CEO Bucin (Draft 1)
3. ACT I - SETUP (Part 02)

05A. INT. KANTOR PUSAT, LOBI – SIANG

Lobi kantor Arka mewah dan dingin kayak UI aplikasi premium. Karyawan lalu-lalang, tapi tidak ada yang berani menatap CEO terlalu lama. Arka melangkah cepat masuk, diikuti DANU yang tampak seperti bodyguard emosional, bukan CFO.


RANI SASMARA (akhir 20-an, elegan tapi aura “capek jadi manusia”) muncul dari arah berlawanan, memegang tablet penuh notifikasi.


RANI

(TENANG, PADAT, NADA PR MODE ON)

Bos. Agenda meeting sudah saya susun ulang. Saya juga sudah . . .


Arka lewat begitu saja. Rani minggir setengah langkah, bingung tapi tetap anggun.


DANU

(BERBISIK KE RANI,

SAMBIL JALAN CEPAT)

Dia lagi kerasukan takdir, Ran.
Bukan salah lo.


Rani memicingkan matanya.


RANI

Takdir macam apa sih yang bikin CEO jalannya kayak aplikasi nge-bug gitu?


CUT TO:


 

05B. KORIDOR UTAMA — CONTINUOUS

Arka jalan makin cepat. Lampu-lampu koridor berkedip halus mengikuti langkahnya — kayak sensor yang terlalu sensitif.


Rani menyusul, heels-nya berdetak elegan tapi panik sedikit.


RANI

Bos . . . at least, kasih saya context?


ARKA

(SINGKAT, TANPA BERHENTI)

Balikpapan.


Danu hampir tersedak udara.


DANU

Woy . . . !

To the point amat?!


Rani menghentikan langkah. Shock.


RANI

Balikpapan?!

hari ini?!


ARKA

Iya.


Dagu Rani terangkat sedikit — ini PR Manager yang bingung sekaligus tersinggung.


RANI

Dan saya baru tau . . . dari dua kata - ‘balikpapan’ dan ‘hari ini’.


Arka tetap jalan menuju ruang pribadinya.

CUT TO:

 

06. RUANG PRIVAT ARKA – SIANG

Pintu terbuka otomatis. Ruang itu rapi, simetris, minimalis, seperti hidupnya sebelum naskah film ini mulai iseng.


Arka masuk duluan. Danu menyusul. Rani berdiri di ambang pintu, nahan napas, nahan rasa ingin menampar takdir.

ARKA

(FOKUS, TANPA BASA-BASI)

Nu, siapin segala data yang kita punya tentang Balikpapan.
Bukan bisnis . . . tapi wilayah pesisirnya.


Danu menatap Arka seakan melihat bosnya “update ke patch baru tanpa pemberitahuan”.


DANU

Bos . . . serius elo?


Arka mengangguk sekali. Tegas.


Rani akhirnya masuk dan menutup pintu.


RANI

Baik.
Tapi sebelum kamu mendadak hijrah ke Balikpapan . . . boleh saya tau why?


Arka terdiam sebentar. Tatapannya menerawang. Arah yang bahkan kepalanya sendiri belum sepenuhnya terima.


ARKA

(PELAN)

Ada sesuatu . . . narik gue ke sana.


Danu memijat wajahnya.


DANU

Tuh kan . . . Tuh kaaan . . .
Gue tahu ini awal arc bucin.
Gue tahu!


Rani cemburu samar yang tidak ia sadari


RANI

(NADA PR)

Dan “sesuatu” itu bentuknya . . . apa?


Arka menatap Rani lewat pantulan kaca jendela.


ARKA

Gue nggak tau.
Yang gue tau — gue harus kesana.
Hari ini.


Sunyi sebentar.


Lampu ruangan meredup satu detik. Seperti semesta memberi efek dramatis tanpa persetujuan kru.


Rani menarik napas pendek — PR mode jatuh, jadi wanita biasa.


RANI

Baik.
Kalau kamu mau pergi . . . aku ikut.


Danu menoleh cepat.


DANU

Kenapa elo MAU ikutan juga, Rani?!


Rani mendengus, tapi elegan.


RANI

Karena kalau tiba-tiba CEO gue hilang gara-gara “insting spiritual” dia kantor ini bisa chaos.
Dan Mama-nya bakal ngoyak-ngoyak kita bertiga.


Arka menatap dua orang terpenting dalam hidup profesionalnya ini. Tenang. Mantap. Nerima.


ARKA

Baik.
Kita bertiga.


Rani dan Danu saling memandang — kayak dua orang yang berbeda agama lagi emosional, tapi sama-sama pasrah.


DANU

(GAYA KORBAN SINETRON)

Ya Tuhan . . . ini bakal panjang ceritanya.


NARATOR (V.O.)

Nggak bakalan, Nu.
Aku sudah diwanti-wanti sama Produser Eksekkutif film ini . . . over duration – potong honor.


Danu langsung memelototi (posisi) Narator.


RANI

(HALUS, TAPI JELAS CEMBURU)

Bos. . . apapun yang narik kamu ke sana . . . emang kamu sudah siap?


Arka menatap kosong ke jendela. Cahaya siang memantul di iris matanya — seperti ada “arah” yang tidak dilihat siapa pun kecuali dia.


ARKA

Siap nggak siap . . . gue tetep harus jalanin.


Lampu berkedip sekali.

Danu menjitak udara.


DANU

NARATOR!
Serius deh!
Stop deh efek lampu dramatisnya!


NARATOR (V.O.)

(RIANG, CUEK)

Aku cuma bantu ambience, Nu.


Rani menutup mata. Menyerah pada konsep hidup mereka yang absurd.


RANI

Baik.
Saya siapin semua.
Dalam 15 menit kita berangkat.


Arka mengangguk pelan.


Arka, Danu, dan Rani — tiga karakter yang belum sadar mereka udah berdiri di pintu masuk takdir.


CUT TO:

 

07. EXT./INT. BALIKPAPAN – MOBIL SEWA PERUSAHAAN – SIANG

Sebuah MPV hitam keluar dari gerbang bandara (TANPA memperlihatkan interior bandara - cost saving, bro).


Langit Balikpapan biru bersih, cahaya matahari memantul di kaca gedung-gedung baru yang tumbuh di sepanjang jalan.


Di dalam mobil:

RANI duduk di jok depan. Map tipis dan ponsel di pangkuannya. Rapi, anggun, tapi cerewet khas PR yang sudah disuntik drama sama hidup.

ARKA duduk di kursi belakang, tatapan kosong ke luar jendela - fokus ke “arah yang hanya dia yang bisa lihat”.

DANU di sampingnya, wajah “gue capek jadi babysitter dua orang ini”.


DANU (V.O.)

Sial banget hidup gue.
Gue ini CFO, tapi kenapa malah jadi babysitter dua bayi bongsor ini ya?!


RANI

(BERALIH, CEREWET ELEGAN)

Sejujurnya Mama kamu itu orang yang sangat . . . sangat perhatian, ya.
Tadi beliau nanya lima kali—lima kali—apa kamu makan pagi.
Terus dua kali nanya, kamu pakai jaket atau nggak.
Dan yang paling penting:

(KONTROL NAFAS)

kenapa kamu tiba-tiba “harus ke Balikpapan”.


Arka masih menatap keluar. Tidak merespons cepat.


ARKA

(PATUH, TENANG)

Mama memang begitu orangnya.


Rani menoleh ke sopir, separuh frowning.


RANI

Saya cuma bilang sama beliau, “Saya ikut kok, Tante. Saya pastikan Arka pulang utuh, tidak ada bagian yang hilang.”
Eh . . . beliau malah bilang:
(MENIRUKAN IBU ARKA, HALUS)
“Bagian yang hilang itu justru yang Arka cari, Nak.”


Sopir nyengir. Arka berkedip sekali. Danu melirik ke Arka: "HAH?"


Danu tepok jidat pelan.


DANU

(DEADPAN NYARIS WHISPER)

Gila sih bos gue ini . . . cinta bikin travel plan rusak total.


Arka memejamkan mata sejenak.


Danu menghela napas berat.


Rani menatap ke luar dengan curiga halus—pasti ada sesuatu yang ia belum tau.


Mobil melaju melewati spanduk bertuliskan: SELAMAT DATANG DI BALIKPAPAN – PINTU GERBANG MENUJU NUSANTARA

CUT TO.

 



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)