Bismahanta
Daftar Bagian
1. Yang Pergi dan Yang Datang Kembali #1
Sejak peristiwa malam itu, kamu telah menjatuhkan harga diriku. Kau perlakukan aku seperti hadiah gi
2. Cerita dari Balik Jendela #2
Tadi Kau bilang merinding melihat kegarangan Dewabrata? Itu masih belum, kau akan lebih merinding ba
3. Padepokan Silat Macan Putih #3
Menjadi pendekar itu bukan tentang seberapa tinggi ilmunya. Tetapi seberapa bijaksana ia mengamalkan
4. Ketentuan Takdir #4
ku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematia
5. Aku, Bismahanta #5
Dari kecil aku tidak pernah mengurai rambutku, hari ini saja, dan bukan karena sengaja.
6. Jalan Sunyi #6
Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda. Dan penerbit muda harus punya suatu k
7. Api Amarah itu Mulai Menyala #7
Sejak aku balas dendam untuk kakek, aku mulai menggores luka di tangan ini sebagai pengingatku bahwa
8. Alur Angin #8
Pasti ada waktu yang tepat untuk balas dendam dan Amba akan memberikan petunjuknya lewat mimpi, dia
9. Kekecewaan Dewabrata #9
Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana
10. Bias Amba #10
Menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan.
11. Melawan Keraguan #11
Hanta, kurasa kita punya luka yang sama, dan aku ingin kita menyembuhkan luka itu bersama-sama
12. Menjadi Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Pelindung #12
Dewabrata ayo lawan, bertarunglah, kamu itu pendekar, kenapa kamu pasrah begitu, kamu harus selamat
13. Menuju Takdir Tuhan #13
Takdirku sudah ditentukan Tuhan, dan kamu yang akan membawaku menuju takdirku itu
6. Jalan Sunyi #6

SC. 39 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA - DUA MINGGU YANG LALU (SEHARI SEBELUM BERTEMU BISMAHANTA DI TERMINAL)- SIANG

CAST:

Dewabrata-Ceo Perusahaan; Pimpinan Redaksi

Maharani - Redaktur Pelaksana; Tangan Kanan Dewabrata

Saraswati - Editor Akuisisi

Kemal - Marketing & Komunikasi

Bu Hana - Bagian Keuangan

Dewabrata melakukan rapat mendadak dengan para staf Penerbit Bharata. Rapat itu berlangsung di ruang rapat kantor Penerbit Bharata.

Maharani selaku redaktur pelaksana, membawa setumpuk naskah-naskah yang sudah siap terbit.

Saraswati selaku editor akuisisi sudah membawa laporan daftar penulis yang karyanya akan diterbitkan.

Kemal selaku konten kreator sudah membuat draf konten terbaru yang akan dibuat.

Dewabrata memasuki ruang rapat ketika semua staf sudah hadir di ruang rapat.

DEWABRATA

Baik kita mulai rapat siang ini, ini bisa disebut rapat dadakan ya karena maju satu minggu sebelum rapat bulanan kita. Kali ini silakan laporkan progress dan proyek sedang atau akan dilakukan masing-masing divisi. Mulai dari Rani, Redaktur pelaksana.

MAHARANI

(melihat judul-judul naskah yang siap terbit)

Dari redaktur pelaksana, ada sepuluh buku baru yang siap terbit minggu depan. Tema buku beragam, mulai dari tema travelling, perpempuan, dan fiksi remaja

DEWABRATA

Wow, You're doing great, Maharani. Jangan lupa siapkan peluncuran buku yang meriah ya, beri penulis kita penghargaan yang luar biasa untuk karyanya

MAHARANI

Tentu, peluncuran buku-buku dari penerbitan kita selalu ditunggu-tunggu oleh para penulis dan para pembacanya

DEWABRATA

(memandang Saraswati)

Lalu untuk naskah-naskah yang baru masuk di meja redaksi kita, sudah berapa persen proses seleksinya? Dan apakah sudah menentukan jadwal meeting untuk para penulis kita?

