CINTA SINTA KEPADA RAMA TAK TERGANTIKAN
11. 11

54.CONTINUED

Ponsel berdering. Ray melihat ponsel di meja. Dia melihat ada nama Acin pada layar yang berkedip-kedip.

Ray tak mau mengangkat telepon. Dia hanya memandangi ponsel sampai layarnya berkedip beberapa kali dan mati.

55.INT. RUMAH SINTA – MEJA MAKAN – MORNING

Seseorang membuka BUNGKUSAN NASI KUNING di sebuah piring. Ada tiga bungkus nasi kuning di meja lengkap dengan teh manis.

CLOSE ON tangan yang membuka bungkusan dengan kasar.

BU MERI (O.S.)

Orang kok mulutnya seperti engsel rusak. Dibiarin. Diademin. Malah makin jadi.

PAK YON (O.S.)

Ya kalau rusak tinggal dibenerin, kan.

BU MERI (O.S.)

Masalahnya bukan tinggal dibenerin atau ndak. Tapi mau apa ndak ngebenerin.

PAK YON (O.S.)

Ya wes makane kan bapak sudah bilang. Tutup kuping.

WE MOVE TO BU MERI’S ANGER FACE.

Bu Meri membanting sendok. Bunyi dentang mengiringi sendok jatuh ke lantai.

Pak Yon menoleh ke sendok di lantai. Lalu ke Sinta yang baru keluar kamar dan sudah rapi hendak pergi kerja.

Sinta memungut sendok di lantai. Lalu dia duduk di kursi sebelah Bu Meri berdiri.

BU MERI

Enak bapak bilang tutup kuping. Bisa enak juga ndak bapak bilang ke orang-orang supaya tutup mulut.

Bu Meri duduk. Dia melipat tangan di meja. Wajahnya masih terlalu kesal.

Sinta meraih tangan Bu Meri. Lalu membelainya lembut.

BU MERI (CONT’D)

(ke Sinta)

Kamu juga. Ngapain masih nyari penyakit. Mau bilang kalau kamu cukup percaya diri ndak peduli sama omongan orang?

Pak Yon mengambil sendok. Lalu mulai makan.

PAK YON

Masih pagi lo, Bu. Omongannya kok ya yang berat-berat.

BU MERI

(ke Pak Yon)

Memangnya apa yang ndak berat yang ringan diomongin? Ngomongin orang?

Bu Meri melotot ke Pak Yon.

PAK YON

Itu biarin Sinta isi perut dulu. Mubazir nanti kalau ndak dimakan. Tujuan ibu beli buat dimakan to?

BU MERI

Ndak usah ngalihin topik.

PAK YON

Ya ndak to. Wong bapak cuman ngingetin saja.

BU MERI

PAK. ANAKMU ITU LAGI JADI BAHAN BADUTAN ORANG SEKAMPUNG. SAMPEAN TEGEL TO.

Pak Yon pasrah. Dia lanjut makan.

56.EXT. JALAN GANG SEMPIT – LATER THAT MOMENTS

Jalan yang mulai ramai aktivitas warga.

Pak Yon melintas naik motor memboncengi Sinta. Beberapa orang menyapa. Pak Yon berdua Sinta menyapa balik.

Seorang Ibu-ibu, 45 tahun, terlihat antusias melihat Sinta diboncengi ayahnya.

IBU-IBU

Diboncengi bapak, Mbak Ta, ngantornya?

Sinta hanya tersenyum mengangguk. Suara ibu-ibu itu diterbangkan angin.

57. EXT. HALTE BUS – SAME TIME

Ray berdiri sendirian. Dia melirik arloji. Waktu jam kerja hampir dimulai. Dia lalu mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk Mirwan.

Ray menoleh ke kanan. Ke arah jalan menuju kompleks. Tak ada Sinta di antara orang-orang yang berlalu lalang. Dia mencarinya.

Kemudian bus datang. Teriakkan kondektur membuat Ray tergugah dan akhirnya dia naik.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar