05A. INT. KANTOR PUSAT, LOBI – SIANG
Lobi kantor Arka mewah dan dingin kayak UI aplikasi premium. Karyawan lalu-lalang, tapi tidak ada yang berani menatap CEO terlalu lama. Arka melangkah cepat masuk, diikuti DANU yang tampak seperti bodyguard emosional, bukan CFO.
RANI SASMARA (akhir 20-an, elegan tapi aura “capek jadi manusia”) muncul dari arah berlawanan, memegang tablet penuh notifikasi.
RANI
(TENANG, PADAT, NADA PR MODE ON)
Arka lewat begitu saja. Rani minggir setengah langkah, bingung tapi tetap anggun.
DANU
(BERBISIK KE RANI,
SAMBIL JALAN CEPAT)
Rani memicingkan matanya.
RANI
CUT TO:
05B. KORIDOR UTAMA — CONTINUOUS
Arka jalan makin cepat. Lampu-lampu koridor berkedip halus mengikuti langkahnya — kayak sensor yang terlalu sensitif.
Rani menyusul, heels-nya berdetak elegan tapi panik sedikit.
RANI
Bos . . . at least, kasih saya context?
ARKA
(SINGKAT, TANPA BERHENTI)
Balikpapan.
Danu hampir tersedak udara.
DANU
Woy . . . !
To the point amat?!
Rani menghentikan langkah. Shock.
RANI
Balikpapan?!
hari ini?!
ARKA
Iya.
Dagu Rani terangkat sedikit — ini PR Manager yang bingung sekaligus tersinggung.
RANI
Dan saya baru tau . . . dari dua kata - ‘balikpapan’ dan ‘hari ini’.
Arka tetap jalan menuju ruang pribadinya.
CUT TO:
06. RUANG PRIVAT ARKA – SIANG
Pintu terbuka otomatis. Ruang itu rapi, simetris, minimalis, seperti hidupnya sebelum naskah film ini mulai iseng.
Arka masuk duluan. Danu menyusul. Rani berdiri di ambang pintu, nahan napas, nahan rasa ingin menampar takdir.
ARKA
(FOKUS, TANPA BASA-BASI)
Danu menatap Arka seakan melihat bosnya “update ke patch baru tanpa pemberitahuan”.
DANU
Arka mengangguk sekali. Tegas.
Rani akhirnya masuk dan menutup pintu.
RANI
Arka terdiam sebentar. Tatapannya menerawang. Arah yang bahkan kepalanya sendiri belum sepenuhnya terima.
ARKA
(PELAN)
Danu memijat wajahnya.
DANU
Rani cemburu samar yang tidak ia sadari
RANI
(NADA PR)
Arka menatap Rani lewat pantulan kaca jendela.
ARKA
Sunyi sebentar.
Lampu ruangan meredup satu detik. Seperti semesta memberi efek dramatis tanpa persetujuan kru.
Rani menarik napas pendek — PR mode jatuh, jadi wanita biasa.
RANI
Danu menoleh cepat.
DANU
Rani mendengus, tapi elegan.
RANI
Arka menatap dua orang terpenting dalam hidup profesionalnya ini. Tenang. Mantap. Nerima.
ARKA
Rani dan Danu saling memandang — kayak dua orang yang berbeda agama lagi emosional, tapi sama-sama pasrah.
DANU
(GAYA KORBAN SINETRON)
NARATOR (V.O.)
Danu langsung memelototi (posisi) Narator.
RANI
(HALUS, TAPI JELAS CEMBURU)
Arka menatap kosong ke jendela. Cahaya siang memantul di iris matanya — seperti ada “arah” yang tidak dilihat siapa pun kecuali dia.
ARKA
Lampu berkedip sekali.
Danu menjitak udara.
DANU
NARATOR (V.O.)
(RIANG, CUEK)
Rani menutup mata. Menyerah pada konsep hidup mereka yang absurd.
RANI
Arka mengangguk pelan.
Arka, Danu, dan Rani — tiga karakter yang belum sadar mereka udah berdiri di pintu masuk takdir.
CUT TO:
07. EXT./INT. BALIKPAPAN – MOBIL SEWA PERUSAHAAN – SIANG
Sebuah MPV hitam keluar dari gerbang bandara (TANPA memperlihatkan interior bandara - cost saving, bro).
Langit Balikpapan biru bersih, cahaya matahari memantul di kaca gedung-gedung baru yang tumbuh di sepanjang jalan.
Di dalam mobil:
RANI duduk di jok depan. Map tipis dan ponsel di pangkuannya. Rapi, anggun, tapi cerewet khas PR yang sudah disuntik drama sama hidup.
ARKA duduk di kursi belakang, tatapan kosong ke luar jendela - fokus ke “arah yang hanya dia yang bisa lihat”.
DANU di sampingnya, wajah “gue capek jadi babysitter dua orang ini”.
DANU (V.O.)
RANI
(BERALIH, CEREWET ELEGAN)
(KONTROL NAFAS)
Arka masih menatap keluar. Tidak merespons cepat.
ARKA
(PATUH, TENANG)
Rani menoleh ke sopir, separuh frowning.
RANI
Sopir nyengir. Arka berkedip sekali. Danu melirik ke Arka: "HAH?"
Danu tepok jidat pelan.
DANU
(DEADPAN NYARIS WHISPER)
Arka memejamkan mata sejenak.
Danu menghela napas berat.
Rani menatap ke luar dengan curiga halus—pasti ada sesuatu yang ia belum tau.
Mobil melaju melewati spanduk bertuliskan: SELAMAT DATANG DI BALIKPAPAN – PINTU GERBANG MENUJU NUSANTARA
CUT TO.