Bismahanta
Daftar Bagian
1. Yang Pergi dan Yang Datang Kembali #1
Sejak peristiwa malam itu, kamu telah menjatuhkan harga diriku. Kau perlakukan aku seperti hadiah gi
2. Cerita dari Balik Jendela #2
Tadi Kau bilang merinding melihat kegarangan Dewabrata? Itu masih belum, kau akan lebih merinding ba
3. Padepokan Silat Macan Putih #3
Menjadi pendekar itu bukan tentang seberapa tinggi ilmunya. Tetapi seberapa bijaksana ia mengamalkan
4. Ketentuan Takdir #4
ku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematia
5. Aku, Bismahanta #5
Dari kecil aku tidak pernah mengurai rambutku, hari ini saja, dan bukan karena sengaja.
6. Jalan Sunyi #6
Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda. Dan penerbit muda harus punya suatu k
7. Api Amarah itu Mulai Menyala #7
Sejak aku balas dendam untuk kakek, aku mulai menggores luka di tangan ini sebagai pengingatku bahwa
8. Alur Angin #8
Pasti ada waktu yang tepat untuk balas dendam dan Amba akan memberikan petunjuknya lewat mimpi, dia
9. Kekecewaan Dewabrata #9
Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana
10. Bias Amba #10
Menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan.
11. Melawan Keraguan #11
Hanta, kurasa kita punya luka yang sama, dan aku ingin kita menyembuhkan luka itu bersama-sama
12. Menjadi Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Pelindung #12
Dewabrata ayo lawan, bertarunglah, kamu itu pendekar, kenapa kamu pasrah begitu, kamu harus selamat
13. Menuju Takdir Tuhan #13
Takdirku sudah ditentukan Tuhan, dan kamu yang akan membawaku menuju takdirku itu
10. Bias Amba #10

SC. 75 INT. APARTEMEN - MALAM

CAST : Bismahanta, Dewabrata

Dewabrata mencari apartemen Bismahanta untuk meminta penjelasan atas kejadian tadi siang.

Bismahanta sedang berada di luar apartemen.

Dewabrata menemukan apartemen Bismahanta.

DEWABRATA

(berdiri di depan ruangan Bismahanta)

Hanta, buka pintunya! (sambil menelepon Bismahanta)

Beberapa menit kemudian, Bismahanta muncul di hadapan Dewabrata. Ia baru saja keluar untuk membeli kebutuhan dapur.

BISMAHANTA

Ada apa?

DEWABRATA

Beri aku penjelasan!

BISMAHANTA

Mau sambil jalan-jalan di taman?

Bismahanta meletakkan belanjaannya di dalam apartemen lalu keluar lagi dan berjalan mendahului Dewabrata menuju taman apartemen.

CUT TO

SC. 76 EXT. TAMAN APARTEMEN - MALAM

CAST : Bismahanta, Dewabrata

Bismahanta berjalan di depan Dewabrata. Bismahanta mengenakan jaket berwarna pink, celana hitam, dan rambut dikuncir kuda seperti biasa.

Dewabrata mengikuti Bismahanta di belakang. Dewabrata memakai hoodie dan celana olahraga berwarna hitam.

BISMAHANTA

(menghentikan langkahnya)

Kenapa berjalan di belakang saya, katanya mau denger penjelasan saya?

DEWABRATA

Aku harus jaga jarak, siapa tahu kamu punya niat jahat

Bismahanta terkekeh mendengar jawaban Dewabrata.

DEWABRATA

(berdiri di samping Bismahanta)

Jangan tertawa seolah tidak terjadi apa-apa di antara kita, jelaskan kenapa kamu membenciku? (memegang tangan kiri Bismahanta)

Dengan refleks, Bismahanta meninjukan tangan kanannya ke perut Dewabrata. Dewabrata mengaduh sambil memegang perutnya.

DEWABRATA

Aduh, kamu benar-benar membenci saya ya?

Dewabrata pun refleks membalas pukulan Bismahanta dan Bismahanta berhasil menghindar.

BISMAHANTA

Sorry, refleks Pak Dewa (sambil menghindar)

Pukulan Dewabrata meleset mengenai rambut Bismahanta dan membuat kuncir rambutnya terlepas.

Rambut Bismahanta terurai. Dengan cepat Bismahanta memalingkan muka dan menjongkok membelakangi Dewabrata. Ia kemudian mengambil kuncirnya yang terjatuh.

BISMAHANTA

Ternyata benar, kamu memang jago bela diri (ucapnya lirih)

DEWABRATA

(melangkah mendekati Bismahanta dari depan)

Kamu bicara apa, Han?

Bismahanta mencegah Dewabrata melangkah ke hadapannya.

BISMAHANTA

Stop di situ saja Pak, ini (memberikan kuncir rambutnya) tolong kuncir rambut saya, karena saya tidak bisa melakukannya sendiri.

Dewabrata menuruti kemauan Bismahanta, ia menguncir rambutnya.

BISMAHANTA (VO)

Jangan sampai Dewabrata melihatku dari depan ketika rambutku terurai, dia pasti langsung mengira aku adalah Amba.

Bismahanta menunduk sampai Dewabrata selesai menguncir rambutnya.

DEWABRATA

Selesai

BISMAHANTA

(berdiri sambil membalikkan badan)

Terima kasih

DEWABRATA

Lucu kamu Han, kenapa selalu menguncir rambutmu kalau kamu sendiri tidak bisa menguncirnya?

BISMAHANTA

Saya tidak suka mengurai rambutku ketika di luar, meskipun itu akan merepotkan orang lain karena minta bantuan untuk menguncirnya, kalau di apartemen, saya minta tolong tetangga kamar yang perempuan.

Selesai menguncir rambut Bismahanta, Dewabrata duduk di kursi taman. Bismahanta masih berdiri.

DEWABRATA

Sekarang jelaskan, kenapa kamu membenciku, dan sejak kapan?

BISMAHANTA

Saya sudah membenci Bapak bahkan sejak kita belum bertemu. Saya membenci Pak Dewa karena Bapak sudah menyakiti hati seorang wanita.

DEWABRATA

Menyakiti hati seorang wanita? Siapa Han?

BISMAHANTA

Saya sudah menjelaskan alasan kebencian saya, cukup nikmati saja alurnya tanpa perlu membantah.

DEWABRATA

Bagaimana cara menikmati kebencian seseorang, Han?

Bismahanta tidak menjawab pertanyaan Dewabrata, ia pun tidak memberitahu Dewabrata bahwa perempuan yang ia sakiti adalah Amba.

Bismahanta pergi begitu saja dari taman dan kembali ke apartemennya.

DEWABRATA

(menatap kepergian Bismahanta)

Hanta terlihat lebih feminim ketika memakai jaket warna pink, sayang, aku tidak bisa melihat wajahnya saat rambutnya terurai tadi (tersenyum tipis)

FADE OUT

SC. 77 INT. RUANGAN REDAKSI PENERBIT BHARATA - PAGI

CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati, Dewabrata

Tidak seperti biasanya, Bismahanta kali ini datang lebih awal. Maharani, Saraswati, dan Dewabrata belum ada di ruang redaksi.

Bismahanta merasa kesepian, ia menyalakan musik dari HP nya dengan cukup keras. Ia memutar lagu-lagu Band Ungu.

BISMAHANTA

(sambil membuka tirai jendela ruangan yang masih tertutup)

Sepi sekali pagi ini, Kak Rani dan Mbak Saras biasanya sudah datang duluan, sekarang beluma datang, apa hari ini kantor libur?

Bismahanta merapikan mejanya yang cukup berantakan sambil bernyanyi.

Maharani dan Saraswati masuk bersamaan dengan ekspresi jutek.

BISMAHANTA

Selamat pagi Kakak (tersenyum manis)

MAHARANI DAN SARASWATI

(menjawab dengan malas)

Pagi

Setelah sapaan itu, tak ada lagi percakapan dari mereka di ruang tersebut hingga jam makan siang tiba.

Bismahanta tidak tahan dengan situasi itu.

BISMAHANTA

(berdiri di hadapan Maharani dan Saraswati dengan wajah menunduk)

Aku minta maaf, semua ini salahku, dari awal, sejak aku menerima naskah Megan, itu sudah jadi kesalahanku

Dewabrata tiba-tiba masuk ke ruang redaksi.

Maharani dan Saraswati menyadari kedatangan Dewabrata, tetapi Dewabrata menyuruh mereka untuk tak menghiraukannya.

Dewabrata memerhatikan Bismahanta dari belakang secara diam-diam.

BISMAHANTA

(masih menunduk)

Kesalahanku juga karena kemarin ketika live streaming aku tidak bisa mengontrol kata-kata Megan, sehingga penerbitan kita kena imbasnya, dan aku juga kena

MAHARANI

Kamu sebenarnya tahu kan kalau Megan akan bicara seperti itu, tapi kamu biarkan saja, maksudnya apa? (tidak bisa menahan emosinya lagi)

SARASWATI

Sabar Kak Ran, kita bicarakan ini baik-baik.

MAHARANI

Kamu juga tahu kan Han, ancaman Durga kepada Pak Dewa dan penerbitan kita, kalau kita tidak bisa menjual 3000 eksemplar, maka ...

BISMAHANTA

(menyela ucapan Maharani)

... Megan akan pindah ke penerbit Durga Publising kan?

Sejenak hening.

BISMAHANTA

Kak Rani, Megan sudah memilih penerbit lain, terjual atau tidaknya buku itu sebanyak 3000 eksemplar atau bahkan lebih, dia akan tetap pindah ke penerbit itu. Buat apa kita pertahankan orang yang tidak setia?

SARASWATI

Tapi Megan punya pengaruh besar bagi penerbitan ini, buku dia paling laris di antara buku-buku yang lain, mau kita lepas gitu aja? (mengangkat bahunya dan kedua tangannya)

BISMAHANTA

Ya berarti itu bukan rejeki kita, sekuat apapun kita menggenggam, yang bukan milik kita maka dia akan pergi

Dewabrata angkat bicara. Bismahanta terkejut melihat Dewabrata sudah ada di ruangan itu.

DEWABRATA

(melangkah mendekati Bismahanta)

Jadi, maksud kamu, kita lepasin Megan gitu, kita ikhlasin dia? (menatap Bismahanta lekat)

Bismahanta mengangguk.

DEWABRATA

Lalu sebagai gantinya? Apa yang bisa dilakukan? untuk memulihkan nama penerbitan kita yang sudah tercoreng dan pastinya namamu juga sebagai editor

Bismahanta mengambil buku di mejanya lalu menunjukkannya kepada Dewabrata, Maharani, dan Saraswati.

BISMAHANTA

Menulislah lagi, Pak Dewa, sapa lagi para pembaca Anda yang merindukan karya-karya Anda dan saya akan jadi editornya

Dewabrata, Maharani, dan Saraswati tertegun melihat buku karya Dewabrata yang pertama kali ia tulis berjudul "Senja di Kamal Muara"

DEWABRATA

Dari mana kamu bisa tahu karya pertama saya itu dan memiliki bukunya, padahal sudah tujuh tahun yang lalu buku itu terbit

BISMAHANTA

The power of social media, Pak, semenjak saya mendengar bahwa Pak Dewa juga seorang penulis, saya mulai browsing di internet tentang karya Bapak, ternyata saya nemu buku ini lalu membelinya secara online

MAHARANI

Kurasa Hanta ada benarnya juga, kamu harus nulis lagi Dewa, kamu terbitkan sendiri bukumu di penerbitan yang kamu dirikan sendiri, sepertinya itu bisa menarik simpati para pembaca kita

Bismahanta dan Dewabrata saling memandang dengan pandangan penuh tanda tanya.

CUT TO

SC. 78 EXT. JALAN MENUJU BHARATA COFFEE SHOP - MALAM

CAST : Bismahanta, Zulfi

Sepulang kerja, Bismahanta tidak langsung pulang ke apartemen. Dia memilih untuk ngopi sejenak di Bharata Coffee Shop.

Di depan pintu keluar Bismahanta bertemu Zulfi.

ZULFI

Hanta, Mau kuantar pulang?

BISMAHANTA

Nggak usah Kak Zul, aku masih mau ngopi di sebelah dulu

ZULFI

Oh OK

Zulfi turun dari sepeda motornya.

ZULFI

Untuk masalah kemarin, apa sebenarnya kamu sudah tahu?

BISMAHANTA

Soal Megan?

Zulfi mengangguk lalu menyandar di sepeda motornya.

BISMAHANTA

Ya, aku sudah tahu dan mendengar rencana itu langsung dari Megan dan Durga

ZULFI

(berdiri tegap menatap Bismahanta)

Jadi, kamu memang tidak berniat mencegahnya? Demi balas dendam?

BISMAHANTA

(menganggukkan kepala)

Peluang, kan?

ZULFI

(menghembuskan napas dalam-dalam)

Han, berapa kali aku bilang, jangan asal balas dendam, kita perlu rencana yang matang, sekarang kamu kena imbasnya juga kan (suaranya meninggi)

BISMAHANTA

Terus kapan kita akan buat rencana itu Kak? Bukannya sejak awal kita sudah buat rencana balas dendam, dengan masuknya aku ke perusahaan ini? Lalu apa lagi?

ZULFI

Kamu benar Han, kamu masuk ke perusahaan ini merupakan bagian dari rencana balas dendam, tapi ingat, kamu balas dendamnya hanya kepada Dewabrata, bukan pada penerbitan atau rekan-rekan kerja kita kan? Jangan sampai mereka juga kena imbasnya

BISMAHANTA

(membuka lengan kirinya yang memiliki beberapa luka)

Luka ini sudah kering, tapi dendam Amba belum terbalaskan

Zulfi dan Bismahanta belum selesai bicara, Maharani dan Saraswati datang menyapa dari belakang.

MAHARANI

Kalian belum pulang?

BISMAHANTA

Belum Kak, aku mau mampir ke sebelah dulu

MAHARANI

Wah kebetulan, Gue sama Saras juga mau ke sebelah, barengan yuk

BISMAHANTA

Ayo Kak

ZULFI

Ya udah kalo gitu Gue duluan ya (menaiki motornya)

Zulfi melaju meninggalkan kantor Penerbit Bharata sedangkan Bismahanta, Maharani dan Saraswati berjalan ke Bharata Coffee Shop yang berjarak 50 meter dari kantor Penerbit Bharata.

CUT TO

SC. 79 INT. BHARATA COFFEE SHOP - MALAM

CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati, Dewabrata

Jumat malam memang malam yang paling dinanti.

Para pengunjung Bharata Coffee Shop sangat ramai. Para pengunjung terdiri dari berbagai macam kalangan, mayoritas para pekerja kantoran, ada juga beberapa pengemudi ojek online.

Ketika sudah di dalam coffee shop, mereka bertemu Dewabrata yang sedang asik di depan laptopnya.

Bismahanta bersembunyi di belakang Maharani dan Saraswati yang menyapa Dewabrata terlebih dahulu.

SARASWATI

Eh, ada Pak Boss di sini

DEWABRATA

Hei! kalian juga di sini rupanya

Bismahanta masih bersembunyi di belakang Maharani dan Saraswati, ia berusaha melarikan diri.

BISMAHANTA (VO)

Jangan sampai Pak Dewa melihatku, aku harus segera pergi dari sini.

Belum sempat Bismahanta pergi, Dewabrata keburu melihatnya.

DEWABRATA

Hanta, coba ke sini sebentar!

BISMAHANTA (VO)

Kenapa dia bisa melihatku????

Bismahanta membalikkan badan tidak jadi pergi.

BISMAHANTA

Eh, Pak Dewa, ada keperluan apa di sini Pak?

MAHARANI

Ya terserah dia dong mau ngapain di sini, di coffee shopnya sendiri

BISMAHANTA

Oh iya coffee shop ini kan punya Pak Dewa (menggaruk kepalanya)

Bismahanta, Maharani, dan Saraswati duduk melingkar mengapit Dewabrata.

Dewabrata menunjukkan draf novel terbarunya yang sudah ia tulis beberapa minggu lalu di laptopnya.

BISMAHANTA

Meeting dadakan ini ceritanya?

Tidak ada yang menghiraukan ucapan Bismahanta, mereka fokus melihat draf novel Dewabrata.

Bismahanta tidak ikut melihat draf novel tersebut, ia sibuk menikmati mochachino favoritnya.

MAHARANI

Dari drafnya saja udah bikin baper ceritanya, jadi penasaran gimana versi fullnya, apalagi ini cerita tentang perempuan yang ditulis oleh penulis laki-laki

SARASWATI

(menoleh ke Bismahanta)

Han, coba kamu baca draf novel ini, pasti kamu langsung semangat buat ngeditnya

BISMAHANTA

Kalau sudah jadi kirim aja filenya ke saya Pak Dewa, akan segera diedit

DEWABRATA

Kamu nggak penasaran sama judul dan isi ceritanya Han?

BISMAHANTA

Memang sudah dikasi judul, Pak? (kemudian meminum mochachinonya lagi)

DEWABRATA

Sudah dong, dan judulnya adalah "AMBA"

Bismahanta tersedak setelah mendengar nama Amba.

MAHARANI

Kamu kenapa Han? (mengambilkan tisu untuk Bismahanta)

BISMAHANTA

Nggak papa Kak, hanya tersedak

Dewabrata masih belum mengalihkan pandangannya dari Bismahanta.

Saraswati ternyata memperhatikan tatapan Dewabrata yang tidak berpaling dari Bismahanta.

SARASWATi (VO)

(sambil meminum kopi)

Kenapa aku baru sadar kalau Pak Dewa dari tadi tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Hanta, hmm ada apa nih?

Bismahanta masih terbatuk-batuk. Dewabrata mengajaknya pulang bersama.

DEWABRATA

(mematikan laptopnya)

Ayo aku antar pulang saja, Han

SARASWATI

Hah? antar pulang?

Semua menatap Saraswati.

DEWABRATA

Kenapa emangnya? Aku dan Hanta kan satu apartemen jadi satu arah kan pulangnya

SARASWATI

Maksudnya, kenapa kok tiba-tiba Pak Dewa mau mengantar Hanta? Apa kalian sudah jadian? (bicara hati-hati)

Suasana jadi hening, Bismahanta dan Dewabrata saling tatap dengan tatapan bingung.

MAHARANI

(menepuk pundak Saraswati)

Ya nggak mungkinlah mereka jadian, Sar, Lo tahu sendiri kan, Boss kita ini punya janji kalo dia gak bakal menikah, dia kan udah didaulat jadi jomblowan seumur hidup

Tiba-tiba kepala Bismahanta terasa pening, ia seperti sedang melihat ingatan seseorang.

DEWABRATA

Kamu kenapa, Han?

BISMAHANTA

Nggak tahu, tiba-tiba, rasanya seperti dejavu

DEWABRATA

(mengambil tas laptopnya)

Ya udah pulang yuk (menggandeng tangan Bismahanta)

CUT TO

SC. 80 JALAN MENUJU APARTEMEN - HAMPIR TENGAH MALAM

CAST: Bismahanta dan Dewabrata

Mereka berdua berjalan menuju apartemen yang berjarak 500 meter dari Bharata Coffee Shop

DEWABRATA

Masih pusing?

Bismahanta menggelengkan kepala.

DEWABRATA

Kamu kenapa Han? sejak aku menyebut judul karyaku, kamu jadi aneh

BISMAHANTA

Aneh gimana?

DEWABRATA

Ya aneh aja sikapmu, apa judul karyaku itu mengingatkanmu pada suatu hal?

BISMAHANTA

Nggak ada, jangan-jangan judul itu ada hubungannya dengan kehidupan nyata Bapak ya?

DEWABRATA

Kalau di luar kantor jangan panggil Bapak dong, umur kita juga nggak jauh beda kan

BISMAHANTA

Tahu dari mana tentang umur saya?

DEWABRATA

Hanta, Hanta, aku ini Boss kamu, jadi dengan mudah aku bisa tahu informasi tentang kamu dan juga staf-staf yang lain

BISMAHANTA

Termasuk tempat asal saya , Bapak juga tahu?

DEWABRATA

Kamu asli dari Surabaya kan? terus merantau ke Jakarta

BISMAHANTA

(mengelus dadanya)

Untung saja dia tidak tahu kalau asal usulku secara lengkap

CUT TO

SC. 81 EXT. GANG SEMPIT MENUJUR APARTEMEN - TENGAH MALAM

Mereka melewati gang sempit sebelum sampai ke apartemen.

DEWABRATA

(mendekat ke Bismahanta)

Kamu tiap hari lewat sini, Han? Nggak takut sendirian lewat gang sempit kayak gini malam-malam.

BISMAHANTA

Udah biasa Pak, hayoo Bapak takut ya?

DEWABRATA

Em, ngapain aku takut, kan ada kamu, jagoanku, bodyguardku (menggandeng tangan kiri Bismahanta)

Bismahanta sontak memukul Dewabrata karena memegang tangan kirinya. Dewabrata mengaduh.

DEWABRATA

Tuh kan lagi-lagi (memegang perutnya yang kesakitan)

BISMAHANTA

Maaf Pak, refleks!

CUT TO

SC. 82 EXT. DI DEPAN APARTEMEN - LEWAT TENGAH MALAM

Bismahanta dan Dewabrata sudah sampai di depan apartemen. Sebelum pergi Dewabrata bicara serius kepada Bismahanta.

DEWABRATA

Soal pertanyaanmu tadi, Han, kamu benar, judul karyaku bahkan isi ceritanya, ada hubungannya dengan kehidupanku, dan kamu yang telah mengingatkan aku akan hal itu

BISMAHANTA

Saya ? (menatap Dewabrata bingung)

DEWABRATA

Iya, kamu telah mengingatkanku pada seseorang di masa laluku

Mendengar penjelasan Dewabrata, Bismahanta langsung masuk ke dalam apartemen tanpa sepatah kata pun.

FADE OUT

SC. 83 INT. APARTEMEN BISMAHANTA- DINI HARI

CAST: Bismahanta

Sebelum tidur, Bismahanta memandangi foto dirinya dan foto Amba yang masih remaja.

BISMAHANTA

Kenapa semua orang yang mengenal Amba di masa lalu, juga menganggapku Amba? Apa kami begitu mirip?

Bismahanta tidur dengan gelisah setelah mendengar penjelasan Dewabrata. Kemudian ia bermimpi tentang Amba.

DISSOLVE TO

SC. 84 EXT. PINGGIR PANTAI KAMAL MUARA - SIANG

CAST: Bismahanta, Amba

Bismahanta sedang duduk di atas sebuah perahu yang tengah bersandar.

Amba datang dari belakang dengan khas rambut terurai panjang. Ia menyapa Bismahanta.

AMBAHai Bismahanta saudaraku

BISMAHANTA

(menoleh ke arah Amba)

Hai Amba

AMBA

Sedang apa di sini?

BISMAHANTA

Sedang memandangi langit yang biru, ombak yang berderu, dan hati yang rindu (tersenyum pada Amba)

AMBA

Lama tak jumpa saudaraku (memeluk Bismahanta)

BISMAHANTA

Pelukanmu hangat sekali Amba

AMBA

Sehangat matahari yang bersinar cerah hari ini

Bismahanta dan Amba duduk bersama.

AMBA

Kenapa kamu mau kembali ke sini, Hanta?

BISMAHANTA

Untuk membalaskan dendammu kan?

AMBA

Maaf sudah melibatkanmu dalam masalah ini, Hanta

BISMAHANTA

Tidak perlu minta maaf Amba, sepertinya aku memang terlahir untuk membalaskan dendam orang-orang

AMBA

Dan sudah saatnya kamu membalaskan dendamku, Hanta, balaskan dendamku pada Dewabrata(menatap Bismahanta tajam)

CUT BACK TO

SC. 85 INT. APARTEMEN BISMHANTA- SUBUH

CAST : Bismahanta

Bismahanta terbangun dari tidurnya setelah ia memimpikan Amba. Ia mengambil air putih yang ada di meja samping tempat tidurnya kemudian meminumnya.

BISMAHANTA

(menyeka keringatnya)

Amba, kau sudah datang di mimpiku, berarti sudah saatnya balas dendam yang sesungguhnya.

Bismahanta beranjak dari tempat duduknya lalu menghadap ke cermin. Ia mengurai rambutnya. Setelah itu mengambil cutter yang ada di meja dekat cermin.

BISMAHANTA

Meskipun menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan, tetap akan kubalaskan dendammu ini, Amba

Bismahanta kembali menggoreskan luka di tangan kirinya sebagai pengingat akan dendam yang harus ia balaskan. Kini luka itu bertambah menjadi enam sayatan.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar