Bismahanta
Daftar Bagian
1. Yang Pergi dan Yang Datang Kembali #1
Sejak peristiwa malam itu, kamu telah menjatuhkan harga diriku. Kau perlakukan aku seperti hadiah gi
2. Cerita dari Balik Jendela #2
Tadi Kau bilang merinding melihat kegarangan Dewabrata? Itu masih belum, kau akan lebih merinding ba
3. Padepokan Silat Macan Putih #3
Menjadi pendekar itu bukan tentang seberapa tinggi ilmunya. Tetapi seberapa bijaksana ia mengamalkan
4. Ketentuan Takdir #4
ku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematia
5. Aku, Bismahanta #5
Dari kecil aku tidak pernah mengurai rambutku, hari ini saja, dan bukan karena sengaja.
6. Jalan Sunyi #6
Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda. Dan penerbit muda harus punya suatu k
7. Api Amarah itu Mulai Menyala #7
Sejak aku balas dendam untuk kakek, aku mulai menggores luka di tangan ini sebagai pengingatku bahwa
8. Alur Angin #8
Pasti ada waktu yang tepat untuk balas dendam dan Amba akan memberikan petunjuknya lewat mimpi, dia
9. Kekecewaan Dewabrata #9
Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana
10. Bias Amba #10
Menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan.
11. Melawan Keraguan #11
Hanta, kurasa kita punya luka yang sama, dan aku ingin kita menyembuhkan luka itu bersama-sama
12. Menjadi Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Pelindung #12
Dewabrata ayo lawan, bertarunglah, kamu itu pendekar, kenapa kamu pasrah begitu, kamu harus selamat
13. Menuju Takdir Tuhan #13
Takdirku sudah ditentukan Tuhan, dan kamu yang akan membawaku menuju takdirku itu
13. Menuju Takdir Tuhan #13

SC. 106 EXT. MAKAM AMBA - PAGI 

CAST : Bismahanta, Abiyasa, Pak Bagas, Bu Lestari

Bismahanta masih terduduk di makam Amba. Abiyasa, Pak Bagas, dan Bu Lestari mengajaknya pulang ke rumah.

BU LESTARI

(memegang pundak Bismahanta)

Han, ayo pulang

Bismahanta tak mau beranjak dari makam Amba.

BISMAHANTA

Ayah, Ibu, Kak Abi, apakah dendam Amba masih perlu kubalaskan?

Pak Bagas, Bu Lestari, dan Abiyasa terkejut mendengarnya.

ABIYASA

Maksudmu Han? Apa kamu sudah tidak berniat membalaskan dendam Amba lagi?

Bismahanta berdiri. Ia membentak Abiyasa.

BISMAHANTA

Aku lelah Kak, aku selalu gagal untuk membunuh Dewabrata, aku selalu gagal untuk balas dendam

Bu Lestari berdiri menenangkan Bismahanta, sementara Pak Bagas menenangkan Abiyasa.

BU LESTARI

Hanta, sabar sayang, jangan marah-marah di sini, apalagi di makamnya Amba, dia akan semakin sedih

Pak Bagas dan Abiyasa berdiri, mengajak Bu Lestari dan Bismahanta meninggalkan makam.

CUT TO

SC. 107 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA - PAGI

CAST : Bismahanta, Abiyasa, Pak Bagas, Bu Lestari

Di perjalanan pulang, Pak Bagas kembali membuka pembicaraan.

PAK BAGAS

(menghampiri Bismahanta)

Hanta, apakah kamu sedang dihinggapi sebuah keraguan dalam membalaskan dendam Amba?

BISMAHANTA

Iya ayah, setiap kali hendak membunuh Dewabrata, keraguan itu muncul, aku bertanya pada diri sendiri, apa perlu aku membunuh Dewabrata? lalu setelah membunuhnya, aku dapat apa? sebuah kepuasan? atau bisa menghidupkan Amba kembali?

Pak Bagas menampar Bismahanta untuk pertama kalinya. Ia sakit hati mendengar ucapan Bismahanta.

PAK BAGAS

Jaga bicaramu Hanta! Bisa-bisanya kamu punya pemikiran seperti itu! Itu berarti kamu telah mengkhianati kepercayaan kami dan saudara kembarmu, Amba

Bismahanta memegang pipinya yang baru ditampar Pak Bagas. Ia diam tak menjawab.