SARASWATI

Untuk naskah yang baru masuk di meja redaksi kita bulan ini ada sekitar 20 naskah dari macam-macam genre. Kita baru selesai menyeleksi sepuluh naskah. sedangkan untuk para penulis, akhir bulan ini ada jadwal meeting dengan lima penulis yang naskahnya lolos.

DEWABRATA

OK, Good Job, Sar. Setelah semua naskah sudah diseleksi, buka lagi penerimaan naskah untuk para penulis kita supaya mereka makin giat berkarya

SARASWATI

Baik Pak Dewa (menjawab dengan penuh keraguan)

Berkali-kali Dewabrata mengecek jam tangannya. Para staf yang hadir memperhatikan hal yang tidak biasa terjadi itu.

DEWABRATA

Selanjutnya Kemal, tolong jelaskan proyek terbaru apa atau konten terbaru apa yang sedang dibuat oleh divisi kamu?

KEMAL

Kami sudah memiliki beberapa konsep promosi buku dalam bentuk tulis dan video, dan kami akan melibatkan penulisnya secara langsung untuk mempromosikan karya-karya mereka.

DEWABRATA

Ide yang bagus, kita perlu buat konten yang menarik dan menghibur

KEMAL

Siap Pak Bos! (tersenyum sambil melakukan gerakan hormat)

DEWABRATA

Bu Hana (tersenyum melihat Bu Hana) apa ada yang dikhawatirkan dari keuangan kita?

BU HANA

Aman Pak Bos! (melakukan gerakan hormat seperti Kemal)

Hubungan antara Dewabrata dan para stafnya memang sangat dekat. Di luar kantor, hubungan mereka seperti seorang sahabat.

DEWABRATA

(menunduk lesu) sebetulnya di rapat ini saya juga ingin memberitahukan kepada kalian semua bahwa saya akan mengambil cuti beberapa bulan ke depan. Untuk urusan kantor dan penerbitan, saya serahkan kepada Rani.

Ekspresi dari para staf yang semula tenang menjadi sangat serius. Termasuk Bu Hana.

BU HANA

Pak Dewa, apakah selama itu Anda mengambil cuti? (menatap Dewabrata serius)

DEWABRATA

Iya Bu, maaf saya harus meninggalkan perusahan beberapa bulan ke de depan, untuk urusan keuangan perusahaan, saya percaya sama Ibu, kalau ada Bu Hana, keuangan perusahaan pasti aman (tersenyum tulus)

BU HANA

Kalau urusan itu, jangan ditanya lagi (tertawa kecil)

Maharani penasaran dengan alasan Dewabrata mengambil cuti beberapa bulan.

MAHARANI

Apakah ada urusan penting, seperti Business Trip, sampai-sampai Pak Dewa mengambil cuti beberapa bulan?

DEWABRATA

Bukan karena itu, saya cuti karena harus merawat ayah yang sedang sakit di Jogja, kalian tahu kan betapa penting beliau bagi saya

MAHARANI

Kami mengerti Pak, semoga ayah Bapak lekas sembuh. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghandle penerbitan ini selama Bapak berada di Jogja

DEWABRATA

Terima kasih Rani, saya percaya kamu bisa diandalkan. OK, sebelum kita akhiri rapat ini, ada yang mau disampaikan lagi?

Saraswati menunjukkan keresahannya karena posisi senior editor masih kosong sementara Dewabrata akan cuti dalam waktu yang cukup lama. Ia beranikan diri untuk bertanya.

SARASWATI

Ada Pak, ini tentang posisi senior editor yang masih kosong karena Mbak Vina baru saja resign dua minggu lalu.

DEWABRATA

Belum ada yang melamar posisi itu sampai sekarang?

SARASWATI

Belum ada, Pak, jujur saya kewalahan ketika deadline menyunting naskah sudah dekat berbarengan dengan jadwal meeting para penulis

DEWABRATA

Berarti kita perlu sebar iklan lowongan pekerjaan ini lebih luas lagi, untuk itu Kemal (menatap Kemal yang sedang sibuk corat-coret di bukunya)

Maharani menyenggol tangan Kemal karena ia tak kunjung merespon ucapan Dewabrata.

Kemal menatap Maharani bingung.

Maharani memberi tahu bahwa Dewabrata menunggu respon Kemal tentang iklan lowongan pekerjaan.

KEMAL

(menelungkupkan tangannya meminta maaf)

Maaf Pak Dewa, saya terlalu fokus membuat konsep konten terbaru kita. Untuk iklan lowongan pekerjaan, saya sudah membuatnya, tinggal share sebanyak-banyaknya ke media sosial.

DEWABRATA

Bagus, saya suka cara kerjamu Kemal

KEMAL

Tapi Pak Dewa, sebenarnya, dalam divisi kami, kami kekurangan anggota, apalagi untuk menggarap konten terbaru kami ini. Apa boleh kami mengusulkan penambahan anggota lagi? Kami butuh editor video

DEWABRATA

Kemal, kamu paling tahu apa yang diperlukan divisimu daripada saya. Lakukan yang menurutmu itu dibutuhkan.

Setelah tidak ada pertanyaan lagi. Dewabrata mengakhiri rapat hari itu.

Semua staf meninggalkan ruang rapat, kecuali Maharani. Maharani adalah teman satu angkatan Dewabrata ketika kuliah.

MAHARANI

Dewa, kamu yakin meninggalkan perusahaan ini beberapa bulan?

DEWABRATA

Iya Rani.

MAHARANI

Lalu Durga?

DEWABRATA

Aku tidak perlu mengkhawatirkan itu karena ada kamu. Durga hanya ingin merebut para penulis kita dan mengimingi-imingi mereka dengan royalti yang menggiurkan. Tapi tenang saja, chemistry antara para penulis, pembaca, dan penerbitan kita ini sangat kuat. Mereka tak mudah beralih begitu saja.

MAHARANI

Cepatlah kembali (mengulurkan tinju di tangannya)

DEWABRATA

(membalas tinjuan tangan Maharani)

Secepatnya (tersenyum penuh harap)

DISSOLVE TO

SC. 40 INT. BENGKEL ABIYASA - MALAM

CAST : Bismahanta, Abiyasa, Zulfi

Selama di Jakarta, Bismahanta membantu Abiyasa di bengkelnya. Bengkel Abiyasa buka dari pukul 08.00 pagi sampai jam 21.00 malam.

Sebelum Abiyasa menutup bengkelnya, Zulfi datang membawa berita penting.

Mereka bertiga duduk melingkar dengan sebuah HP yang diletakkan di tengah meja.

ZULFI

(menunjukkan poster iklan lowongan pekerjaan di Penerbit Bharata)

Abi, Hanta, mungkin ini jalan yang bisa membantu kalian menjalankan misi balas dendam Amba

Abiyasa dan Bismahanta bergantian membaca poster itu.

BISMAHANTA

Jiwa detektif Kak Zulfi memang tidak diragukan lagi (bertepuk tangan)

ABIYASA

Zulfi, akhirnya, jalan itu terbuka, kami sudah menunggu bertahun-tahun

Zulfi mengambil HP-nya dan menunjukkan persyaratan yang dibutuhkan.

ZULFI

Posisi sebagai senior editor, yang aku tahu, senior editor itu tugasnya menyunting naskah penulis, terus bertemu dengan para penulis

ABIYASA

Bagaimana, Han? Kamu sanggup bekerja di posisi itu?

BISMAHANTA

Kak Abi, aku jauh-jauh datang ke Jakarta demi membalaskan dendam Amba, jadi apapun itu akan kulakukan asalkan dendam Amba terbalaskan! (penuh semangat)

ABIYASA

Terima kasih, Han! (menatap Bismahanta berkaca-kaca)

ZULFI

(menggeser-geser layar HP-nya)

Di sini jurusan yang dibutuhkan, jurusan bahasa atau sastra Indonesia. Dulu, kamu kuliah jurusan apa, Han?

BISMAHANTA

(berdiri sambil menengadah ke langit)

Hmm,,, sepertinya semesta juga berpihak padaku (menoleh ke Abiyasa dan Zulfi) jurusanku Sastra Indonesia, sejak kecil aku ingin jadi penulis dan bekerja di dunia penerbitan buku juga salah satu keinginanku

Bismahanta kembali duduk. Abiyasa dan Zulfi bahagia mendengarnya.

Abiyasa melihat kembali poster iklan lowongan pekerjaan itu. Di sana juga tertera lowongan pekerjaan lainnya yaitu bagian video editing.

Abiyasa menawarkan posisi itu pada Zulfi.

ABIYASA

Zulfi, ini ada satu lagi lowongan pekerjaan dari Penerbit Bharata, posisi video editing. Sepertinya cocok untuk kamu.

BISMAHANTA

Ide bagus itu Kak, Kak Zulfi bisa sekalian jagain aku di sana (tertawa meledek)

ZULFI

Buat apa jagain pendekar? (meledek balik)

Bismahanta spontan memukul lengan Zulfi. Tawa mereka pun pecah. Untuk sejenak mereka melupakan rasa sakit yang terpendam sejak lama.

DISSOLVE TO

SC. 41 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANGAN MAHARANI - PAGI

CAST : Bismahanta, Maharani

Bismahanta melakukan wawancara dengan Maharani selaku orang dipercaya menggantikan tugas Dewabrata selama ia tidak ada di perusahaan.

Bismahanta sempat kecewa karena bukan Dewabrata langsung yang mewawancarainya.

Maharani memberikan beberapa pertanyaan kepada Bismahanta setelah ia melihat curriculume vitae miliknya.

MAHARANI

Perkenalkan saya, Maharani, saya wakil dari Bapak Dewabrata dan menggantikan tugas beliau selama berada di luar kota.

BISMAHANTA

Saya Bismhanta. Salam kenal (menjabat tangan Maharani)

MAHARANI

(duduk santai menyandar di kursinya sambil membolak-balik CV Bismahanta)

Setelah Anda memperkenalkan diri, saya ingin tahu alasan Anda ingin bergabung dengan penerbitan kami

BISMAHANTA

Balas dendam (jawabnya lirih sekali hingga Maharani tak mendengarnya)

MAHARANI

Maaf saya kurang jelas mendengar jawaban Anda (mengganti posisi duduknya lalu mendekatkan telinganya ke Bismahanta)

BISMAHANTA

(menegakkan posisi duduknya)

Alasannya adalah karena saya dibutuhkan oleh Penerbit Bharata (tersenyum penuh misteri)

MAHARANI

Penerbitan kami lebih banyak menerbitkan buku tentang perempuan, apakah Anda tertarik dengan itu?

BISMAHANTA

Tentu, membaca tentang perempuan tidak sama seperti membaca topik lain, perempuan itu istimewa beserta semua hal yang berkaitan dengannya

MAHARANI

(sempat terkagum mendengar jawaban Bismahanta)

Tapi penampilan Anda sepertinya berkata sebaliknya

BISMAHANTA

Seseorang punya zona nyaman masing-masing, termasuk dalam berpakaian. (tersenyum tipis)

MAHARANI

Baik, terima kasih atas kehadirannya. Tunggu informasi dari kami selanjutnya. (menjabat tangan Bismahanta)

BISMAHANTA

Terima kasih kembali

Bismahanta meninggalkan ruangan Maharani dengan rasa kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Dewabrata.

BISMAHANTA (VO)

(melangkah meninggalkan ruangan Maharani)

Dewabrata, kali ini kamu selamat!

CLOSE UP:EKSPERSI KECEWA BISMAHANTA

CUT TO:

SC. 42 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANGAN KEMAL - PAGI

Kemal memasuki ruangannya ketika Zulfi sudah berada di dalam. Tanpa basa-basi, Kemal langsung menerima Zulfi bekerja di sana.

KEMAL

Kami sudah melihat semua portofolio Anda, jadi selamat Pak Zulfi, Anda kami terima dan selamat bergabung dengan Penerbit Bharata (menjabat tangan Zulfi)

ZULFI

Jadi saya diterima bekerja di sini?

KEMAL

Betul sekali, setelah Anda memasukkan surat lamaran kepada kami, kebetulan Pak Dewa sedang menelepon, jadi kami langsung diskusikan dengan beliau, dan beliau langsung setuju (menjelaskan panjang lebar)

ZULFI

Secepat itu saya diterima?

KEMAL

Iya Pak Zulfi, Pak Dewa sangat senang karena sahabat lamanya akan bergabung dengannya di perusahaan ini. Pak Dewa sudah menceritakan semuanya. (tersenyum tulus)

Zulfi terkejut karena Dewabrata masih mengingat dirinya.

ZULFI

Mohon maaf Bapak, kalau boleh tahu, mengapa bukan Pak Dewabrata yang mewawancarai kami?

KEMAL

Itu karena Pak Dewa sedang berada di luar kota, jadi untuk perekrutan anggota baru langsung diserahkan ke masing-masing divisi.

ZULFI

Oh begitu (merenung sejenak)

KEMAL

Baik kalau begitu terima kasih atas kehadirannya dan besok Bapak sudah bisa bekerja di sini. Senang bertemu dengan Bapak.

ZULFI

(menjabat tangan Kemal)

Terima kasih Pak

FADE OUT

SC. 43 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANGAN REDAKSI - PAGI

CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati

Beberapa bulan sudah berlalu sejak Bismahanta bekerja di Penerbit Bharata. Ia pun mulai akrab dengan teman-teman kantornya.

Bismahanta memasuki ruangan redaksi.

Maharani dan Saraswati sudah berada di depan komputer masing-masing.

Saraswati langsung memanggil Bismahanta untuk membahas beberapa naskah baru.

SARASWATI

(menunjukkan file naskah dari inbox email)

Hanta, cepat ke sini, ada sepuluh naskah baru yang masuk redaksi kita dalam satu minggu ini

BISMAHANTA

Awesome! Ini berarti semakin banyak penulis yang tertarik menerbitkan karyanya di penerbitan kita

SARASWATI

Exactly, aku sudah tidak sabar membaca karya-karya hebat mereka (mengepalkan kedua tangan)

BISMAHANTA

(meletakkan tas di atas meja sambil menyalakan komputer)

Hmm aku juga sudah tidak sabar untuk menghancurkan karya-karya mereka (tersenyum penuh misteri)

Maharani yang sedari tadi sibuk menghadap komputernya ikut angkat bicara mendengar ucapan Bismahanta.

Sejak pertama masuk, Maharani selalu mencurigai Bismahanta, baik perkataan atau perbuatannya.

MAHARANI

Aku mendengarnya, Hanta (fokus mengetik)

BISMAHANTA

(tersadar lalu tertawa nakal)

Emm, maksudku aku tidak sabar untuk mengedit naskahnya, menghancurkan kesalahan-kesalahan penulisannya gitu, iya kan Mbak Saras (melirik Saraswati yang fokus memeriksa file-file di inbox email)

Maharani tetap fokus pada komputernya.

Bismahanta meneguk air mineral yang dibawanya dari rumah.

MAHARANI

Jadi gosip kalau editor kita setiap hari naik sepeda motor dari Kamal Muara Jakarta Utara ke Jakarta Selatan itu bukan sekedar gosip ya?

Maharani melirik Bismahanta yang sedang menghabiskan satu botol air mineralnya.

BISMAHANTA

Bukan gosip tapi fakta Kak Rani (sedikit cemberut)

MAHARANI

Terus kenapa kamu jauh-jauh cari kerja di sini? Nggak cari penerbitan di dekat rumahmu saja (heran)

BISMAHANTA

Alasannya kan sudah aku bilang saat wawancara kerja dulu

MAHARANI

Untuk balas dendam? (mengernyitkan dahi)

BISMAHANTA (VO)

Aduh, ternyata Kak Rani masih ingat

Setelah menghabiskan air mineralnya, ia beranjak ke depan jendela ruangannya.

BISMAHANTA

Aku suka tantangan Kak Rani, kalau aku bekerja di sekitar rumah, kurang seru (menatap gedung-gedung bertingkat yang lebih tinggi dari kantornya)

MAHARANI

Kalau begitu kenapa tidak tingal di apartemen dekat sini saja?

BISMAHANTA

Mahal Kak, mending pulang pergi dari rumah, nggak mikir biaya hidup, makan minum gratis (tertawa puas)

MAHARANI

Hmm dasar (tersenyum sinis)

Saraswati ikut beranjak dari mejanya dan mendekati Bismahanta.

SARASWATI

Aku sudah bekerja di penerbitan ini sejak penerbitan ini baru berdiri dua tahun lalu.

Bismahanta menoleh pada Saraswati yang ada di sampingnya.

Maharani menghentikan pekerjaan mengetiknya dan mendengarkan ucapan Saraswati.

SARASWATI

Banyak sekali jatuh bangun yang dialami penerbitan ini, tapi Pak Dewa selalu bisa membuat para stafnya untuk terus bangkit. Aku pun ingin membuat Pak Dewa bangga.

Bismahanta menepuk pundak Saraswati sambil berlalu.

BISMAHANTA

Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda (membuka pintu ruangan) Dan penerbit muda harus punya suatu karakter yang membedakannya dengan penerbit lain. Paham kan maksudku, Mbak?

SARASWATI

Karakter?

BISMAHANTA

Yup! Dan itu adalah tugas kita sebagai staf redaksi untuk menemukan karakter itu (tersenyum lalu keluar ruangan)

CUT TO

SC. 44 EXT. TAMAN DEPAN KANTOR - PAGI

CAST: Bismahanta, Zulfi

Bismahanta keluar dari ruangan dengan murung. Ia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang bergejolak.

Bismahanta duduk menyendiri di taman depan kantor.

BISMAHANTA

Apa yang sudah aku katakan tadi? Bukankah aku ingin menghancurkan penerbitan Dewabrata ini, tapi kenapa aku malah memberi saran yang membangun kepada staf-stafnya. Bodoh-bodoh! (memukul kepalanya)

Zulfi kebetulan lewat lalu menghampiri Bismahanta.

ZULFI

Hei, Han, sendirian aja, semua baik-baik saja kan?

Bismahanta menggeser posisi duduknya, mempersilakan Zulfi duduk di dekatnya.

BISMAHANTA

Tidak semuanya baik, Zul. Aku bingung harus memulai balas dendam ini dari mana?

ZULFI

Tidak perlu bingung Han, pelan-pelan saja, nanti kamu akan tahu waktu yang tepat untuk membalaskan dendam Amba

BISMAHANTA

Ternyata tidak semudah yang kukira, Zul. Apalagi Dewabrata tidak ada di sini, terpaksa aku harus berbuat baik ke anak buahnya.

ZULFI

Yang harus kamu ingat, Han, kamu balas dendam kepada Dewabrata, bukan pada anak buahnya. Bertemanlah dengan mereka.

Bismahanta menghela napas dalam-dalam.

Setelah mendengar nasihat Zulfi, Bismahanta kembali masuk ke ruangannya.

DISSOLVE TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar