CEO Bucin (Draft 1)
4. ACT II - KETIKA CINTA MULAI NGATUR TAKDIR (Part 01)

ACT II — Ketika Cinta Mulai Ngatur Takdir


08. INT. HOTEL BALIKPAPAN – LOBI – SIANG

Lobby hotel mewah, elegan, tapi entah kenapa lampu-lampunya terasa kayak “syuting sinetron yang tayang jam 7-an” - terlalu dramatis untuk jam segini.


Pintu otomatis terbuka. Masuklah ARKA, DANU, dan RANI.


BIG SUBTITLE:

“Pintu Takdir Kebuka Lebih Cepat dari Jadwal Check-in”


Arka masuk duluan. Langkahnya mantap tapi matanya . . . kayak nyari sesuatu yang belum kelihatan. Danu dan Rani menyusul, ngos-ngosan sedikit - dua orang yang dipaksa mengikuti ritme sebuah arc cinta.


RANI

(BERBISIK, PR MODE MELELEH)

Bos . . . kamu jalan kayak lagi ngejar trailer film sendiri.
Bisa pelan dikit, nggak?!


Danu menyeret koper dengan raut: “kenapa hidup gue diseret cinta orang lain”.


DANU (V.O.)

Ini sebenarnya . . . siapa yang kejam sama hidup gue sih?!
Penulis skenarionya, Si Narator brengsek itu atau . . . semesta ini emang nggak adil sama gue?!


RESEPSIONIS

(SENYUM PROFESIONAL, TERLALU MANIS)

Selamat siang, Pak. Selamat datang di . . .


Lampu LOBBY berkedip sekali. Sepersekian detik.


Arka berhenti melangkah.


Danu langsung ngedip-ngedip kayak nahan trauma.


DANU

(TO THE AIR)

Hei, Narator! Tolong ya!
Jangan rusak properti hotel orang.
Kontrak location fee kita nggak kuat ganti properti mereka.


NARATOR (V.O.)

(TERSINGGUNG)

Bukan aku, Nu!
Itu kelakuan ‘dunia’.


WORLD (VIBES): Suara AC mendadak naik-turun, kayak orang ngambek.


Danu menatap ke langit-langit.


DANU

Hadeh! Baru juga masuk Babak 02 . . .
Film ini sudah nambah satu lagi pelakor Out of Frame.


Rani merapikan rambutnya, lalu mendekat ke resepsionis dengan over-professional smile.


RANI

Atas nama Maheswara Group.
Dua kamar.
Yang satu harus . . .


Rani berhenti. Menoleh ke Arka. Matanya setajam HRD habis dapat laporan keuangan.


RANI (COUNT’D)

(KE ARKA)

 . . . harus aman.
Mama kamu wanti-wanti.


Arka cuma menghela napas.


ARKA

Ran . . . gue ke Balikpapan itu bukan minta dijagain kayak anak kecil.


RANI

(AGAK NYOLOT HALUS, ELEGAN)

Itu bagian dari pekerjaanku, Bos.
. . . yang ditugaskan oleh Mama kamu.


Danu bisik-bisik ke Arka.


DANU

(PELAN BANGET)

Jangan-jangan . . . Rani nih alasan elo nekat ke sini, ya?


Arka melotot. Tapi sorot matanya? Sorot “iya sih . . . dikit.”


Narator langsung menyerang.


NARATOR (V.O.)

(EKSKLUSIF, NUDUH)

Woi! Woi! Woi . . .
plot twist liar detected!
Jangan ngerusak cinema experience penonton ya?!


WORLD (VIBES): Speaker lobby tiba-tiba nyetel backsound melo pelan-pelan.


Arka kesal.


ARKA

(TO WORLD)

Matikan lagu itu!


WORLD (VIBES): Volume turun . . . tapi cuma 3%. Tetap kedengaran.


Rani berhenti check-in. Menoleh ke Arka dan Danu.


RANI

(CURIGA)

Ada apa?
Kenapa kalian bisik-bisik?


Danu tersenyum innocently.


DANU

Nggak, nggak.
Hanya . . . podcast personal kami.

(HAMPA, KELELAHAN)

Berjudul:“Kenapa Hidup Arka Begini?”


Rani mendengus.


RANI

(GAYA CEWEK YANG TERLALU TAHU BANYAK)

Bos . . . jujur!
Kamu ke sini . . . karena “signal aneh” itu?
Atau karena kamu kabur dari rencana Mama kamu?!


Arka membuka mulut - tapi dunia menyelamatkannya. Lampu lobby berkedip. Efek sinematik turun dari langit seperti spotlight ke wajah Arka.


Wajah Arka memanas.


Penonton wanita? Bucin. Fix.


Rani memutar mata.


Danu tepuk jidat pelan.


RESEPSIONIS

(MENAHAN TAWA, BINGUNG)

Ma’af, Pak, Bu . . .
Kamarnya sudah siap.
Semuanya di lantai enam.
Menghadap laut.


Danu menatap Arka dan Rani bergantian.


DANU

(TO HIMSELF)

Oh iya . . . bener.
Arah laut.
Arah takdir.
Arah sumber masalah.


Arka langsung menarik koper.

 

ARKA

(CHECK-IN MODE, CEO TENANG)

Ayo! Kita ke kamar dulu.
Habis itu . . . gue harus ke pesisir.


Dunia lagi norak hari ini. Lampu lobi berkedip halus. Lift terbuka sendiri tanpa ada orang yang memanggil.


DANU

(TO LIFT)

Bro . . . santai dong.
Kami ini bukan cameo.


WORLD (VIBES): Lift mengeluarkan bunyi “ting” ala K-drama.


Rani memelotot ke langit-langit.

 

RANI

(NGEDUMEL, ELEGAN TAPI MARAH)

Kenapa semua yang nggak terlihat itu lebih peduli sama Arka daripada manusia nyata ya?


Arka bergerak mau masuk lift, tiba-tiba berhenti. Jantungnya - atau apapun itu di dadanya - bergetar tipis. Ia menyentuh tembok kaca, seolah “arah” itu ngetuk balik.


DANU

(PELAN BANGET)

Lo ngerasa itu lagi?


Arka mengangguk tanpa menatap.

 

ARKA

Lebih kuat.


Rani mencibir halus.

 

RANI

(IRI TERSELUBUNG)

Yang narik-narik kamu itu . . . manusia kan? Bukan sinyal BTS atau makhluk halus?


Danu mendesah dalam.

 

DANU

Kalo itu sinyal, Ran . . . bos kita udah 5G sejak scene dua.


RANI
(NGASAL)
Emangnya kita sekarang ini di scene berapa?


Narator muncul tiba-tiba.

 

NARATOR (V.O.)

(LICIK, EXCITED)

Selamat datang di Babak 2, ACT II, sayang-sayangku.
Tempat cinta makin ngaco, dunia makin ikut campur . . . dan takdir?
Eh, Takdir! Kamu sudah pesen kopi, belon?!

CUT TO.


09. EXT. JALAN MENUJU PESISIR – SIANG

SUV sewaan sudah melaju keluar kota.

Arka duduk di depan, menatap lurus ke jalan. Aura “ditarik ke sesuatu” makin kuat.


Danu dan Rani di belakang.


Danu terlihat cemas, Rani berusaha menjaga wibawa, tapi jelas gelisah.


Angin pesisir mulai terasa. Langit makin cerah. Semesta seperti membuka jalurnya.

 

DANU

(MENGINTIP LEWAT BAHU ARKA)

Lo yakin arahnya . . . ini?
Solanya udah kayak storyline yang lupa dikompres.
Lo yakin kita nggak kena bug?


Arka tersenyum kecil — senyum kayak nyerah sama takdir.

 

ARKA

Kalau ini bug . . . kenapa rasanya kayak sesuatu yang gue memang harus temuin?


Rani mendengus. Iri—tapi disamarkan dengan profesionalisme palsu.

 

RANI

(KETUS MANIS)

Ingat, Boss . . . jangan sampai ada "dia" yang bikin kamu hilang arah.


Rani melipat tangan, tidak terima tapi tidak bisa menyangkal kenyataan.


SUV terus melaju, masuk jalur kecil menuju perkampungan air.

 

DANU

(NADA PELAN, SARCASTIC)

Penerbangan kita belum ambil off — tapi sepertinya script-nya udah auto-save ke “mode bucin”.


Rani menghela napas - ekspresinya keras tapi ada kepanikan halus – menyodorkan tablet yang sedari tadi di tangannya ke Danu.

 

RANI

Kalau lo butuh data, ambil aja.
Tapi jangan ajak gue ikut crash-nya.


ARKA

Danu . . . Rani . . .

(MEMBERI TANDA ZIPPER DI MULUTNYA)

Gue butuh ketenangan.
Tadi di hotel, gue ngerasa, dunia . . . lupa matiin mode “auto-follow”.


Danu mengangguk, setengah setuju.

 

DANU

Siap, Bos.
Tapi kalo nanti dunia mulai bug . . . rem aja . . . jangan lupa.


Rani cuma bisa cemberut model app yang lagi nge-lag.

CUT TO:



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)