setelah tadi berdiskusi, kami sudah memilih satu orang yang menurut kami paling sesuai dengan karakter animasi kami yaitu Stella. Selamat kepada... Alin!

Semua orang bertepuk tangan. Alin membulatkan matanya. KANDIDAT #1 dan #2 menjabat tangan Alin memberikan selamat.

KANDIDAT #1

Lo emang bagus banget tadi.

KANDIDAT #2

Selamat ya!

ALIN

Makasih ya!

FERDI

Terima kasih banget untuk kalian semua. Kalian udah boleh pulang. Untuk Alin, kita bakal brief dulu ya.

Alin mengangguk. KANDIDAT #1 dan #2 membereskan barangnya dan keluar ruangan. Alin ditinggal bersama anggota GGC.

REZA

Hai, Alin! Selamat ya! Wah gak salah Wina nyaranin elo jadi kandidat.

ALIN

(terkekeh) Thanks, Reza!

FERDI

Oke, Alin. Lo udah kenal Reza sama Galih 'kan? Kenalan dulu dong, gue Ferdi.

Ferdi dan Alin berjabat tangan.

FERDI

Ini Dipta. Dia leader kita. Emang agak galak mukanya tapi hatinya selembut permen Yupi. Kenyel-kenyel gitu.

DIPTA

(menggelengkan kepalanya) Apaan sih lo.

Dipta menatap Alin dan menjulurkan tangannya. Alin menjabatnya seraya tersenyum. Dipta masih dengan wajah datar.

DIPTA

Gue Dipta. Kalo mereka macem-macem, lapor ke gue aja.

GALIH

(protes) Eh buset. Lo kata kita cowok apaan. (menoleh pada Alin) Yang ada tuh kebalik. Kalo Dipta galak sama lo, kasih tau kita aja, Lin. Tenang. Biar kita yang jinakin.

Semua orang tertawa. Hanya Dipta menggelengkan kepala.

DIPTA

Oke, langsung dibrief aja ya, udah sore.

Yang lain mengangguk setuju.

12.EXT. HALTE DEPAN KAMPUS - EVENING

Alin berdiri menunggu angkot untuk pulang. Ia melirik jamnya dengan gelisah. Dipta yang menaiki motor berhenti di depan Alin, menaikan kaca helmnya. Alin tersenyum ramah.

DIPTA

Alin pulang naik apa?

ALIN

Naik angkot nih. Lo langsung balik? Hati-hati ya!

Dipta turun dari motor, membuka bagasi motor dan menyerahkan helm cadangan kepada Alin lalu kembali menaiki motornya.

DIPTA

Sini gue anter aja. (beat) Gara-gara audisi tadi 'kan lo jadi pulang telat.

Alin ragu-ragu dan hanya terdiam.

DIPTA

Alin? Ayo. Tenang aja. Langsung ke rumah, gak pake mampir.

ALIN

Yaudah deh, kalo gak ngerepotin.

Alin naik ke atas motor Dipta. Dalam perjalanan, Dipta mencuri-curi pandang pada Alin dari kaca spion.

13.EXT. DEPAN RUMAH ALIN - NIGHT

Dipta berhenti di depan rumah Alin. Alin segera turun dari boncengan Dipta dan mengembalikan helmnya.

ALIN

Makasih ya, Dipta!

Dipta hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Jantung Alin BERDETAK KENCANG. Dipta melaju pergi.

Alin tersenyum lebar dan masuk ke dalam rumahnya dengan perlahan. Alin menghela napas lega ketika tidak melihat adanya orang. Tiba-tiba, suara kursi di banting membuat Alin melompat terkejut.

IRFAN, Papa Alin, berjalan menghampiri Alin. Wajahnya terlihat marah.

IRFAN

Dari mana kamu?

Alin meringis.

ALIN

Abis meeting, Pa...

IRFAN

Kamu dianter sama siapa tadi?

ALIN

(tergagap) Sa-sama temen, Pa...

Irfan menampar Alin kencang. Alin jatuh tersungkur.

IRFAN

Jangan bohong kamu! Papa enggak suka kamu bergaul dengan laki-laki yang gayanya amburadul seperti itu!

Alin mencoba berdiri lagi seraya mengelus pipinya yang baru ditampar.

ALIN

Dia baik, Pa. Dia nganterin Alin karena udah malam...

Irfan kembali menampar Alin. Alin kembali terjatuh.

IRFAN

Kalo dibilangin tuh jangan ngelawan!

Irfan berjongkok di hadapan Alin, lalu menjambak rambut Alin dengan kasar. Alin mulai menangis.

ALIN

Maaf, Pa. Alin minta maaf...

GIO (15), adik laki-laki Alin, berlari menuruni tangga dan menarik tangan Irfan.

GIO

Papa! Udah, Pa! Udah!

Irfan pun berhenti menjambak Alin. Alin langsung bangkit dan berlari menuju kamarnya dengan air mata mengalir deras.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar