CEO Bucin (Draft 1)
8. ACT II - KETIKA CINTA MULAI NGATUR TAKDIR (Part 05)
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

14. INT. RUANG ARKA – PAGI

Ruang kerja Arka masih berbau cat baru. Modern, minimalis, tapi ada sentuhan pesisir di bingkai jendelanya.


Arka berdiri di depan meja, berusaha terlihat profesional—tapi jelas kehilangan 30% fungsi otaknya.


Pintu diketuk pelan. Masuklah LIRA. Seragam baru, rambut rapi, aura “anak kampung naik level tapi masih bingung sama game-nya”. Ia menunduk sedikit, sopan.


LIRA

Pagi, Pak Arka.


Arka mencoba menjawab. Yang muncul cuma senyum kecil yang tidak pernah ia latihan sebelumnya.


ARKA

Pagi juga.
Silakan masuk, Lira.
Duduklah di meja kerjamu.


Lira masuk. Dunia pelan-pelan ngedim kayak sengaja nge-zoom.


Lira sedang menata meja kecilnya. Tangannya gemetar sedikit—bukan karena takut, tapi karena . . . ya, perasaan itu. Yang bikin pipinya merah samar.


Arka memperhatikan. Terlalu memperhatikan.


Dunia sekali lagi berkedip halus.

Narator ikut nimbrung.

 

NARATOR (V.O.)

Catat, Penonton . . .
Beginilah bentuk CEO mahal yang jatuh cinta: Suaranya stabil. Badannya tegap. Tapi detiknya nggak sinkron.


LIRA

Apa tugas saya hari ini, Pak?


ARKA

Kamu sudah di-breafing sama Rani, soal tugas dan tanggungjawab kamu?


LIRA

Sudah, Pak.
Tapi sebelumnya . . . saya cuma mau berterima kasih menerima saya bekerja di perusahaan bapak.


Arka reflek memegang pena . . . lalu menjatuhkannya. Dua kali.


Lira menahan senyum.

 

LIRA

(MAJU SEDIKIT)

Boleh saya bantu . . . catatkan agenda hari ini?


Arka ingin bilang “iya”. Tapi yang  keluar . . . agak terlalu jujur.

 

ARKA

Kamu bisa bantu apa saja.


Lira kaget. Arka juga kaget.

 

ARKA

(MELENGOS CEPAT, MERALAT)

Eh, maksud saya . . .
Agenda. Jadwal. Administrasi.
Itu.


Lira mengangguk, pipinya makin merah.


LIRA

Baik, Pak.

(BEAT)

Tapi kalau saya salah . . . tolong diarahkan ya.


Arka menatapnya. Lembut. Nyaris terlalu lembut untuk ukuran CEO yang biasanya keras.


ARKA

Tenang aja.
Saya nggak akan biarin kamu kerja sendirian di sini.


Lira langsung salting. Semakin grogi karena Arka bergerak mendekati meja kerjanya.

 

ARKA

(HALUS, RENDAH)

Kamu nggak apa-apa?


Lira mengangguk . . . tapi tidak bisa sembunyikan sorot mata yang bilang “kenapa dunia ngaco lagi tiap kamu dekat, sih?”

 

LIRA (V.O.)

Kenapa dunia selalu ngaco, setiap kamu dekat sih?!


Sejenak kedua mata bertatapan cukup lama. Lalu Lira menunduk cepat, pura-pura sibuk merapikan pulpen.


LIRA

Saya . . . cuma belum biasa sama suasana kantor baru, Pak.


Arka menatapnya lama. Tidak menembak. Tidak memaksa. Hanya perhatian yang bikin ruang itu hangat.


Dan penonton cewek? Aman. Sudah oleng.

CUT TO.


15. INT. AREA KUBIKEL – PAGI

Ruang kantor masih setengah bau cat, setengah bau kecemasan. Para pegawai baru sibuk menata meja, kabel-kabel masih menggantung seperti sarang laba-laba startup.


DANU berdiri di tengah area kerja, bawa clipboard yang sebenarnya nggak pernah dia pakai. Ekspresinya: “gue ingin pulang ke Jakarta tapi kontrak hidup nggak ngizinin”.

DANU (V.O.)

Sebenarnya, ngapain juga sih gue ikut-ikutan ngantor di Balikpapan?
Hidup dan mati gue itu lebih cocok di Jakarta daripada di sini.


RANI masuk sambil mengetuk heels-nya ke lantai. Elegan. Siap perang. Siap drama.


RANI

(NGOMEL LEVEL PR

YANG BARU LIHAT KPI HANCUR)

Danu . . . ruangan ini kenapa vibe-nya kayak kantor diserang dementor?


DANU

Ini akibat bos kita lagi upgrade perasaan di ruangannya. Radiasinya nyampe ke sini.


Lampu atas kedip pelan. Semesta mengiakan.

 

RANI

(MENDESIS)

Aduh.
Baru juga hari pertama Lira kerja, tapi dunia sudah nge-cheat default setting kantor.


Danu menghela napas, lalu menatap pintu ruang Arka.

 

 

DANU

Elo sadar kan . . . kalau Arka udah officially nggak bisa mikir jernih tiap liat cewek itu.


Rani geleng pelan - senyumnya pahit, tapi tetap rapih kayak folder PR.

 

RANI

Justru itu masalahnya, Nu.
Kalo dia terus-terusan begini . . . yang kebakar bukan hatinya.
Tapi proyek IKN-nya.


Danu mendelik horor.

 

DANU

PLEASE. Jangan bawa-bawa proyek negara ke romansa meta kayak gini.
INGAT!
Siapa yang punya ide nyemplungin Rani ke kantor ini?!


RANI

(MENDENGUS KESAL)


Di momen itu - pintu ruang kerja Arka terbuka.

Arka keluar. Lira ikut di belakangnya, bawa tablet dan buku agenda. Dunia langsung nge-zoom ke mereka berdua. Tanpa izin kru. Tanpa etika.


NARATOR (V.O.)

(CEKIKIKAN)

Scene baru dimulai . . . tapi chemistry sudah numpah kayak kopi kantor murahan.


Rani memicingkan mata.

Danu langsung pengen ngibrit.


Arka menyentuh lengan Lira sebentar, menunjukkan sesuatu di tablet yang dipegangnya. Sebentar doang. Tapi cukup buat lampu kantor kedip dua kali dan AC berubah suhu kayak PDKT mood swing.

 

RANI

(MAU MELEDAK, TAPI MASIH ELEGAN)

Oh! wow!
Kantor baru buka tiga jam, tapi kalian sudah . . . sinkronisasi sistem.


Lira kaget, menunduk cepat, pipinya merah.

Arka langsung menjauh setengah langkah - sadar kalau sentuhannya barusan terlalu . . . ya, terlalu "Arka – dengan – hati berantakan".


ARKA

Eh . . . Rani, Danu.
Kita harus lanjut ke agenda pertama hari ini.


Danu menutup muka.

 

DANU

Agenda mana nih?
Agenda kantor?
Atau agenda takdir?


Narator ngakak.

 

NARATOR (V.O.)

Jawabannya adalah: Keduanya.


Arka mengabaikan narator (seperti biasa), lalu menyerahkan map ke Lira.

 

ARKA

Lira, kamu ikut saya dan Rani ke ruang meeting.
Ada presentasi kecil soal sistem IT yang harus kamu catat.


Lira mengangguk.

 

LIRA

Baik, Pak.


Begitu Lira lewat di antara mereka, dunia nge-freeze sepersekian detik. Suara laut samar masuk di speaker kantor.


Rani merinding.

 

RANI

(MENGERUTU)

Kenapa kantor ini tiba-tiba kayak dapet efek sound pesisir?

 

DANU

Karena ceweknya lewat, Ran.
Dunia tuh baper.


Narator menimpali.

 

NARATOR (V.O.)

Ini bukan baper, Nu.
Ini . . . sinkronisasi aura karakter utama.


Arka tidak sadar apa-apa. Lira juga pura-pura nggak sadar.

Rani? Rani sudah muak tapi juga kepo level akut.

 

RANI

(NUTUP FOLDERNYA DENGAN KLIK KERAS)

Baik. Ruang meeting.
Dan setelah itu . . . kita perlu meeting lain: Meeting manajemen risiko perasaan.


Danu langsung mendesah panjang.

 

DANU

Ok. Gue ikut.
Ada kemungkinan besar bos kita crash di tengah presentasi.


Arka memutar bola mata.

 

ARKA

Gue masih CEO Perusahaan,
kalian tau itu kan?

 

RANI & DANU

(BERSAMAAN)

Iyaaaa . . .


RANI

. . . Tapi CEO yang jatuh cinta biasanya error duluan.


Narator tepuk tangan.


NARATOR (V.O.)

Scene berikutnya: ruang meeting, first spark, dan . . . kecemburuan Rani naik level.

CUT TO:



16. INT. RUANG MEETING – MAHESWARA GROUP BALIKPAPAN – PAGI

Ruang meeting masih kinclong dan bau kardus. Di tengah meja, ada prototype board keamanan—semacam mini motherboard dengan chip untuk demo sistem firmware-protection Maheswara.


Arka masuk duluan, Lira di belakangnya bawa agenda. Danu dan Rani menyusul kayak dua wali kelas ngawasin murid pindahan yang mencurigakan.


NARATOR (V.O.)

Selamat datang di scene yang akan bikin para engineer iri dan para penonton histeris.


Arka mengaktifkan layar besar. Diagram kompleks muncul: struktur Secure Firmware Layer, anti-rootkit, anti-backdoor, checksum bergerak.


Rani langsung mode PR elegan. Danu langsung mode “tolong jangan glitch hari ini”.


Lira . . . duduk tenang. Tapi matanya langsung nangkep sesuatu.


ARKA

Ini modul utama yang kita kembangkan buat IKN.
Firmware-level integrity check . . .


Lira spontan angkat tangan kecil. Sopan. Tapi merusak ekosistem ego semua orang di ruangan.


LIRA

Ma’af Pak . . . Checksum ini . . . ada yang salah posisi.


Arka . . . Freeze.

Rani . . . “APA?”

Danu . . . hampir keselek napas.

 

ARKA

(BINGUNG TAPI PENASARAN)

Posisi mana?


Lira berdiri. Jalan pelan ke layar. Tekan pointer. Nunjuk satu titik kecil yang bahkan insinyur senior harus zoom 400% buat lihat.

 

LIRA

Ini.
Kalau layer verifikasinya ditempatkan di hook ini . . . firmware bisa di-bypass lewat pre-loader.
Nanti orang bisa tanam rootkit tanpa ke-detect.


Arka langsung . . . jatuh cinta versi teknikal.

 

ARKA

(PELAN, KAGUM GILA)

Gimana kamu bisa lihat itu . . . secepat itu?


Lira mengangkat bahu. Tenang. Sederhana. Tapi mematikan.


LIRA

Saya dulu sering betulin modem dan router kampung, Pak.
Firmware-nya sering kena rusak.
Jadi . . . ya, kebiasaan lihat struktur begini.


Rani langsung cemburu begini: 😐🔥 Elegan tapi mendidih.

 

RANI

(SENYUM PR TAPI TAJAM)

Wah . . . jadi kamu ngerti firmware security juga?


LIRA

Sedikit, Bu.
Bukan yang hebat . . . cuma sering ngoprek aja.


DANU

(LIRIH, MATA BERBINAR)

GILA ELO CANTIK BANGET . . . eh.
maksudnya pintar. PI-PI-PI-NTER.


NARATOR (V.O.)

Danu.
Berhenti.
Lo bukan nominee love interest.

 

WORLD (VIBES) Lampu: blink blink blink — (NOPE BRO).


Danu langsung menutup mulutnya pakai map.

Arka mendekat. Dekat banget. Sampai dunia ngatur brightness turun 10% biar suasana makin syahdu.

 

ARKA

(NYARIS BERBISIK)

Lira . . . Kamu ngerti ini lebih cepat dari engineer yang bikin modulnya.


Lira tersipu kecil. Pipinya memanas . . . tapi dia tetap profesional.

 

LIRA

Saya cuma . . . lihat aja, Pak.
Strukturnya seperti ada celah.
Kalau nggak ditutup sekarang, bisa bahaya.


Rani melipat tangan—kecemburuan naik ke Mode Mature Office Rivalry.

 

RANI

(NADA MENINGGI TAPI HALUS)

Kalau kamu memang paham segitu detail . . . boleh jelasin ke kita, bagaimana kamu bakal nutup celah itu?


Lira melangkah ke prototipe board di meja. Ambil spidol. Coret diagram sederhana.

 

LIRA

Saya akan taruh integrity check di tahap preloader verification, Bu.
Buat cegah manipulasi sebelum kernel jalan.
Ini juga mencegah cold-boot hijacking.


Arka hampir roboh.

Danu tepuk jidat saking kagumnya.

 

DANU

GILA . . . !
Ini cewek default-nya kayak engineer NSA, tapi packaging-nya gadis pesisir.


NARATOR (V.O.)

Iya, Nu.
Sayangnya bukan buat kamu.

 

WORLD (VIBES): AC berubah angin hangat romantis sekali.


Arka . . . nggak bisa nyembunyiin senyum. Senyum yang jarang. Senyum CEO yang jatuh cinta tapi pura-pura fokus kerja.

 

ARKA

(LOW, TULUS)

Lira . . . kamu luar biasa.


Lira menunduk kecil—bukan malu, tapi karena tarikan itu muncul lagi. Resonansi di dadanya. Sama seperti yang Arka rasakan di bandara kemarin.


Dunia terasa bergetar. Halus. Seolah bilang: “YEAH, BRO. THAT’S HER.”


Arka refleks menatap Lira lama. Terlalu lama. Kecuali buat penonton — ini udah kayak Golden Scene banget.


Rani batuk keras. Iri. Panik. Elegan tapi chaos.

 

RANI

(MEMUTUS MOMEN)

Baik! Kita lanjut agendanya!
Tidak usah terlalu . . .dekat duduknya, Pak Arka.


Arka mundur sedikit . . . tapi wajahnya tetap merah.


Narator tertawa.


NARATOR (V.O.)

Act II, Babak 06, Scene 16 . . . selesai, Penonton.

(MUNCUL JUGA DI LAYAR)

Yang jatuh cinta:
Arka ✔️
Danu (ilegal) ✘
Lira (masih denial) ❓
Rani (cemburunya naik 2 level) ✔️✔️

DISOLVE TO.



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)