BU LESTARI

Cukup ayah, ayah tidak perlu sampai menyakiti Hanta seperti ini, dia putri ayah juga, dia bukanlah pembunuh bayaran yang jika gagal melakukan misinya maka dia akan dimarahi dan tidak mendapat bayaran, ini putri kita ayah, dia pasti punya batasannya

Tangis Bismahanta pun pecah dipelukan Bu Lestari.

BISMAHANTA

Hanta bingung Bu, Hanta tidak pernah melupakan balas dendam Amba, Hanta selalu mengingat dendam orang-orang yang harus Hanta balaskan dengan menggoreskan sebuah luka pada tangan kiri ini (menunjukkan goresan lukanya) dan sebelum luka ini mengering, Hanta selalu berhasil membalaskan dendam itu

BU LESTARI

Hanta, sejak kapan kamu mulai menyakiti dirimu sendiri? Kamu tidak boleh seperti ini!

BISMAHANTA

Luka ini tidaklah sakit Bu dibanding dengan penderitaan yang diderita oleh orang-orang yang Hanta cintai. Tapi untuk balas dendam kepada Dewabrata, entah mengapa ceritanya jadi lain Bu, luka ini cepat sekali mengering sebelum Hanta berhasil membunuh Dewabrata sehingga Hanta harus menggoresnya lagi dan lagi

BU LESTARI

Sudah Han, kamu tidak perlu menyakiti dirimu sendiri lagi, kamu tidak pelu membalaskan dendam Amba dan membunuh Dewabrata, dari awal ibu tidak setuju dengan balas dendam ini. Ibu tidak mau kehilangan putri ibu lagi (menangis memeluk Bismahanta)

ABIYASA

Ibu, kita sudah sejauh ini, apa ibu mau kita berhenti membalaskan dendam Amba?

CLOSE UP: Ekspresi kekhawatiran bu lestari dan bismahanta

CUT TO

SC. 108 INT. DALAM MOBIL; DI SEBUAH GANG DEKAT RUMAH BISMAHANTA - PAGI

CAST : Dewabrata, Zulfi, Kemal, Maharani, Saraswati

Dewabrata dan rombongan sudah sampai di gang dekat rumah Bismahanta.

DEWABRATA

Zul, bukannya ini jalan ke Padepokan Macan Putih?

ZULFI

Ternyata Lo masih inget

MAHARANI

Lo pernah ke sini Wa?

DEWABRATA

Masa kecil sampek remaja Gue di sini, pas kuliah baru pindah

KEMAL

Yang bener Boss? Kok Boss nggak pernah cerita ke kita-kita?

DEWABRATA

Iya seriusan Gue, Gue emang nggak pernah cerita karena Gue punya kenangan buruk di tempat ini, Gue ingin lupain itu

ZULFI

Terkadang sesuatu yang ingin kita lupakan, justru selalu terngiang di pikiran kita

SARASWATI

Tunggu-tunggu, mendengar cerita Pak Dewa barusan, aku jadi inget novel Amba (membelalakkan matanya) Jangan-jangan Amba itu memang ada? Dia masa lalu Pak Dewa?

ZULFI

Iya Sar, semua tebakan Lo bener

Dewabrata melirik Zulfi. Ia menghembuskan napas dalam-dalam.

Tiba-tiba HP Zulfi berdering. Bismahanta menelepon. Semua orang dalam mobil mendengarkan dengan seksama.

ZULFI

Halo Han

BISMAHANTA (VO)Kak Zul di mana? Aku pengen ngomong sesuatu

ZULFI

Ini lagi otw ke rumahmu Han, kamu di rumah kan?

BISMAHANTA (VO)

Aku lagi di pantai Kak, ya udah aku tunggu

Dewabrata melirik Zulfi.

DEWABRATA

Ayo kita ke sana

CUT TO

SC. 109 EXT. PINGGIR PANTAI KAMAL MUARA - PAGI

CAST : Dewabrata, Zulfi, Kemal, Maharani, Saraswati, Bismahanta

Bismahanta sedang duduk di atas perahu kecil yang terdampar. Zulfi menyapanya dari belakang. Bismahanta menjawab sapaan Zulfi tanpa menoleh ke belakang.

ZULFI

Hanta

BISMAHANTA

Eh Kak Zul udah dateng

ZULFI

Sudah baikan Han?

BISMAHANTA

Sudah lebih baik Kak

Zulfi berdiri di sebelah perahu kecil itu. Dewabrata, Maharani, Saraswati, dan Kemal mengikuti Zulfi di belakangnya.

ZULFI

Hari ini cerah banget ya, pemandangan di sini juga indah

BISMAHANTA

Iya Kak Zul, makanya aku suka banget duduk di tempat ini sejak pertama kali datang ke Jakarta

ZULFI

Aku juga suka pemandangan ini

BISMAHANTA

(turun dari atas perahu kecil sambil melompat)

Kak Zul, kita sarapan bareng di rumah yuk

Betapa terkejutnya Bismahanta, ketika ia turun dari atas perahu dan berbalik arah, dia melihat Dewabrata dan rekan-rekan kantor ada di sana.

BISMAHANTA

Kak Zul, kenapa mereka ada di sini?

ZULFI

Dewabrata ingin berterima kasih dan meminta maaf padamu, jadi aku mengajak mereka ke sini

Zulfi mendekat dan berbisik pada Bismahanta.

ZULFI

Sudah waktunya mengakhiri semua ini, Han

Bismahanta membisu mendengar ucapan Zulfi.

Rambut panjangnya terurai berantakan di terpa angin. Ia tak mengikat rambutnya karena ikat rambutnya dibawa oleh Dewabrata.

Dewabrata perlahan mendekati Bismahanta yang masih mematung di samping Zulfi. Ia mengeluarkan ikat rambut milik Bismahanta dari sakunya lalu mengikat rambut Bismahanta.

DEWABRATA

(sambil mengikat rambut Bismahanta)

Hanta, terima kasih karena selalu menolongku. Terima kasih karena sudah menyelamatkan nyawaku kemarin.

Sedetik kemudian setelah selesai dikuncir rambutnya, Bismahanta melakukan gerakan kuncian dan membanting Dewabrata dengan jurus andalannya. Dewabrata mengaduh. Rekan-rekan kerja mereka menghampiri Dewabrata yang terjatuh.

BISMAHANTA

Siapa yang mau jadi pelindung atau penyelamat bapak? Asal bapak tahu, seharusnya saya sudah jadi malaikat pencabut nyawa bapak. Semua pertolongan atau bantuan saya selama ini hanya karena saya tidak mau ada orang lain yang menyakiti bapak, harus saya saja orang yang berhak melakukan itu!

DEWABRATA

Bagiku kamu tetaplah malaikat pelindungku, Hanta

MAHARANI

Hanta, kamu ngomong apa? Ini Dewa boss kamu! Apa kemarin, kamu memang berniat membunuhnya?

Dewabrata berusaha berdiri dibantu rekan-rekannya.

BISMAHANTA

Tidak hanya kemarin Kak Ran, aku sudah berniat membunuh Dewabrata sejak aku masuk ke Penerbit Bharata

MAHARANI

Tapi kenapa Han?

BISMAHANTA

Untuk membalaskan dendam Amba!

Seperti disambar oleh petir, tubuh Dewabrata lemas seketika. Sempoyongan Dewabrata mendekati Bismahanta.

DEWABRATA

(bicara lirih)

Apa kamu mengenal Amba?

ZULFI

(mendekati Bismahanta dan berdiri di sampingnya)

Bismahanta adalah saudara kembar Amba

Dewabrata dan rekan-rekan kerjanya terperanjat mendengar penjelasan Zulfi.

DEWABRATA

Zul, sejak kapan Lo tahu Bismahanta adalah saudara kembar Amba? (berjalan mendekati Zulfi) Jangan bilang Lo tahu sejak awal?

ZULFI

Iya, Gue tahu semua sejak awal. Gue ngasi informasi tentang keberadaan Lo ke Bismahanta dan keluarganya, terus Gue juga yang nyaranin Bismahanta untuk kerja di penerbitan Lo buat balas dendam

Dewabrata hendak memukul Zulfi, namun Bismahanta mencegahnya. Bismahanta memegang tangan Dewabrata erat-erat.

DEWABRATA

Zul, Gue nggak nyangka Lo udah berbuat sejauh ini

Bismahanta melepaskan tangan Dewabrata dengan kasar.

DEWABRATA

Jadi kalian masih marah dan dendam gara-gara peristiwa tujuh tahun yang lalu?

Semua membisu, hanya terdengar suara angin dan ombak yang bersahut-sahutan.

DEWABRATA

Yah, itu memang kesalahanku, aku meminta Amba sebagai hadiah dari kemenanganku di pertandingan sabung, lalu aku memberikan hadiah itu ke kakakku, Amba marah dan dia pun ...

BISMAHANTA

Cukup Dewabrata! (memasang kuda-kuda hendak memukul Dewabrata)

DEWABRATA

Lakukan saja Han, kamu ingin membalaskan dendam Amba kan? Mau membunuhku? Lakukan saja, jika itu adalah cara agar aku bisa menebus segala kesalahanku terhadap keluargamu (mendekat ke Bismahanta) tapi dari relung hatiku yang paling dalam, aku meminta maaf dan sungguh menyesal

Bismahanta mengambil sebuah karang yang berserakan di pasir pantai. Kemudian ia goreskan karang itu ke tangan kirinya. Luka sayatan itu bertambah lagi dan kembali memerah.

BISMAHANTA

Kamu mau aku membunuhmu? OK, ikut aku sekarang! Di sana kamu akan melakukan penebusan kesalahan-kesalahanmu!

Bismahanta menarik tangan Dewabrata dan menggandengnya berjalan menuju rumah Bismahanta. Tangan kiri Bismahanta yang menggandeng tangan Dewabrata terus mengucurkan darah dan darah itu membasahi tangan Dewabrata juga.

CUT TO

SC. 110 EXT. JALAN MENUJU RUMAH BISMAHANTA - SIANG

CAST : Dewabrata, Zulfi, Kemal, Maharani, Saraswati, Bismahanta

Bismahanta membawa Dewabrata ke rumahnya. Maharani, Saraswati, Kemal, dan Zulfi mengikuti mereka dari belakang.

MAHARANI

(membujuk Bismahanta)

Han, kamu tidak benar-benar akan membunuh Dewabrata kan?

SARASWATI

Iya Han, tolong ingat kebersamaan kita di kantor, susah senang yang udah kita lewati bareng

KEMAL

Han, jangan terbawa amarahmu, Pak Boss udah minta maaf

ZULFI

Kali ini kita bisa ikut campur, ini urusan mereka berdua, mereka harus menyelesaikan sesuatu yang belum terselesaikan di antara mereka

CLOSE UP: wajah bismahanta menyala padam, wajah dewabrata pucat pasi

CUT TO

SC. 111 EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH BISMAHANTA - SIANG

CAST : All cast

Bismahanta melepaskan genggaman tangannya dari tangan Dewabrata ketika sampai di halaman rumahnya. Bismahanta kemudian masuk ke dalam rumah untuk mengambil seragam silat.

Keluarga Bismahanta satu per satu keluar dari dalam rumah.

Para pendekar padepokan Macan Putih yang sedang berlatih silat menghentikan latihannya. 

Tiba-tiba Dewabrata merasa pusing, ia seperti flashback ke masa lalunya. Suasana di sana seperti suasana tujuh tahun silam.

ABIYASA

Dewabrata! Akhirnya kita bertemu lagi!

DEWABRATAKak Abiyasa (ucapnya lirih)

Pak Bagas dan Bu Lestari hanya diam melihat Dewabrata sekilas lalu membuang muka.

DEWABRATA

Pak Bagas, Bu Lestari (ucapnya lirih)

Bismahanta keluar dari rumah sudah memakai seragam silat dan juga membawa satu seragam silat.

BISMAHANTA

(memberikan seragam silat pada Dewabrata)

Ini, pakailah! Kita akan selesaikan balas dendam ini dengan cara yang dilakukan seorang pendekar

Dewabrata menerima seragam silat dari Bismahanta.

DEWABRATA

Seragam ini (membolak-balik seragamnya) apakah aku masih layak memakainya?

BANG GILANG

Hanta, kenapa kamu memberikan seragam itu kepada Dewabrata, dia tidak layak memakai seragam kehormatan itu

BISMAHANTA

Bang Gilang, dulu, dia pernah melakukan kesalahan ketika memakai seragam ini, dan sekarang dia harus membersihkan seragam ini dari kesalahan yang pernah dia lakukan

Dewabrata pergi sebentar untuk berganti seragam ditemani Zulfi dan Kemal.

CUT TO

SC. 112 INT. RUMAH BISMAHANTA - SIANG

CAST : Dewabrata, Kemal, dan Zulfi

Dewabrata menghadap cermin dan ragu untuk mengenakan seragam silat itu.

DEWABRATA

Sudah tujuh tahun, terakhir kali aku memakai seragam ini

KEMAL

Pak Boss, Gue masih belum paham dengan semua yang terjadi sekarang

DEWABRATA

(menundukkan wajahnya sambil memegangi kepalanya)

Tujuh tahun lalu, Gue jadi penyebab kematian Amba, saat itu dia nuntut keadilan dari Gue, dia mau Gue nikahin dia, tapi saat dia dateng ke rumah, saat itu Gue udah bersumpah kalau Gue gak bakal nikah seumur hidup di depan bokap dan kakak Gue

KEMAL

Jadi itu alasan Pak Boss nggak bisa nerima Amba?

DEWABRATA

Iya Mal, dan sejak saat itu, Gue berhenti dari dunia persilatan ini, dan Gue nggak nyangka hari ini Gue bakal pakai seragam ini lagi

ZULFI

Lo memang keterlaluan Dewa, Lo udah nyakitin hati Amba yang nggak tau apa-apa

DEWABRATA

Gue tahu Zul, dan karena itulah, Gue harus menghadapi amarah Amba itu melalui saudara kembarnya, Bismahanta

CUT BACK TO

SC. 113 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA - SIANG

CAST : All cast

Para pendekar padepokan Macan Putih berkerumun membentuk lingkaran. Begitu pula dengan keluarga Bismahanta dan rekan-rekan kerjanya.

Di tengah kerumunan, Bismahanta menyiapkan lingkaran sabung bersama Abiyasa dan Bang Gilang.

Dewabrata kembali ke halaman dan memasuki lingkaran sabung.

Bismahanta membuat pengumuman. Semua yang hadir terdiam tanpa diminta.

BISMAHANTA

Perhatikan kalian semua yang hadir di sini. Aku, Bismahanta dan Dewabrata akan melakukan sabung bebas di sini. Tidak ada wasit, tidak ada babak, tidak ada batas waktu, dan tidak aturan-aturan lain yang mengikat. Aku akan balaskan dendam Amba dalam sabung ini, meskipun entah nantinya aku yang akan membunuh atau terbunuh

Tampak kekhawatiran dari keluarga Bismahanta dan juga rekan-rekan kerjanya.

MAHARANI

Hanta, Dewa, please! Jangan sampai ada yang terluka di antara kalian

SARASWATI

Kak Ran, aku takut mereka kenapa-kenapa

Pak Bagas terlihat sedang menenangkan Bu Lestari yang menangis sejak tadi.

BU LESTARI

Ayah, ibu tidak pernah setuju dengan balas dendam ini, tapi kenapa mereka malah melakukan sabung ini demi membalaskan dendam Amba, tolong hentikan mereka sebelum terlambat

PAK BAGAS

Bu, mungkin inilah yang terbaik untuk kita semua. Kita doakan semoga Hanta baik-baik saja, dia seorang pendekar sejati yang tidak mudah menyerah

Dewabrata menatap Bismahanta lekat-lekat. Terlihat ketulusan di matanya. Bismahanta membalas tatapan Dewabrata dengan tajam.

BISMAHANTA

Dewabrata! Yang akan kamu hadapi adalah api amarah Amba yang membara dalam diriku. Dan lihat luka ini (membuka lengan kirinya yang terluka) sebelum luka ini mengering, dendam Amba akan terbalaskan

DEWABRATA

Takdirku sudah ditentukan Tuhan, dan kamu yang akan membawaku menuju takdirku itu

Bismahanta dan Dewabrata bersiap melakukan sabung bebas. Mereka mengambil langkah mundur untuk membuat ancang-ancang menyerang.

Beberapa detik kemudian, Bismahanta menyerang terlebih dahulu dengan jurus pukulan dan tendangan beruntun. Dewabrata dengan refleksnya yang bagus dengan mudah menghindar dari serangan Bismahanta.

Seperti biasa, ketika bertarung, Dewabrata cenderung bertahan, lalu mengambil kesempatan untuk menyerang telak.

CUT TO

SC. 114 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA - lima belas MENIT BERLALU

Lima belas menit berlalu, Dewabrata terjatuh karena tendangan dari samping yang dilakukan Bismahanta.

Wajah keduanya sudah memar-memar. Mereka mengambil langkah mundur untuk mengatur pernapasan.

Bu Lestari kembali meminta Pak Bagas untuk mengentikan sabung itu.

Rekan-rekan kerja Bismahanta dan Dewabrata melihat mereka dengan cemas dan berdoa untuk keselamatan mereka.

CUT TO

SC. 115 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA- TIGA PULUH MENIT BERLALU

Giliran Bismahanta yang jatuh tersungkur karena pukulan Dewabrata mengenai. Darah keluar dari mulutnya. Ia mengusap darah itu dengan tangannya.

DEWABRATA

Hanta, maafkan aku (mengulurkan tangannya untuk membantu Bismahanta berdiri)

BISMAHANTA

(menghempaskan uluran tangan Bismahanta)

Aku tidak berjabat tangan dengan musuhku

Terlihat raut kekecewaan dari Dewabrata.

Bismahanta dan Dewabrata kembali mengambil kuda-kuda untuk menyerang.

BISMAHANTA

(mengambil langkah memutari lingkaran sabung)

Untuk seorang yang sudah tujuh tahun berhenti dari dunia persilatan, kemampuan dan kekuatanmu lumayan juga, pantas saja saat itu kamu menang dan merampas Amba dari kami, dan tidak bertanggung jawab terhadapnya

DEWABRATA

Aku tidak berdaya waktu itu

BISMAHANTA

Karena sumpahmu?

Belum sempat Dewabrata menjawab, Bismahanta menyerang Dewabrata dan melakukan gerakan kuncian. Dewabrata tidak bisa bergerak dalam kunciannya.

BISMAHANTA

Selama ini aku salah menilaimu, aku kira kamu berbeda dari Dewabrata yang dijelaskan keluargaku, dan karena kebaikan dan perhatianmu, aku sempat ragu

DEWABRATA

Hilangkan keraguanmu, Han, aku juga telah menghilangkan keraguanku dan sadar bahwa aku mulai mencintaimu

Bismahanta langsung membanting tubuh Dewabrata saat itu juga.

CUT TO

SC. 116 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA - ASAR

HP Maharani berdering. Suara serak dan berat terdengar dari telepon itu.

MAHARANI

Iya Bapak, ada yang bisa Rani bantu?

PAK BHARATA (VO)

Apakah kamu sedang bersama Dewa? Bapak telepon HP Dewa berkali-kali tidak diangkat

Maharani menahan tangisnya mendengar suara Pak Bharata. Ia bingung harus menjawab apa.

MAHARANI

Dewa tidak sedang bersama Rani, Pak, dia sedang ada urusan penting di luar

PAK BHARATA (VO)

Oh pantas dia tidak menjawab panggilan bapak. Kalau begitu, bapak titip pesan saja untuk Dewa, lusa bapak akan ke Jakarta, Dewa bilang mau mengenalkan wanita yang dia cintai ke bapak

MAHARANI

Wanita yang dicintai? (melihat Dewabrata) Memangnya ada, Pak? Bukannya Dewa punya sumpah kalau dia tidak akan menikah seumur hidupnya, apakah dia masih bisa jatuh cinta?

PAK BHARATA (VO)

Iya dia sedang jatuh cinta, kalau nggak salah namanya Han.. Han siapa ya?

MAHARANI

(suaranya bergetar menahan tangis)

Bismahanta?

PAK BHARATA (VO)

Nah iya Bismahanta

Seluruh tubuh Maharani terasa lemas. Ia hampir saja menjatuhkan HP nya.

PAK BHARATA (VO)

Halo, Nak Rani

CUT TO

SC. 117 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA - SORE

Dewabrata berhasil berdiri dengan sempoyongan setelah terjatuh.

Bismahanta semakin menjadi-jadi setelah mendengar ungkapan cinta dari Dewabrata.

BISMAHANTA

Setelah menyakiti Amba dan bersumpah untuk tidak menikah, kamu masih bisa bilang jatuh cinta?

Bismahanta kembali memukul Dewabrata, kali ini tanpa disadari, Bismahanta memasukkan tenaga dalamnya dalam pukulan itu. Dewabrata kembali jatuh tersungkur.

BISMAHANTA

Ayo bangun! (membentak Dewabrata)

CUT TO

SC. 118 EXT. HALAMAN RUMAH BISMAHANTA - SORE

Maharani kembali melanjutkan percakapannya dengan Pak Bharata dalam telepon.

MAHARANI

Halo Pak

PAK BHARATA (VO)

Tadi kamu bertanya tentang sumpah Dewabrata kan?

MAHARANI

Iya Pak betul

PAK BHARATA (VO)

Bapak sudah membebaskan dia dari sumpahnya ketika dia pulang ke Jogja tahun lalu

Seketika Maharani menjatuhkan teleponnya. Iya menutup mulutnya dengan kedua tangannya agar tidak berteriak.

Saat itu, Bismahanta memberikan pukulan beberapa kali kepada Dewabrata yang masih tersungkur di atas tanah dengan wajah penuh luka.

Bismahanta menghampiri Dewabrata lalu menarik seragam bagian lehernya dengan tangan kiri dan tangan kanannya mengepal di udara siap memberi pukulan telak.

BISMAHANTA (VO)

Aku harus mengakhirinya sekarang

Saat Bismahanta hendak memberi pukulan telak untuk terakhir kalinya, Bu Lestari dan Maharani berusaha memasuki lingkaran sabung, tetapi Abiyasa dan Zulfi menghalangi mereka. Mereka pun kompak berteriak.

BU LESTARI DAN MAHARANI

Bismahanta, berhenti!

Bismahanta langsung menghentikan aliran tenaga dalam yang ia alirkan melalui tangannya. Bismahanta menahan tangannya di udara.

Dari luar lingkaran sabung, Bu Letari dan Maharani berdampingan dan bergantian meneriakkan nasihat untuk Bismahanta.

BU LESTARI

Han, sudah cukup balas dendamnya, Dewabrata sudah kalah, dia sudah tidak berdaya, lihatlah!

MAHARANI

Hanta, kendalikan dirimu! Kalian bisa memulai hidup tanpa saling membenci, Pak Bharata sudah membebaskan Dewa dari sumpahnya

Bismahanta menurunkan tangan kanannya, tetapi tangan kirinya masih menggenggam kerah seragam silat Dewabrata.

CUT TO

SC. 119 EXT. HALAMAN DEPAN RUMAH BISMAHANTA - SORE;HUJAN

Gemuruh tiba-tiba terdengar. Rintik hujan jatuh perlahan.

BISMAHANTA (VO)

(menatap Dewabrata yang tak berdaya)

Tuhan, apa yang harus aku lakukan? (mengingat ajaran kakeknya) Kakek telah mengajarkan bahwa ilmu bela diri itu, selain untuk melindungi diri sendiri dan melindungi orang yang lemah, juga untuk menahan diri (membayangkan Amba dan keluarganya) Amba.. Ibu.. Ayah.. Kak Abi, maaf, aku hanya bisa membalaskan dendam Amba sebatas ini, aku tidak bisa membunuh Dewabrata karena ....

DEWABRATA

(berbicara terbata-bata)

Lakukan saja, Han, aku ikhlas, jika ini, bisa membuat kalian memaafkanku

BISMAHANTA(bicara lantang penuh amarah)

Ahhh! Aku adalah Bismahanta, aku adalah seorang pendekar, bukan pembunuh!

Bismahanta pun melepaskan genggaman tangannya dari kerah seragam Dewabrata. Dewabrata kembali tersungkur ke tanah begitu pula Bismahanta, ia sudah melepaskan semua amarahnya.

Bu Lestari dan Pak Bagas berlari memasuki lingkaran sabung, Bu Lestari memeluk Bismahanta dengan erat. Bismahanta menangis dalam pelukannya.

Begitu pula rekan-rekan kerja Bismahanta, mereka langsung menghampiri Dewabrata dan menolongnya.

Hujan semakin deras.

Sosok Amba tiba-tiba hadir di antara Bismahanta dan Dewabrata. Ia tersenyum memandang keduanya kemudian menghilang.

CLOSE UP: dengan setengah kesadarannya, dewabrata memandang bismahanta lalu tersenyum. Bismahanta memandang dewabrata dengan tatapan sayu dari balik punggung bu lestari.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar