CINTA SINTA KEPADA RAMA TAK TERGANTIKAN
14. 14

71. INT. RUMAH SINTA – KAMAR SINTA – SAME TIME

Sinta duduk. Dia memandangi layar ponselnya berisi pesan untuk nomor baru yang tidak dia simpan di kontaknya. Itu adalah nomor kontak Ray.

Tampak dalam pesan, ada dua centang yang masih berwarna putih.

Sinta text’s to Ray: Mas Rama ada waktu sebentar? Saya mau bicara.

Dari luar kita akan mendengar suara Bu Meri mendebat Pak Yon.

BU MERI (O.S.)

Ya makanya harus ditegesin, Pak. Ini maksudnya apa kalau bukan enggak mau main-mainin anak kita? Apa mereka seneng bikin geger orang sekampung.

CUT TO:

72. INT. RUANG TENGAH – MEJA MAKAN – SAME TIME

Tampak Bu Meri berdua Pak Yon duduk berseberangan. Bu Meri memotong kue bolu pandan yang terlihat masih mengepul asap.

PAK YON

Ya kan Sinta sendiri tadi sudah jelasin, Bu. Dia sama adiknya si Rama itu kebetulan papasan saja terus diboncengi.

BU MERI

Papasan apaan! Pak kamu ini! Kan tadi juga ibu sudah bilang, orang-orang loh pada bilang lihat si Lana sengaja ngejemput, nunggu di depan gang.

PAK YON

Kok ibu percayanya sama orang-orang?

BU MERI

Ya karena mereka yang lihat, Pak.

PAK YON

Gimana kalau itu nggak seperti yang mereka lihat.

Beat.

Hening sebentar. Bu Meri melirik Pak Yon tajam. Dia menekan pisaunya memotong kue bolu kuat-kuat. Seolah-olah ia tengah memotong daging yang alot.

PAK YON

Ibu ini kayak enggak tahu saja kelakuan orang-orang.

BU MERI

Ya bapak juga kayak enggak pengalaman saja. Orang punya kebiasaan pasti ada dasarnya.

Pak Yon mengalah. Dia mengambil sepotong kue bolu dan makan.

BU MERI

Pak! Pokoknya sampeyan harus ngomomg sama mereka.

PAK YON

Mereka siapa? Ngomong apa?

BU MERI

Ya sama keluarganya si Rama. Khususnya si Lana. Tanya apa dia emang sengaja nungguin Sinta atau gimana.

PAK YON

Lah, kalau emang yang bener yang dibilang Sinta gimana? Kok ibu jadi ikut-ikutan aneh kayak orang-orang kompleks?

Bu Meri menghela napas. Dia lalu meletakkan pisau.

BU MERI

Kalau bapak nggak mau biar ibu yang maju.

PAK YON

Ya wes kana. Tapi kalau yang bener Sinta, malunya jangan ngajak-ngajak, yo.

CUT BACK TO:

Bahu Sinta menegang. Dia menatap layar ponsel. Melihat aplikasi chat dengan mata membeliak.

CLOSE ON SINTA’S CELLPHONE: terlihat dua centang biru di samping pesan untuk Ray. Juga sebuah keterangan: Mas Rama is typing ...

CUT TO:

73. INT. DOUBLE MUG’S – SAME TIME

Ray sudah selesai bekerja. Laptopnya di tutup. Dia mengetik balasan untuk Sinta.

Ray: kalau ada yang penting, biar saya telepon sekarang.

Ray: tapi sebentar lagi. Saya lagi di tempat Acin. Nyari tempat yang nggak berisik dulu.

74. EXT. CONTINUED

Ray pergi ke halaman belakang yang luas dan sepi. Dia mencari tempat yang aman untuk menelepon.

Sebelum menelepon dia memastikan Sinta masih ingin bicara dengannya. Dia lalu mengirim pesan.

Ray: saya telepon sekarang.

Tak lama Sinta membalas: ya mas.

CUT TO:

Sinta menunggu cemas. Dia memasang earphone pada saat layar ponselnya kembali menyala.

Tertera di sana sebaris nomor yang sama memanggil.

Tak menunggu lama, Sinta mengangkat telepon.

CUT BACK TO:

Sambil menunggu teleponnya diangkat, Ray menyusun kata.

Di seberang terdengar nada sambung dan suara Sinta berkata: ya mas.

RAY

Em, kamu bisa langsung ngomong.

Beat.

Hening. Ray berpikir Sinta menjauhkan teleponnya sebentar.

SINTA (O.S.)

Ya, Mas. Ini sebetulnya soal video.

RAY

Yang dari kemarin rame itu?

SINTA (O.S.)

Ya mas ...

Ray mikir. Tapi tiba-tiba pikirannya mendadak ruwet. Dia pun memutuskan membiarkan Sinta ngomong apa saja yang mau dia sampaikan.

SINTA (O.S.) (CONT’D)

Tapi yang ini soal video yang barusan, Mas. Ibu marah dan mengira Lana yang ngatur ini semua.

Ray terperanjat. Dia memijit kening dengan jari.

RAY

Sebentar. Ini kayaknya bakal panjang, ya. Gini saja, bisa ketemu nggak. Kalau nggak sekarang, besok juga nggak pa-pa. Tapi kalau sekarang, saya lagi di taman.

CUT TO:

Sinta menarik napas. Suara Ray terdengar paling jelas di kupingnya.

SINTA

Saya pengin ngomongnya sekarang, Mas. Karena saya rasa ini mendesak sekali.

Beat.

Sinta melirik jam weker di meja. Pukul delapan lewat dua puluh. Dia berpikir belum terlalu malam untuk pergi keluar sebentar.

SINTA (CONT’D)

Bisa, Mas. Saya berangkat ke situ sekarang. Tapi saya minta izin dulu.

Sinta menutup telepon. Dia bangkit dan gegas menuju lemari.

Sinta membuka lemari dan mengambil jaket. Setelah memakai jaket, dia pergi merapikan rambut dan wajahnya sebentar. Sebelum keluar, dia mengantongi ponsel dan dompet ke jaket.

75. CONTINUED

Sinta keluar kamar. Di ruang makan, masih ada Pak Yon sedang makan kue. Bu Meri tidak ada.

Pak Yon menoleh Sinta.

Sinta mendekat.

SINTA

Pak, Sinta pergi sebentar ke luar. Ada urusan.

PAK YON

Mau diantar?

SINTA

Nggak usah, Pak. Sinta naik motor sendiri saja.

PAK YON

Kalau boleh tahu, perginya ke mana?

SINTA

Cuma sebentar kok, Pak. Ke fotokopian.

Pak Yon mengangguk. Sinta mengambil tangan ayahnya dan pamit.

76. CONTINUED

Sinta memasuki jalanan gang sempit hati-hati. Beberapa orang memperhatikannya seksama pada saat dia lewat.

Terdengar suara orang bersiul. Ada juga yang sok menyapa akrab. Sinta tidak membalas sapaan mereka. Dia hanya mengangguk sambil terus jalan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar